Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pahlawanku Tersayang, Perjuangan Kami Lanjutkan

11 November 2014   05:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:07 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bravo, pahlawan", kata-kata itu sering saya ucapkan sembari menyalami para veteran, kemudian saya ikuti dengan membungkukkan kepala sebagai tanda hormat orang muda kepada orang tua pada saat ramah tamah upacara bendera 17-an. Biasanya saya selalu mendapat undangan duduk bersama tamu undangan beserta para veteran dalam peringatan Kemerdekaan RI setiap tahunnya. Saya membanggakan para veteran itu. Saya mengapresiasi kehebatan keberanian mereka peduli membela bangsa ini dibawah tirani tanpa wujud kemerdekaan.

Sebagai bentuk rasa bangga dan apresiasi itu, pada peringatan hari pahlawan tahun ini, sebenarnya saya ingin mengunjungi rumah tinggal para veteran perang kemerdekaan 1945. Kunjungan itu saya maknai sebagai ajang silaturrahim langsung di rumah tinggal mereka. Keinginan itu dengan target dapat mengunjungi rumah tinggal mereka sebanyak 10  veteran. Namun, akhirnya dengan sangat menyesal saya dapat berkunjung ke rumah kediaman veteran perang kemerdekaan hanya 1 orang veteran saja. Mudah-mudahan pada kesempatan lain dapat saya wujudkan kegiatan yang sangat positif ini.

Sebelum niat itu saya wujudkan, saya sudah mengantongi alamat-alamat para veteran perang kemerdekaan itu. Dengan harapan kunjungan dapat berjalan lancar dan tidak mengganggu privasi atau  kendala lain karena memang rata-rata mereka sudah lanjut usia. Ketepatan memilih waktu dan suasana semacam itu tentu selalu menjadi pertimbangan khusus bagi orang-orang yang mengunjungi para veteran perang revolusi itu. Di samping itu juga bentuk komunikasi sudah dibangun sedemikian rupa sehingga jangan sampai mengganggu rasa kenyamanan dan bentuk kemapanan lain yang dapat menjadi kendala dalam maksud kunjungan.

[caption id="attachment_334507" align="aligncenter" width="630" caption="Foto kunjungan kompasianer di rumah kediaman veteran kemerdekaan 10.11.2014. 16.15 s/d 18.15, dokumen pribadi"]

1415631711151318319
1415631711151318319
[/caption]

Namun, di luar dugaan saya sebelumnya. Yang selama ini saya khawatir dengan kunjungan saya itu akan mengganggu suasana dan saat-saat istirahatnya. Justru kunjungan itu menambah kegembiraannya dan dapat menambah semangatnya yang terasa dengan perasaannya-- memang ia masih diperlukan dan masih dianggap oleh masyarakatnya. Padahal selama ini saya sendiri sangat respek dengan para veteran dengan perjuangannya itu. Tentu dengan kunjungan semacam itu sebagai bentuk dan bukti bahwa saya masih respek apa yang telah mereka lakukan.

Kunjungan itu, saya mulai keluar dari rumah tinggal pukul 15.45 wita. Perjalanan menuju tempat tujuan selama 30 menit, yang berarti pada 16. 15 saya sudah berada di rumah yang bersangkutan. Menunggu beberapa saat, kemudian saya dapat bertemu dengan veteran sekaligus relawan donor darah yang sudah menjadi tokoh donor darah Bali. Beliau di samping sebagai veteran perang kemerdekaan juga sebagai pendonor darah ulung Bali. Sehingga pernah mendapat penghargaan dari pemerintah pusat yang langsung disampaikan oleh mantan Presiden Soeharto. Dan pernah diundang asosiasi donor darah internasional.

[caption id="attachment_334510" align="aligncenter" width="511" caption="Foto pejuang kemerdekaan mendapat anugerah penghargaan dari negara, dokumen pribadi"]

14156322102028442218
14156322102028442218
[/caption]

Rekam jejak semacam itulah saya selalu merindukan beliau dan semua para pahlawan. Tentu di balik itu semua ada berbagai pengalaman yang belum sempat saya dengar sendiri. Benar adanya, pada saat kunjungan saya itu, beliau masih dengan jelas mengungkapkan perjalanan dari dari semak ke semak, dari gunung ke gunung, dari pelosok ke pelosok dilaluinya dengan jalan kaki. Betapa susahnya memanggul senjata dari tempat satu ke tempat lainnya. Namun, dilaluinya dengan semangat membela negara untuk kemerdekaan. Saat-saat tertentu harus menyamar di kampung-kampung untuk mengumpulkan relawan menjadi pasukan. Pekerjaan itu tidak mudah, karena mata-mata musuh selalu saja tidak disadari bisa merenggut nyawanya. Tapi itulah kenyataannya, seperti yang diceritakan  suasana ketidakpastian sebagai taruhan.

[caption id="attachment_334513" align="aligncenter" width="574" caption="Foto, tanda jasa, kenang-kenangan yang dapat dijepret kompasianer saat kunjungan, dokumen pribadi"]

1415632625292729036
1415632625292729036
[/caption]

Kini kemerdekaan berkat jerih payah para pahlawan ada di depan anak bangsa. Banyak yang bisa diperbuat untuk mengisi kemerdekaan itu. Pahlawan sangat gembira lagi bahagia selagi bangsa ini semakin kuat dan berharkat, baik di kalangan rakyatnya sendiri maupun di dunia internasional. Rakyat dalam kehidupan yang tenang,  damai, sebagaimana harapan mereka, "hiduplah Indonesia Raya." Bersama kita sambut kedua tangannya dengan sejuta langkah meneruskan cita-citanya. Imam Muhayat, Bali 10 November 2014.

[caption id="attachment_334520" align="aligncenter" width="560" caption="Foto kompasianer dengan veteran pejuang kemerdekaan, H. Soemarko Kasirudin, di rumah kediaman, dokumen pribadi, 10.11.2014."]

14156333471009677690
14156333471009677690
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun