Mohon tunggu...
IK Pradana
IK Pradana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis untuk terus membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dewi Eris dan Kekuatan Iri Iri no Mi

22 Agustus 2023   17:15 Diperbarui: 22 Agustus 2023   22:40 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Jo-B/Pixabay

Kegaduhan menyerang kepalaku. Mengoyak perasaan mengaduknya membuat rancu. Entahlah, beberapa bulan belakangan ini mereka sangat bising. Aku acap kali membuat skenario mengenai masa depan yang bercahaya. Dengan sang surya bersinar terang di atas kepala, aku tak takut karena tak mungkin ia redup. Jauh sekali dari bayangan mengenai kelam masa depan yang suram, seperti muram langit mendung yang kelabu kemudian menurunkan rintik hujan. Dalam kamusku, tepatnya ketika masa-masa SD-SMA dulu, optimisme adalah seluruh aku. Namun kini, setelah melihat realita kehidupan, ternyata tak semudah dan segampang itu. Optimisme perlahan berubah menjadi skeptisisme yang semakin nyata. Api ambisi terkadang berkobar hebat, tapi gampang sekali ia padam bahkan hanya disiram setetes air. 

Berbicara mengenai harapan dan cita-cita, aku suka berimajinasi mengenai mereka. Namun ketika mencoba dan tersandung jatuh, entah mengapa ambisi itu langsung padam. Pikirku, itu bukan jalanku, itu bukan aku. Ketika kecil aku membayangkan sesuatu di masa depan akan jauh lebih baik, tapi sesungguhnya jauh dari kata baik. Pikirku dulu, cita-cita akan tercapai ketika kita sudah genap berumur sekian, namun apa, semakin tua malah tak ada gambaran yang jelas. Aku senang ini, aku senang itu, tapi percuma senang kalau tak memiliki tujuan di baliknya. Akan mudah terluka dan kalah. 

Aku berharap pada saat-saat aku terpuruk mengenai masa depan, Dewi Eris mengulurkan tangannya dan bersedia menjadi temanku. Ya, Dewi Eris. Dewi yang menjadi personifikasi dari perselisihan. Eris adalah dewi di balik meletusnya peperangan, dan sangat menyukai atmosfer pergolakan di dalamnya. Karena Eris sering kali membuat masalah, maka para Olympian menjauhinya. Ada sebuah kisah mitologi Yunani terkenal yang ditulis dalam Iliad karya Homer, yang berjudul The Golden Apple of Discord (Apel Emas Perselisihan). Di mana diceritakan Eris tidak diundang dalam pesta pernikahan Peleus dan Thetis karena sifatnya yang menyusahkan. Lalu, Eris marah dan berniat mengacaukan pesta dengan membuat konflik di antara Olympian. Ketika Athena, Aphrodite, dan Hera sedang berjalan bersama, Eris menggelundungkan apel emas bertuliskan "Untuk yang paling cantik" kepada mereka. Karena tak tahu apel emas itu untuk siapa, mereka saling mengklaim diri mereka karena merasa paling cantik, hingga terjadilah perselisihan. Dan perselisihan tersebut adalah butterfly effect yang nantinya memeletuskan Perang Troya. 

Menurut Hesiod ada dua Eris: Eris sekunder dan Eris utama. Eris sekunder digambarkan sebagai Eris jahat dan suka membuat perselisihan, sementara Eris utama adalah Eris baik yang menanamkan rasa persaingan ke dalam diri manusia. Jelas saja, bilamana ada dua pilihan pasti aku akan memilih yang baik dan terbaik. Aku akan berkenalan dan menjadikan Eris utama yang suka menanamkan rasa persaingan ke dalam diri manusia sebagai teman. Jika Eris jahat mempunyai apel emas yang kekuatannya dapat memicu perang, semoga saja Eris baik mempunyai buah-buah lain yang memiliki kekuatan-kekuatan lain. Dan aku berharap Eris baik memiliki Iri Iri no Mi.

Berbicara mengenai buah super, aku jadi teringat akan Akuma no Mi (Buah Iblis) dalam universe One Piece. Di mana si pemakan buah akan mendapatkan kekuatan unik yang di luar nalar manusia saat memakan buah tersebut. Seperti Gura Gura no Mi yang membuat gempa, Gomu Gomu no Mi yang membuat penggunanya menjadi seperti karet, Mera Mera no Mi yang membuat penggunanya menjadi api, dan Yami Yami no Mi yang penggunanya dapat memanipulasi kekuatan kegelapan. Ketika aku berteman dengan Eris baik, aku akan meminta Iri Iri no Mi: Buah yang memiliki kekuatan untuk mengubah rasa iri menjadi motivasi. Namun, yang menjadikan Iri Iri no Mi sangat spesial bukanlah itu. Melainkan membuat si pemakan pasti akan mendapatkan tujuannya ketika melihat sesuatu yang membuatnya iri. Cara kerja kekuatannya adalah: Merasa iri, kemudian termotivasi, dan dalam sekejap bisa mendapatkan hal yang kita inginkan tanpa berusaha setengah mati.

Sebuah kekuatan yang sangat mengerikan. Seperti, misal aku sudah memakan Iri Iri no Mi, dan aku merasa iri akan kegeniusan Albert Einstein, lalu termotivasi, dan wah, aku akan menjadi genius sepertinya. Ketika aku iri akan kegeniusan karya tulis seseorang dan ingin menjadi sepertinya, lalu aku termotivasi, dan wah, aku bisa menjadi penulis terbaik dalam sekejap mata. Ketika aku iri akan kekayaan seseorang yang paling tajir di Bumi, wah, aku bisa kaya dalam setarikan napas.

 Walaupun tidak destruktif seperti halnya Magu Magu no Mi milik Sakazuki Akainu di universe One Piece, namun Iri Iri no Mi akan membuat penggunanya mendapatkan sesuatu dalam sekejap mata. Zaman modern seperti sekarang, yang damai dan jarang terjadi perang buat apa kekuatan yang menghancurkan? Di mana dunia penuh dengan persaingan dan pencitraan, ini adalah waktu terbaik untuk kekuatan seperti Iri Iri no Mi. Feed Instagramku akan penuh dengan pencapaian untuk dipamerkan, jutaan like, pengikut, dan komentar baik maupun hujatan. Tak perlu lagi pusing-pusing memikirkan masa depan yang masih gelap, kamu adalah matahari yang takkan redup dengan memakan buah itu. 

Namun, hal tersebut hanya utopia yang akan terus berada dalam kepala. Eris hanya personifikasi, dan buah iblis hanya sebuah rekaan Eiichiro Oda dalam serial One Piece miliknya. Tetapi apakah kamu tahu? Yunani kuno menjadi salah satu peradaban paling maju di dunia karena salah satu faktornya adalah persaingan. Persaingan antar warga masyarakat negara kota dalam memajukan wilayahnya. Seperti halnya Ictinus, sang arsitek yang merancang Phartenon. Sebelumnya ia sudah melihat Kuil Zeus di Olympia, dan bertekad untuk melampauinya. 

Dewi Eris utama memberi pengaruh yang begitu berarti kepada masyarakat Yunani kuno. Eris menanamkan rasa persaingan di antara mereka, mengubah rasa iri menjadi motivasi untuk saling melampaui demi kemajuan negerinya. Aku harap, walau tak bisa berteman dengan Dewi Eris dan mendapatkan kekuatan dari buah Iri Iri no Mi, aku ingin seperti orang-orang Yunani kuno dalam hal ambisi. Tekad mereka kuat, berani gagal dan terus mencoba. Ketika merasa tersaingi, maka itu akan membakar api ambisi semakin menyala. Ya, aku bukan hanya ingin, melainkan harus seperti mereka. Aku harap, kalian juga sama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun