Mohon tunggu...
IK Pradana
IK Pradana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis untuk terus membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aturan Goldilocks: Cara Untuk Mengunci Kebiasaan Baru

20 Agustus 2023   14:12 Diperbarui: 20 Agustus 2023   17:03 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh CDD20/Pixabay 

Apakah kalian pernah kehilangan motivasi (hasrat) dalam suatu hal yang sedang kalian bangun? Seperti belajar, menulis, membaca, jogging dan lain sebagainya? Pernah tidak kalian merasa heran dan kagum kepada orang-orang yang bisa berkomitmen dan konsisten dalam menjalankan suatu hal, hingga mereka suskes dalam hal itu?

Mungkin kalian juga bertanya-tanya: Bagaimana bisa ada orang-orang yang berhasil konsisten dalam menjalani suatu hal, sedangkan saya tidak? James Clear dalam bukunya, Atomic Habits, menjelaskan bahwa ada aturan yang bernama Aturan Goldilocks. Aturan ini memaparkan bahwa puncak motivasi pada seorang individu bisa diraih jika individu tersebut mendapatkan atau menciptakan tantangan yang terkendali (optimal). 

Clear memberi analogi dengan bermain tenis. Jika kita bermain tenis melawan bocah berusia 4 tahun, maka tantangan akan terlalu mudah, dan kita menjadi gampang merasa bosan. Sedangkan, jika kita melawan atlet tenis profesional maka tantangan akan menjadi sangat sulit, dan membuat kita malas, lalu merasa gagal. Hal itu terjadi karena parameter yang kita pakai terlalu tinggi. 

Tapi, jika kita bermain tenis melawan orang yang setara kemampuannya dengan kita, maka kita akan terus termotivasi untuk mendapatkan poin lebih banyak, dan terus berusaha supaya tidak kehilangan poin tersebut. Kita bisa menang, jika terus berkomitmen dan konsisten dalam permainan itu. 

Aturan Goldilocks mengatakan bahwa, manusia bisa mencapai motivasi puncak ketika tugas yang didapatkan tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi, pas. Jangan mematok parameter terlalu tinggi. Jangan cepat-cepat, karena cepat terkadang cacat. Anda perlu secara teratur mencari tantangan yang mendorong anda sampai ke batas, sambil terus meraih kemajuan yang cukup untuk terus termotivasi. 

Kebiasaan baru juga memerlukan perulangan. Ketika anda absen satu kali, mungkin itu masih bisa ditoleransi. Namun, ketika anda absen dua kali, maka kebiasaan baru yang sedang anda bangun akan segera luntur. Kita harus menetapkan "Role Model" dalam kebiasaan yang sedang kita bangun.

Mungkin anda ingin menjadi seorang musisi hebat, penulis, atau pebisnis sukses? Maka, yang harus anda lakukan adalah melekatkan banyak bukti bahwa anda adalah seorang yang seperti anda impikan. Mau jadi pelari, ya lari. Mau jadi penulis, ya nulis. Mau jadi pembaca, ya baca. Mau jadi penyanyi, ya nyanyi. Lambat laun, ketika bukti anda semakin banyak maka anda adalah apa yang anda impikan.

Mulailah sesuatu dengan perlahan, pelan tapi pasti. Seperti kata bung Fiersa Besari. "Jangan mengejar mimpi dengan berlari, karena risiko untuk jatuh akan lebih tinggi. Berjalanlah, walau lebih lama, tapi kita akan lebih fokus dan risiko untuk jatuh lebih kecil." 

Dalam bukunya, Clear bilang, "Ketika ingin mencapai sesuatu, maka kita akan melewati yang namanya 'dataran potensi laten.' Sebuah aturan di mana setiap hal tidak mungkin berjalan secara linier." 

Tatkala kita membangun sesuatu, sudah hal lumrah bahwa pasti akan ada fluktuasi di dalamnya. Terkadang sangat bersemangat, dan tak jarang motivasi surut sampai tingkat paling rendah. Namun, ketika kita konsisten dalam melakukannya, maka kabar baik akan memeluk kita di ujung perjuangan. Seperti balok es yang diletakkan dalam suhu -5°C kemudian dinaikkan suhunya sampai -1°C. Memang belum mencair. Tapi, ketika suhunya terus dinaikkan, lambat laun es itu pasti mencair. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun