Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tanggapan “Kartu Abraham di Tangan Jusuf Kalla”

29 Januari 2015   13:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 2356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hantaman terhadap KPK berulangkaliterjadi, kini bahkan lebih masif, akan tetapi masih untung dukungan dari berbagai lapisan masyarakat yang masih punya hati nurani berbondong-bondong berjibaku memberikan pembelaan dan siap menjadi tameng KPK yang sedang mengalami cobaan berat. Kriminalisasi oleh segelintir petinggi POLRI dan para politisi yang sedang keblinger bertubi-tubi tak kenal ampun tidak memberikan peluang bernapas kepada lembaga antirasuah satu-satunya harapan rakyat ini.

Serangan demikian hebatnya terhadap pimpinan KPK, tidak menjadikan Abraham Samad dan para pimpinan yang lain surut, akan tetapi semakin pantang mundur dalam mempertahankan KPK dari berbagai usaha pelemahan oleh para manusia yang tidak bertanggung jawab. Satu persatu pimpinan KPK dilaporkan ke Mabes Polri.

Setelah Bambang Widjojanto dan Adnan Pandu Praja, Ketua KPK Abraham Samad juga dilaporkan ke Bareskrim Polri. Samad dilaporkan terkait dugaan pertemuannya dengan sejumlah petinggi par­tai politik pada Pilpres 2014. Termasuk tawaran bantuan pen­anganan kasus politikus PDIP Emir Moeis yang tersandung perkara korupsi.

Anehnya banyak kalangan yang merasakan KPKsedang mengalami ujian berat, pengkriminalisasi dengan sangat masif yang datang dari sebagian kecil para petinggi partai pengusung Jokowi dan Polri, ternyata masih ada juga segelintir masyarakat dan pengamat yang membuat suatu ceritera dengan alur sangat runtut akan tetapi bila disimak dengan hati dingin maka tampak bahwa Abraham Samad sebagai ketua KPKditempatkan sebagi seorang pesakitan karena semua ceritera miring dan negatif disasarkan kepadanya.

Melalui tulisannya yang cukup enak dibaca, dan sangat rinci, membuat orang mengerinyitkan dahi sedikit berpikir, kenapa Saudara yang terhormat menulis di kompasiana masih tega membuat ceritera tentang Abraham Samad sedemikian rupa. Abraham Samad bukanlah seorang koruptor, bahkan pemberantas para dajal la’nat, mengapa ditempatkan pada posisi orang yang teraniaya lemah dan dipojokan.

Ceritera dalam tulisan di kompasiana antara lain, ketika Presiden Joko Widodo memanggil Ketua KPK Abraham Samad dan Wakapolriuntuk mengadakan pertemuan di Istana Bogor, untuk mencari titik temu atas perseteruan antara dua lembaga negara.Diceriterakan dalam tulisan itu bahwa Abraham Samad datang lebih awal. Sebelumnya, ia bertanya pada seorang anggota pasukan pengamanan presiden (paspampres). “Apakah ada Wakil Presiden Jusuf Kalla di dalam?” Dijawab tidak ada. Abraham langsung masuk ke dalam ruangan dengan penuh percaya diri. Ia melihat presiden yang duduk sendirian, tanpa ditemani oleh Jusuf Kalla. Di hadapan presiden, Abraham memang kerap memosisikan dirinya sejajar.Di antara semua pejabat negara, Abraham adalah orang yang khusus didatangi presiden saat terpilih”.

Pertanyaannya apakah Bung YD penulis di kompasiana menguntuit terus langkah AS sampai pertemuannya dengan Jokowi dan JK? Saandainya anda merupakan kepercayaan pribadi Presiden Jokowidodo, itupun tidak mungkindapat mengikuti perbincangan Jokowi-Jk dengan AS , dan pejabat tinggi yang lain. Ceritera yang dibuat Bapak penulis di kompasiana, ternyata bertolak belakang dengan apa yang ada dilapangan.

Abraham Samad bukan datang lebih awal, akan tetapi ketika AS datang sudah ada disana Wakapolri, ada juga sudah hadir Bapak JK, Kajagung, Mensekretaris Kabinet, SetNeg, dan pejabat negara yang lain. Dalam setiap pertemuan AS dengan Jokowi sebelum atau sesudah menjadi Presiden yang ditayangkan oleh TV swasta maupun TVRI kayaknya belum pernah terlihat perilaku AS srudag-srudug maunya mensejajarkan dirinya dengan Jokowi.

Abraham Samad, walaupun beliau asli dari Ujung Pandang akan tetapi sangat faham untuk berlaku sopan-santun layaknya Jawa Solo. AS masih ngerti suba-sita terhadap Jokowi. Kalaupun cipika cipiki itu biasa. Dan perlu diketahui oleh para kompasioner, Bapak Jokowi tidak pernah memberi perlakuan istimewa/khusus kepada seseorang termasuk kepada AS, terkecuali kepada Ibu kandung beliau dan beliau pasti akan melakukan sungkem ta’jim, sebagai wujud bakti seorang anak kepada Ibu yang telah melahirkannya.

Dalam tulisan yang lain disebutkan bahwa Di antara semua pejabat negara, Abraham adalah orang yang khusus didatangi presiden saat terpilih.Di ‘rumah kaca’ itu, Jokowi datang dan memeluk Abraham dengan hangat. Mereka layaknya dua saudara dekat yang baru saja melalui sebuah momen penting. Abraham merasa dirinya berbeda dengan pejabat lain. Ketika dipanggil presiden, pejabat selevel menteri akan ditelepon oleh ajudan. Sementara Abraham justru didatangi oleh presiden. Tak hanya itu, presiden justru selalu memberikan pelukan hangat kepadanya.

Isi tulisan tersebut isinya sama sebagaimana yang ditulis oleh para penulis “Rumah Kaca Abraham Samad” dan Plt Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto namun tidak didukung oleh bukti, baik berupa foto maupun video CCTV. Hasto harus dapat membuktikan pernyataannya , tidak hanya dengan berbicara tanpa bukti ataupun saksi, termasuk waktu pertemuan harus disebutkan dengan jelas.

Tanpa itu semua Hasto sepertinya hanya seorang pembual, pendongeng, pengarang ceritera sebagai akibat rasa dengkinya kepada Jokowidodo karena gagal mendapat simpatik untuk mendapatkan kursi menteri. Sangat mengherankan seorang kader PDIP seperti Hasto, menghantam Presiden Jokowidodo yang berasal dari kader PDI, apakah PDIP sekarang akan mengulang sejarah PDI masa lalu yang terpecah menjadi faksi-faksi yang selalu bergelut dirumah sendiri?

Berikutnya adalah isi tulisan saudara YD yang terhormat bukan saja menjatuhkan AS sebagai ketua KPK, lebih keras lagi memojokan Presiden Jokowidodo. Perlu diketahui oleh semua Bapak Jokowi dalam setiap pertemuan dengan siapapun tidak pernah melakukan peluk-pelukan, apalagi peluk-pelukan antara Jokowi dan AS sungguh suatu karangan belaka, paling banter cipika-cipiki.

Lebih bijak apabila kita semua dengan iklas menerima pernyataan resmi pihak istana saja. Pihak Istana membantah pernyataan Pelaksana Tugas PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto terkait pertemuan Ketua KPK Abraham Samad dengan elite partai pendukung Joko Widodo saat Pemilu Presiden 2014.

Sebagai yang terlibat langsung dalam tim 11 Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengaku sulit untuk bertatap muka dengan Abraham.

Andi mengaku bahwa nama Abraham memang sempat dipertimbangkan menjadi calon wakil presiden namun terkendala dengan etika pimpinan KPK sehingga sulit untuk bertatap muka.......... Jadi, kami tidak bisa bertemu atau wawancara dengan Abraham.

Berikutnya dalam tulisan yang lain disebutkan juga bahwa,

Meminjam teori psikolog Erving Goffman Media tidak melihat sisi gelap, sebuah wilayah tersembunyi yang dirahasiakan olehnya. Salah satu sisi gelap itu kerap terjadi di ‘rumah kaca,’ satu apartemen yang menjadi saksi dari sisi lain Abraham, Apakah Abraham serupa malaikat? Meminjam teori Walter Lippman pictures in our head’. Kita sering tak sadar bahwa gambar di kepala itu justru merupakan akumulasi dari semua pengalaman, sekaligus citra yang dibentuk media massa.Sejak keberadaan KPK, kita selalu meyakini bahwa semua tindakan yang mengatasnamakan institusi itu selalu benar (Penting bagi kita untuk menggunakan analisis life history dan menelaah latar belajang)ada banyak interpretasi atas apa yang terjadi. Di luar istana, di jalan-jalan, dan di televisi, banyak orang yang menudin kalau sedang ada kriminalisasi atas KPKPadahal, polisi justru punya logika yang sama dengan tindakan KPK. (1) Jika KPK bisa mentersangkakan polisi atas kasus tahun 2004, maka apa salah Polri jika mentersangkakan anggota KPK atas kasus tahun 2009? (2) Jika KPK menilai tindakannya tak ada unsur politis, maka kenapa pula hanya BG seorang yang jadi tersangka? Bukankah ada sejumlah jenderal lain yang bersama-sama dirinya, sebagaimana pernah diliput Tempo? (3) Jika KPK punya wewenang untuk menuduh orang lain atas masa silamnya, bukankah polisi pun punya wewenang sama?

Berkenaan dengan sisi gelap rumah kaca AS,Bung YD juga ngga akan sanggup melihat jelas sisi gelap rumah kaca seseorang ? apalagi seorang pejabat seperti AS? Apalagi sampai dapat memasukinya, jika hanya dikarang-karangnamanya fitnah.

Bukan hanya rumah kaca AS, rumah kaca istri kita sendiri mustahil dapat mengetahuinya secara utuh, kecuali Nabi. Karena anda dan kita semua bukan Nabi bukan Malaikat, maka pengetahuan tentang rumah kaca seseorang hanya gelap semata remang-remang-pun tidak. Seorang Rasulullah dan yang termasuk Usnul Azmi yang lain tanpa petunjuk Ilahi tidak mungkin tahu rumah kaca seorang, kecuali mendapat wahyu Ilahi melalui ruhul kudus Jibril.

Oleh sebab itu mengarahkan opini agar pembaca terbawaarus sehingga mempercayainya semua sepak-terjang AS dkk melalui KPKnya dan mereka bukan malaikat dan pasti semua tindakannya walaupun dibungkus dengan i’tikad pemberantasan korupsi untuk kali ini pasti ada kesalahannya, saya berpendapat tidak tepat.

Jika latar belakang kehidupannya AS dkk, di ragukan sehingga anda meyakini mereka termasuk orang-orang yang sesungguhnya bergelimang kebohongan,lagi-lagi sdr.YD sudah banyak terpengaruhi bisikan-bisikan hawa nafsu negatif, supaya pengaruh negatif tidak lagi menyebar luas di masyarakat Bapak YD harus dapat membuktikan dengan bukti yang akurat tak terbantahkan. Kalau AS dkk berlatar belakang kelam dan tidak layak untuk jabatan di lembaga antirasuah seperti KPK.

Berikutnya Pak YD dapat jelaskan apakah KPK menyalahkan Polisi yang mentersangkakan BG?Dan sebaliknya apakah Polisi menyalahkan KPK ketika memberikan stabilo merah kepada para jenderal polisi yang mempunyai rekening gendut? Saya rasa kita semua, KPK, apalagi Polri, termasuk masyarakat pecinta pemberantasan korupsi tidak menyalahkan tindakan polisi itu, masyarakat hanya mengungkapkan rasa kecewanya yang dalam, kenapa pemberantasan korupsi oleh KPK, para jenderal polisi tidak malah mendukung rame-rame untuk menunjukan komitmennya kepada bangsa dan negara ini yang sedang darurat korupsi, akan tetapi masih berusaha melindungi para jenderal polisi pemilik rekening gendut dengan total Rp 8.744 T???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun