[caption caption="Setya Novanto Ketua DPR RI Mengundurkan diri"][/caption]Perubahan peta politik demikian cepat di MKD dalam sidang pelanggaran etik Papa Minta Saham dan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Yusuf Kalla yang dilakukan oleh Ketua DPR Setya Novanto. Pada awalnya yang tampak di permukaan peta kekuatan MKD semula berkedudukan 9 lawan 8 untuk posisi keunggulan Setya Novanto.
Pada detik yang sangat menentukan berubah total menjadi 17 – 0 untuk kehancuran Sang Pencatut Setya Novanto. Sekornya sangat mengerikan 10 hakim MKD yang semula membela mati-matian kepada SN dengan mengeluarkan semua jurus manipulasinya pada kondisi kritis dan sangat menentukan nasib SN, pada ujungnya malah memberikan sanksi kesalahan berat dan 7 hakim memberikan sanksi kesalahan sedang.
Yang lebih hebat lagi adalah pendapat hukum yang di sampaikan hakim MKD dari fraksi Gerindra, Golkar, PPP, PAN, PKS, sangat drastis diluar ekspetasi publik. Siapapun tak akan menyangka kalau mereka pada akhirnya memberikan saksi berat terhadap SN. Dalam detik-detik terakhir mereka mampu bermanuver sekaligus berbalik arah secara ekstrim.
Ada yang aneh, sepertinya ada alasan-alasan yang kuat mengapa partai politik pendukung setia Setya Novanto Fraksi Gerindra, Golkar dan konco-konconya melakukan manuver berubah arah 180 derajat. Besar kemungkinan berkaitan erat dengan rasa takut dan sangat takut yang dialami para politisi dan ketua-ketua partai politik terhadap semakin kuatnya tekanan dan kemarahan rakyat akibat dari ulah hakim-hakim MKD yang berasal dari KMP yang membela mati-matian SN.
Apa yang ditakutkan? Tidak lain dari nasib partai kedepan, bila masih membandel membela SN, dapat dipastikan pada pemilu akan datang mereka akan hancur total terjerembab menjadi partai gurem. Membanjirnya tekanan, kecaman datang dari tokoh lintas agama, BEM dari berbagai universitas, organisasi kemasyarakatan, jika tidak segera diantisipasi dengan terapi kepercayaan maka dapat dipastikan berbuntut panjang dan dapat membawa nasib buruk pada masa depan karier politik mereka.
Peristiwa tragis masih berlanjut, tekanan politik secara sangat keras memaksa sang Pencatut Setya Novanto untuk mengambil sikap terakhir. Apakah akan dilanjutkan melalui proses Panel yang dipastikan semakin berkepanjangan kisruh dunia politik di DPR. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Setya Novanto, memilih jalannya yang dianggapnya paling aman.
Maka pada hari ini juga, Rabu 16 Desember pukul 21.00 WIB, Setya Novanto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI periode 2014-2019. Ia mengundurkan diri mengakhiri kariernya sebagai ketua DPR karena ulah permainannya sendiri, ia terkena sumpahnya sendiri. Sumpah yang pernah diucapkannya ketika menerima mandat dan amanat rakyat.
Menjadi pembelajaran sangat penting untuk semua pejabat negara atau para politisi di DPR yang akan mencoba berselingkuh apalagi berani mencatut nama Presiden Jokowi. Bila Jokowi dikata-katain segala macam tetapi diterimanya dengan ikhlas, akan tetapi yang memberi hidup dan perlindungan kepada Jokowi yang tidak terima, dan akibatnya sangat fatal. Itulah yang sedang dialami Setya Novanto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H