iLUSTRASI: Anggota TNI Kodam Iskandar Muda bersama anggota Brimob Polda Aceh melakukan kegiatan outbound dalam rangka silaturahmi TNI-Polri di Batalyon 112 Raider, Mata Ie, Aceh Besar, Jumat (28/11/2014). Kegiatan tersebut juga diisi dengan senam bersama, dan sosialisasi keselamatan berkendara oleh anggota polisi lalu lintas. Foto: SERAMBI / M ANSHAR
Terkait dengan TNI menolak permintaan Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti untuk memberikan pelatihan Raider kepada seluruh personel Brimob Polri, perlu kita apresiasi. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya bahwa permintaan Kapolri tidak mungkin dapat dipenuhinya. Karena personel Raider TNI dilatih untuk berkemampuan perang konvensional. Daya tahan dan kemampuan perang personel Raider melebihi personel infanteri biasa. Sehingga "Enggak mungkin polisi dilatih seperti itu. Kalau begitu, persepsinya di publik nanti polisi dimiliterkan oleh TNI, kan kurang elok," ujar Fuad. Penolakan tersebut akan dilayangkan secara formal oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam waktu dekat. JAKARTA, KOMPAS.com Senin (27/7/2015)
Sudah tepat apa yang disampaikan oleh TNI, intinya Polri jangan dimiliterkan yang akan mengembalikan wajah polri kembali seperti wajah orde baru.Ternyata TNI jauh lebih ngerti fungsi Polri ketimbang Polisi itu sendiri, untuk tetap berprinsip Polri harus tetap terlepas dari organisasi ABRI. Bukankah Polri dibentuk dalam rangka menjalankan fungsi Polri yang sebenarnya sebagai penegak hukum dan pengayom masyarakat, bukan malah meminta-minta pendidikan dan pelatihan Raider yang jauh panggang dari api.
Wong ngga latihan Raider saja gaya dan prilakunya sudah seperti Raider. Sebenarnya apa motif permintaan Jenderal Badrodin Haiti kepada TNI agar seluruh personnel Brimob Polri mendapat pelatihan Raider. Apakah untuk mengembalikan Polri kembali seperti zaman orde Baru, zamannya pemerintahan tirani, absolut dan sewenang-wenang. Pelanggaran HAM menjadi contoh kehidupan sehari-hari.
Kalau Polri akan dijadikan model Polri zaman edan pasti ujung-ujungnya dimanfaatkan oleh penguasa dan politisi keblinger untuk kepentingan pribadinya, maupun para pemilik modal. Yang penting siapapun yang dapat menyewa mahal untuk jasa keamanan pribadi dan kelompoknya, dialah yang medapat perlindungan dan pengayoman, sedangkan masalah hukum dan keadilan masyarakat menjadi nomor sekian karena tidak penting.
Jika keinginan Jenderal Badroti Haiti ini sampai lolos maka sejarah akan mencatatnya, Polri dibawah Jenderal Badroti Haiti telah berubah wajah dan fungsi, dari wajah pengayom berubah menjadi wajah sangar seperti wajah penagih hutang, dari fungsi penegakan hukum menjadi fungsi perang dan berkelahi. Lantas siapa yang akan diajak perang? Jangan-jangan masyarakatnya yang akan diajak perang, selain dikriminalisasi.
Bukannya Jenderal Badrodin Haiti lebih memikirkan bagaimana supaya Polri menjadi lebih baik dalam pelayanan kepada masyarakat tetapi malah menjadi semakin jauh dari kehendak reformasi berjalan semakin jauh dari ketentuan undang-undang dan konstitusi, menabrak-nabrak yang bukan menjadi porsi kewajibannya. Tidak mandiri padahal kedudukan Polri saat ini sudah sangat termanjakan posisinya sudah dibawah Presiden langsung.
Tidak dapat dibayangkan apabila Polri dengan Brimobnya mendapat pelatihan Raider dari TNI, semakin sombong dan semakin sering terjadi bentrokan-bentrokan dengan TNI sendiri. Sudah berapa kali Polri bentrokan dengan TNI yang membawa banyak korban. Sekarang ini saja Polri yang sangat sangar dan tidak mandiri, sombong karena menganggap sebagai anak kesayangan Presiden.
Dapat dipastikan nasib Polri kedepannya bila Brimob dilatih menjadi pasukan Raider hasilnya akan tercipta Polri yang tidak profesional karena Polri yang kembali menampilkan kembali wajah militernya , wajah nya yang galak reaktif dan represif. Bukannya Polri yang sedikit-sedikit marah, akibatnya membuat rakyat takut bersentuhan dengan Pori. Jika hal ini sampai terjadi, maka suasan di republik ini menjadi sangat mencekam.Sangat tidak kondusif.
Untuk menciptakan Brimob yang alim mencintai rakyat, jujur, mengayomi, melindungi alangkah lebih baik Jenderal Badrodin Haiti meminta pelatihan Brimob kepada Pesantren-pesantren di Indonesia, misalnya latihan bareng dengan Banser Pagar Nusa yang sudah dikenal alim dan mencintai rakyat.
Atau Polri diberi pelatihan intensif sebagai guru, pendidik, pengayom, dan diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang taat hukum berdasarkan keadilan. Polri yang pandai menhargai HAM, Polri yang peduli kepada terciptanya masyarakat yang madani, tingkat kepeduliannya dalam penegakan ketertiban dan kenyamanan dalam masyarakat, bukan malah dilatih Raider.