Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Revolusi Mental Jokowi vs Revolusi Mental Budi Gunawan

22 April 2015   09:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:48 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429670685282111011

[caption id="attachment_379562" align="aligncenter" width="624" caption="KOMPAS.com/INDRA KUNTONO Joko Widodo"][/caption]

Revolusi mental menjadi andalan Jokowi dalam meraih suksesmendapatkan kepercayaan publik untuk memerintah republik ini selama 5 tahun kedepan. Setiap kali diperdengarkan revolusi mental oleh Jokowi para pendukungnya menberikan sambutan meriah dengan mengacungkan dua jari telunjuk dan jari tengah.

Banyak orang yang mengartikansalam dua jari Jokowi adalah salam revolusi mental yang bermakna perdamaian dan kemenangan. Ada bayak penafsiran apa itu revolusi mental yang diprakarsai oleh Jokowi.

Mengingat beliau adalah seorang pekerja keras dan sangat menjunjung tinggi kejujuran/budi pekerti, kesantunan/ramah, dan bergotong royong maka kemungkinan yang dimaksud revolusi mental adalah berkenaan dengan kerja keras dan kejujuran, kesantunan dan bergotong royong.

Selanjutnya diringkas saja yang dimaksud revolusi mental ala Jokowi adalah bekerja keras dengan kejujuran. Sifat-sifat inilah yang dikenal sebagai karakter orisinilnya bangsa Indonesia, yakni kerja keras dan kejujuran.

Tampaknya sangat sederhana, tetapi dibalik kesederhanaan itu terkandung kekuatan mental yang sangat dahsyat. Seseorang yang mau bekerja keras dengan kejujuran untuk meraih sukses, ternyata dikolong langit ini jumlahnya sangat sedikit.

Kebanyakan dari mereka baru sampai pada tahap bekerja keras tetapi tidak disertai kejujuran. Kalaupun disertai kejujuran akan tetapi tidak disertai kerja keras.

Kebanyakan dari kita ini baru pada peringkat kerja yang sesuai dengan ketentuan waktu yang disepakati bersama atau sesuai dengan ketentuan waktu dan serba dibatasi, baik oleh ketentuan dan peraturan yang berlaku, maupun dibatasi oleh kepentingan lingkungan masyarakatnya.

Dengan pengalamannya Jokowi ingin memperkenalkan revolusi mental ala Jokowi yakni bekerja keras dengan kejujuran. Dalam bekerja keras dengan kejujuran ini mempunyai nilai kemaslahatan untuk orang banyak yang porsi kebaikannya jauh lebih besar dibandingkan untuk kepentingan pribadi.

Kenapa revolusi mental harus diperkenalkan lagi kepada bangsa Indonesia. Karena nilai-nilai revolusi mental tentang kerja keras kejujuran budi pekerti dan gotong royong, yaitu nilai-nilai asli bangsa Indonesia telah ditinggalkan oleh angkatan muda Indonesia.

Faktor karakter dan nilaiinilah yang menjadi penyebab Indonesia selalu tertinggal dalam pembangunan bangsanya dengan negara-negara tetangga kita seperti Malaysia dan Singapura.

Jokowi memandang perlu dan penting untuk diperkenalkan kembali khususnya kepada generasi Muda kita. Jokowi beralasan bahwa karakter bangsa kita secara setahap demi setahap tanpa disadarinya mulai terkikis karena arus akulturasi barat.

Masuknya kebudayaan barat yang sangat mempengaruhi perubahan karakter asli Indonesia menjadi karakter/sifat kebarat-baratan, yaitu: mencintai duniawi, menerabas, menghalalkan semua cara, tidak bergotong royong (individualistis), jauh dari kejujuran.

Dari perubahan karakter bangsa kita inilah yang menyebabkan banyaknya perilaku negatif yang semakin merajalela, dari strata kecil sampai kepada strata menengah keatas. Munculnya budaya KKN(Korupsi, kolusi dan nepotisme) semakin masif tidak lagi mengenal batas waktu dan tempat.

Semangat dan etos kerja yang semau gue, yang penting perut kenyang, menumpuk kekayaan untuk pribadi dan keluarganya, bobroknya aparatur pemerintah dan amburadulknya sistem birokrasi kita, banyak muncul istilah yang serem-serem yang sudah mendarah daging mulai dari tingkat rt,rw, desa, Kabupaten , propinsi hingga pusat pemrintahan.

Istilah yang apabila diperdengarkan membuat orang mencibir dan memandang sinis orang tersebut. Ada muncul redtape, bribery, white collar crime, uang semir, jacksonisme, apel washington, apel malang, dll

Revolusi mental diperkenalkan kembali oleh Jokowidodo kepada seluruh bangsa Indonesia terutama pada kalangan Birokrat, para pejabat negara, politisi, para pegawai negeri, masyarakat petani, nelayan , kaum buruh dan termasuk para penegak hukum para polisi, para hakim, jaksa,polotisi dan petinggi negara.

Pendidikan ditekankan kepada pembinaan revolusi mental yang bertumpu kepada kerja keras, kejujuran, kesantunan dan gotong royong. Untuk mengembalikan kejayaan Indonesia yang sudah mulai memudar.

Menurut Jokowi memang diakui setelah 60 tahun Indonesia merdeka sudah banyak kerusakan di nilai kerja keras dan kejujuran dan gotong royong berupa KKN, dititik itulah yang harus diserang artinya pada wilayah itulah yang harus menjadi perhatian serius untuk segera diberikan perbaikan total, lewat pendidikan yang berkualitas dan merata serta penegakan hukum yang tidak pandang bulu dengan upaya yang terus menerus karakter asli bangsa akan dapat kembali menjadi baik.

Dalam kerja nyatanya Jokowi sudah mempraktekannya mulai jadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI, sampai dengan menjadi Presiden RI. Jokowi telah terujiintegritas kejujuran/moral, kerja keras gotong royong, ketegasan, dan komitmen, wawasan, visi dan misi, pengalaman, rekam jejak, serta kepemimpinan yang baik, jauh dari KKN.

Dalam praktek berani menolak pejabat titipan yang terindikasi KKN, walaupun atas usulan partai pengusungnya PDIP, Jokowi berani menolak Komjen Budi Gunawan untuk menjadi Kapolri. Kalaupun sekarang menerimanya sebagai wakil Kapolri, tetapi pada hakekatnya bukan kemauannya Jokowi. Kalaupun pada akhirnya Budi Gunawan mendapatkan jabatan Wakapolri, tetapi Megawati dan para pendukungnya di DPR harus melalui pergulatan sengit dengan Jokowi.

Jokowi tetap dalam pendiriannya yang kuat memegang teguh revolusi mental untuk melawan perilaku yang keras perilaku dengan sifat-sifat metal, perilaku warisan jaman revolusi metal orde baru, sangat keras, sulit dibengkokan, sulit diajak untuk perubahan yang positip. Apa yang sudah menjadi keinginannya harus dipenuhi, tidak ada alasan, pokoke ya pokoke. Yang mengandalkan kekuatan kekuasaan dan kekerasan seperti revolusi metal. Kita tetap memberikan harapan besar kepada Revolusi Mental Jokowidodo dapat mengalahkan Revolusi Metalnya Budi Gunawan dkk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun