Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Jokowi Terima Mandat, Akankah KPK Dibubarkan?

10 Februari 2015   00:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:31 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Megawati dan Jokowidodo terjebak dan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal dikalangan kader PDIP dan yang mempunyai dendam lama kepada KPK. Mereka ini kita sebut saja kelompok radikal PDIP. Kelompok radikal PDIP melakukan kerja sama dengan para politisi kotor penumpang gelap dikalangan Koalisi Merah Putih.

Para penumpang gelap KMP ini terdiri dari para politisi yang pernah berurusan dengan KPK maupun mereka yang terkait tindakan korupsi. Mereka sudah lama ingin bersama-sama menghancurkan KPK. Mereka juga bersinerji dengan kelompok pejabat dan pengusaha yang terindikasi melakukan tindakan korupsi.

Sasaran utama gerakan mereka adalah penghancuran KPK, Polri hanya djadikan tameng dan dengan terpaksa akan dibenturkan dengan KPK. Mereka bergerak tidak segan-segan membawa-bawa pihak lain termasuk ketua Umum PDIP dan Presiden Jokowidodo, akan tetapi sesungguhnya KPK lah yang menjadi sasaran utamanya.

Karena permainan gerilya mereka, dan kelicikan dalam bergerak, nama Ibu Mega dan bahkan Presiden semakin tercemar. Beberapa personal kelompok radikal PDIP yang sudah sangat mengidam-idamkan dengan menahan rasa haus kekuasaan yang dirasakannya selama 10 tahun menghimpit rongga dadanya melakukan gerakan dengan sangat rapih.

Mereka melakukan gerakan bawah tanah untuk menjebak para ketua KPK. Sedangkan para penumpang gelap KMP menguatkan gerilya politik di DPR untuk memenangkan skenario yang mereka buat bersama.

Dendam yang lambat laun bertumpuk ketika para politisi kotor baik yang berlindung diketiak PDIP maupun para politisi kotor yang terjerat kasus korupsi dari koalisi KMP mendorong mereka membuat rencana busuk dan profokatif.

Misalnya ketika KPK memanggil Megawati Soekarnoputri untuk diperiksa KPK sebagai saksi bagi 12 kader PDIP dalam kasus Travel Cheque, para Kader radikal mendesak Megawati dan DPP PDIP untuk menolak hadir ke KPK.

Para radikalisme dari PDI Perjuangan membuat skenario terhadap Abraham Samad pada masa kampanye Pilpres  2014,  yang akan dijadikan bukti bahwa ASmelakukan lobi-lobi politik dengan tokoh PDIP. Cara ini berupa jebakan kepada AS, sebagai langkah awal untuk memperlemah KPK.

Para kader PDIP ini juga menarik-narik Mega dalam isu lama tentang Komisi Pengawas Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) sebagai lembaga pencegah korupsi dibubarkan oleh Megawati Soekarnoputri sebelum akhir masa jabatan sebagai presiden pada tahun 2004.

Padahal jika mau objektif Pembubaran KPKPN karena pemerintah mensahkan Rancangan Undang-undang Antikorupsi yang telah disetujui DPR menjadi undang-undang. Dari UU itu mengamanatkan pembentukan Komisi Antikorupsi seperti KPK untuk menciptakan pemerintahan bersih dan berwibawa.

Kini Abraham Samad dan Bambang Widjojanto dan para pimpinan KPK yang lain menjadi target utama pelemahan KPK. Pertemuan AS dengan para politisi PDIP dan para pejabat negara lainnya sengaja dijadikan alat gerilya politik mereka, diolah ditambah bumbu-bumbu fitnah.

Ceritera Rumah Kaca Abraham Samad diramu sedemikian rupa seolah-olah bersumber dan inisiatif Abraham Samad yang sengaja melakukannya demi kepentingan pribadinya. Tujuan dari perbuatan para kelompok radikal PDIP untuk memancing emosi publik agar AS dan para pimpinan KPK yang lain terpuruk tidak mendapat simpatik masyarakat.

Namun disadari atau tidak perbuatan mereka ternyata membawa aroma negatif terhadap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu sendiri, partai berlambang banteng moncong putih itu dituduh memperlemah KPK, mengobok-obok KPK, dan paling tidak masuk akal adalah dituduh akan membubabarkan KPK.

PDIP dan Megawati serta Jokowidodo diseret-seret semakin jauh kedalam turbulensi konflik KPK Polri. Bukan hanya itu saja PDIP pun dituduh turut serta menghancurkan institusi Polri, dengan tuduhan yang dibuat-buat bahwa Komjen Budi Gunawan menjadi Timses Jokowi-JK dalam Pilpres.

Para politisi dan Kader radikal PDIP mereka reka seolah benar bahwa visi misi Jokowi bidang Pertahanan dan Keamanan dikonsep oleh Komjen Budi Gunawan. Padahal, Undang-Undang Kepolisian melarang keras anggota Kepolisian turut serta dalam politik praktis.

Sementara para kader radikal PDIP masih berusaha menghembuskan isu bahwa Mega dan PDIP memaksakan kehendak agar Presiden Jokowi tetap melantik setelah Komjen Budi Gunawan meski berstatus tersangka.

Manuver kader radikal PDIP telah membawa korban dimana Komjen Budi Gunawan pada akhirnya harus mengalami nasib tidak dilantik menjadi Kapolri.

Jelaslah tiga Kelompok besar tersebut yakni pertama kelompok radikal PDIP, politisi kotor penumpang gelap dikalangan Koalisi Merah Putih, kelompok pejabat dan pengusaha yang terindikasi melakukan tindakan korupsi, menyudutkan Mega dan Jokowi, dan yang paling terkena imbas negatifnya adalah KPK dan para pimpinannya.

Jelasnya sekarang Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Pandu Praja, Zulkarnain, akan menjadi korban ketiga kelompok besar tersebut diatas. Abraham Samad dan kawan-kawan bahkan seluruh pegawai KPK di sini adalah korban dari nafsu ingin berkuasa kelompok-kelompok radikal dikalangan kader PDIP dan yang mempunyai dendam lama kepada KPK

Ketiga kelompok telah melakukan manuver jahat, yakni kelompok radikal dikalangan kader PDIP dan yang mempunyai dendam lama kepada KPK, kelompok penumpang gelap dikalangan Koalisi Merah Putih dan kelompok pejabat dan pengusaha yang terindikasi melakukan tindakan korupsi, merekayasa seakan-akan dapat membuka semua borok semua para pimpinan KPK, yang dapat memaksa publik untuk menolak KPK dan anti pati kepada KPK, pada gilirannya Jokowi akan mendapatkan legalisasi dari publik untuk pembubaran KPK.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun