Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Lompat Pagar “Rumah Gelap Mega” Menuju KMP

1 Februari 2015   17:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:00 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tekanan dari Rumah Gelap Mega

Jokowidodo sudah mengetahui jika dirinya sebenarnya salah masuk rumah Megawati artinya masuk yang dipaksakan oleh keadaan. Bagi Jokowi rumah Megawati sebenarnya serbagelap karena baru kali ini seorang Jokowi yang bukan keturunan petinggi PDIP masuk ke dalam rumah Mega yang serbamisterius. Jokowi menganggap rumah yang serbagelap. Kejadian singkatnya Jokowi dapat masuk ke dalam rumah gelap Megawati semula karena didorong-dorong oleh Prabowo Subianto agar bersedia datang ke Jakarta karena Jokowi berpeluang karena dukungan rakyat begitu besar mendapatkan kedudukan gubernur DKI yang bergengsi itu.

Prabowo Subianto inilah yang awalnya melihat secara jeli akan potensi tinggi Jokowidodo merebut hati rakyat DKI bahkan rakyat Indonesia. Sama sekali bukan murni inisiatif Megawati. Oleh sebab itu di tengah tekanan yang demikian dahsyat kepada Jokowidodo dari KIH agar Budi Gunawan dilantik menjadi Kapolri, maka dengan sangat berat hati sang presiden meninggalkan rumah gelapnya, yakni rumah sang Megawati, lompat meninggalkan rumah gelap Mega menuju rumah terang KMP.

Tujuannya adalah untuk melakukan lobi dengan Prabowo Subianto sebagai pusat mesin penggerak KMP agar memberikan dukungan, dapat membawa aspirasi publik, keinginan rakyat murni berdasarkan hati nurani, antara lain untuk membatalkan pengangkatan BG menjadi Kapolri yang jelas-jelas tersangka korupsi.

Jokowi sungguh telah memberikan banyak toleransi kepada Mega, apalagi setelah Jokowi menjadi Presiden, rasa setengah-setengah dari Megawati, Puan Maharani, dan para kader PDIP semakin jelas terlihat, bukannya memberikan keleluasaan sebagai presiden untuk menjalankan amanat rakyat sepenuhnya tanpa intervensi, akan tetapi malah sebaliknya semakin kuat tekanan yang diberikan kepadanya.

Jokowi merasa serbasalah apalagi ketika pemilihan para menteri untuk susunan kabinet kerja, tidak ada pilihan lain, dirinya harus menerima instruksi Mega siapa-siapa yang harus menjadi menteri. Tekanan terhadap dirinya sebenarnya sudah lama dia rasakan, bahkan sebelum penyelenggaraan pemilu presiden-pun sudah banyak intrik-intrik negatif terhadap Jokowidodo, kader-kader PDIP yang menjadi pengurus di DPP .

Jika bukan kehendak dan harapan publik begitu besar, mana mungkin kader kroco seperti Jokowidodo yang tidak jelas asal-usul kelahiran dari kader partai apa, tiba-tiba dapat masuk ke dalam rumah gelap sang ketua umum partai Megawati SoekarnoPutri. Tokoh besar dinasti PDIP yang selalu berambisi menjadi presiden, tak terkecuali anak kandungnya Puan Maharani.

Lompat Pagar

Sekarang tidak ada pilihan lain Jokowi harus segera ambil keputusan berani, serta dengan pertimbangan yang matang, untuk bekerja sama dengan Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, tokoh-tokoh PKS, PAN, PPP yang dinilainya lebih egaliter lebih demokratis tidak terkesan sebagai kelompok partai pendikte. Dalam kacamata politik sebenarnya sesuatu yang biasa, akan tetapi karena ini dilakukan oleh seorang presiden Jokowidodo yang bukan berasal dari pejabat tinggi partai PDIP apalagi bukan seorang ketua umumnya, maka menjadi kejadian luar biasa dan merupakan kejutan besar.

Kerja sama dengan KMP diawali dengan lobi tingkat tinggi antara Presiden Jokowidodo dan Prabowo Subianto, kedua putra bangsa terbaik membicarakan banyak hal bukan saja masalah sehari-hari, misalnya olahraga pencak silat, akan tetapi yang paling penting adalah adanya kesepahaman kerja sama politik antara KMP di badan legislatif dengan Pemerintah. Prioritas pada penyelamatan jalannya pemerintahan Jokowidodo yang tinggal tersisa 4 tahun 8 bulan.

Sedangkan pernyataan Prabowo Subianto bahwa pertemuan tersebut dalam menjalankan tradisi IPSSI yang berencana akan memberikan pengangkatan gelar pendekar kepada Jokowidodo adalah pernyataan yang sangat pas. Bila diartikan Jokowi telah pantas menyandang gelar pendekar IPSSI sehingga mampu melompat pagar dari rumah gelap menuju rumah terang KMP.

Persoalan lainnya adalah untuk memberikan isyarat kepada publik mengapa dirinya lompat pagar dari rumah gelap menuju rumah terang KMP, yakni untuk menepis isu banyak orang bahwa Jokowi orang yang tidak bisa bermanuver, hanya bisa yang normatif-normatif saja. Nah dengan jalan itu apalagi pertunjukan disertai berpakaian seorang pendekar, maka saat itu juga publik akan kembali percaya dan yang lebih penting adalah tetap memberikan dukungannya sampai selesainya tugas sebagai presiden.

Prabowo Sepakat

Seperti diketahui kasus BG adalah kasus kecil oleh sebab itu sebagai persoalan biasa maka penyelesaiannya juga biasa tidak rumit-rumit amat. Oleh sebab itu tidak perlu dirisaukan, karena telah menjadi pengetahuan umum bahwa kasus tersebut adalah kasus yang semula berasal seorang perempuan seperti Ibu Megawati, yang pendekatannya pasti melalui pendekatan “woman approach” walaupun si ibu tau, anak yang akan dihadiahi permen ternyata anak bandel, akan tetapi tetap saja janji adalah janji, permen walaupun dapat membuat gigi si anak keropos, si Ibu Megawati tidak mau ambil pusing. Beliau ngotot BG harus tetap dihadiahi permen.

Penjelasan Prabowo sangat sederhana singkat dan penuh makna, tidak mengelak kalau pertemuannya dengan Presiden Jokowidodo juga membicarakan isu politik aktual. Salah satunya, membahas mengenai polemik pelantikan Budi Gunawan. Kata beliau, "Itu sebetulnya adalah tugas dan hak eksekutif, kami sepakat” kepada Bapak Presiden untuk memutuskan apa pun terkait calon kepala Polri. Saya menyampaikan, kita akan hormati apa pun keputusan yang diambil Bapak Presiden sebagai pemegang mandat," ucap mantan Danjen Kopassus tersebut.

“Kami sepakat“ maksudnya adalah sepakat bahwa Budi gunawan tidak dilantik menjadi Kapolri karena demi menjaga wibawa pemerintahan Jokowidodo dan sekaligus membangun citra positif serta menghapus citra negatif yang selama ini selalu dikait-kaitkan oleh masyarakat kepada KMP khususnya kader KMP yang terindikasi tidak bersih. Kemudian makna yang paling jelas dan spesifik“kepada Bapak Presiden untuk memutuskan apa pun terkait calon kepala Polri.  Saya menyampaikan, kita akan hormati apa pun keputusan yang diambil Bapak Presiden sebagai pemegang mandat kita hormati apa pun keputusan yang diambil Bapak Presiden sebagai pemegang mandat” adalah menegaskan kembali mandat seorang presiden Jokowidodo tidak lagi dapat diintervensi oleh Megawati, Surya Paloh, dan petinggi partai di KIH.

Semakin Percaya Diri

Lobi-lobi dalam pertemuan kedua tokoh besar itu mempunyai banyak arti, yang paling dulu terlihat adalah keduanya tampak sumringah bagaikan seseorang yang telah menemukan kembali perhiasannya yang hilang. Hal ini menunjukan misi dan visi kedua tokoh melahirkan kesepahaman yang mendalam. Pada level setingkat Prabowo, masalah materi tidak ada artinya, beliau jelas berbeda seleranya dengan Jokowi, Yang satu berasal dari kelas menengah ke atas dan kaya raya, sedangkan Jokowi berasal dari kalangan rakyat biasa.

Pada kondisi saat ini Jokowi hanya mempertimbangkan dan berharap pemerintahannya dapat berjalan dengan aman, yakni selama beliau memegang amanat rakyat sebagai presiden RI 2014-2019 mendapat jaminan keamanan, terutama pada kerja sama antara eksekutif dan legislatif di parlemen. Mengingat KMP menguasai parlemen karena dukungan dari 6 partai koalisi, Gerindra, Golkar, PAN, PPP, PKS. Di samping pertimbangan dukungan parlemen yang sangat kuat karena secara eksplisit Partai Demokrat juga sepakat untuk bekerja sama dengan Jokowi termasuk memberikan dukungan soal BG, dan penyelesaian konflik KPK Polri.

Kini Jokowi sudah semakin percaya diri, dapat melihat dunia politik dengan terang dan jelas, tidak lagi tergagap-gagap karena pengaruh Mega Paloh dan kader PDIP yang membelenggunya selama ini di Rumah Gelap Mega. Agar lebih terang-benderang, Jokowi berjalan santai menunggu dan mempertimbangkan masukan dari Tim Independen dan Dewan Pertimbangan Presiden, tersenyum gembira penuh arti kemenangan sambil bersenandung melalui pernyataan “Sudah saya tampung, tetapi jangan dikejar-kejar."

Bila ucapan tersebut ditujukan kepada Megawati Paloh dan kader PDIP seperti Hendropriyono, tentu saja mereka semakin mangkel dan gregetan maunya apa orang ini, sudah diusung jadi presiden ternyata malah berkhianat berani melawan Mega tolak BG jadi Kapolri. Para dedengkot KIH lalu berkumpul mengadakan pertemuan darurat atas sikap si orang ndeso yang menjengkelkan itu. Mereka membuat gaya tekan yang baru untuk menjerat Jokowi agar tidak makin jauh meninggalkan KIH.

Makna Jokowi, Prabowo, dan Habibie, bagi Mega

Jangan disebut Jokowidodo jika tidak mengetahui maksud pertemuan darurat para petinggi KIH di Rumah Gelap Mega. Jokowi memang semakin piawai saja bermain politik, untuk membuat semakin bingung KIH atau mungkin untuk memberikan pelajaran kepada Mega Paloh dan kader PDIP, ”Jangan aku kau anggap selalu Ra Po PO sehingga Anda perlakukan aku kayak bocah kemarin sore selalu anda tekan-tekan,” maka Presiden Jokowidodo kembali melakukan pertemuan mengejutkan. Kali ini dia mengundang mantan Presiden RI, BJ Habibie. di Istana Merdeka.

Nah betul kan sama seperti Prabowo, Habibie juga menyampaikan dukungannya kepada Jokowi. Habibie mendukung Jokowi untuk berpihak kepada rakyat. Terlebih lagi, menurut ahli penerbangan lulusan Jerman itu, tidak ada partai di Indonesia yang menang mutlak. Sekarang tidak ada satu pun partai di bumi Indonesia yang memiliki suara lebih dari 20 persen suara. Akan tetapi, presiden Indonesia sekurang-kurangnya mendapat dukungan minimal 51 persen. Dia dipilih untuk memihak 100 persen kepentingan rakyat.

Pertemuan Jokowi dengan Prabowo direspon positif oleh seluruh ketua umum partai KMP termasuk para dedengkot dan petinggi partai seperti Fahri Hamzah dan Fadli Zon yang selalu memberikan kritik pedas kepada Jokowi, akan tetapi kali ini memberikan apresiasi dan dukungannya kepada Presiden Jokowidodo. Inilah simbol kemenangan Jokowidodo kelak untuk menghadapi KIH Mega Paloh dan dedengkot PDIP yang fanatik menganggap Mega adalah seorang Dewi.

Sedangkan pertemuan Presiden Jokowidodo dengan mantan Presiden BJ Habibie, masukan dari tim independen yang terdiri dari para sesepuh politik di negeri ini sebagai tokoh yang telah melakukan pendekatan diri dengan Tuhan, mempunyai makna secara mendalam secara filosofis, yakni dukungan kepada Jokowi secara lahir batin dari para leluhur dan para pendiri negeri ini. Oleh sebab itu pertemuan dengan mantan Presiden RI, BJ Habibie, tak mungkin dianggap sepele oleh Mega Paloh. Mereka bagaimanapun juga masih sangat menghormati dan menjunjung tinggi kepada para faunding father yang telah berjasa sangat besar kepada negeri ini dan tidak dapat dibalas dengan balasan jasa dalam bentuk apa pun juga.

Megawati Sukarnoputri pasti akan melangkah surut secara teratur, karena terlihat Jokowi dengan hati tulus ingin memberikan penghormatan kepada Megawati dengan meminta dukungan Habibie dan pada sesepuh serta para tokoh di negeri ini yang telah menyumbangkan jasa dan pikirannya kepada negara. Ternyata si "petugas partai" bertindak sangat bijaksana tetap menghormati dan menjunjung tinggi kepada Ibu Mega yang menjadi ketua Umum PDIP sekaligus beliau adalah trah Soekarno Sang Proklamator, tidak ada alasan untuk Jokowi untuk memperlakukan Ibu Mega yang telah banyak jasanya menghantarkan Jokowi ke kursi Presiden RI ke-7. Dan juga tidak ada alasan Megawati Soekarnoputri tidak mendukung sepenuhnya kepada Jokowidodo, walaupun agank sengkel. Hidup Jokowi .

http://www.konfrontasi.com/content/tokoh/upaya-presiden-jokowi-terlepas-dari-tekanan#sthash.Q7hvyh1t.dpuf

http://nasional.kompas.com/read/2015/01/29/17093781/artikel-detail-komentar-mobile.html

http://baranews.co/web/read/31661/jokowi.melawan.tekanan#.VM2UGC7VGM8

SABRINA/kompas.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun