Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Akan Menolak Budi Gunawan Maupun Budi Waseso?

10 Februari 2015   16:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:30 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sejarah perjalanan pemerintahan di republik ini semua presidennya adalah orang-orang yang antikorupsi, terbukti pada masanya telah dibentuk lembaga penberantasan korupsi yang nama dan bentuknya saja bermacam-macam, namun sesungguhnya substansinya sama, yaitu menghapus perilaku korupsi yang melanda republik ini karena sangat merusak tatanan kehidupan kenegaraan.

Negara kita dikenal sebagai negara yang kaya-raya, pertaniannya, perkebunan, kehutanan, pertambangan minyak batubara emas perak nikel dan segala jenis kekayaan pemberian Tuhan Yang Mahakuasa. Itu semua kata para orang tua kita sebagai rahmat dan berkah Tuhan, yang harus disyukuri, harus diisi dengan rasa syukur, dan terima kasih kepada para pejuang pendiri negara yang telah bersusah payah mendirikan negeri ini.

Rasa syukur hakekatnya adalah harus melakukan tindakan bersih jujur tidak merugikan orang lain, termasuk tidak mengambil harta orang lain atau korupsi, itulah sebenarnya hakekatnya rasa syukur itu. Kenapa para pemimpin pemerintahan kita dari awal berdirinya selalu berupaya membuat lembaga yang menangani masalah korupsi?

Tentu saja alasannya sederhana saja. Kata orang awam karena di negeri kita ini masih banyak para pemangku pemerintahan, para pejabat di semua lembaga, dari pangkat rendah sampai dengan pangkat tinggi masih melakukan tindakan korupsi dari yang kelas teri sampai kelas kakap.

Mereka belum bersyukur, mereka telah melecehkan hakekat kemerdekaan melukai para pendiri negara, telah khianat kepada Illahi Rabbi. Dalam perjalanannya lembaga antikorupsi yang didirikan pada masa pemerintahan presiden pertama sampai presiden yang ketujuh, selalu mengalami irama naik turun.

Tersandung-sandung kerikil bahkan tersandung batu, ada-ada saja penghalangnya, penyebabnya bermacam-macam pula. Namun batu sandungan, atau penghalang sesungguhnya datang dari kalangan kita sendiri yang masih menganggap pekerjaan korupsi adalah pekerjaan biasa. Orang yang berpandangan demikian sesungguhnya sudah terkontaminasi penyakit keserakahan yang akut.

Dan orang-orang yang terkontaminasi penyakit berbahaya itu ternyata ada banyak di dalam lembaga pemerintahan, baik dari masa pemerintahan dahulu hingga sekarang. Mereka selalu berusaha sekuat tenaga agar lembaga pencegahan korupsi dapat diperlemah, jika mungkin malah dilenyapkan.

Masyarakat Indonesia yang berpikiran positif dan menggunakan hati nurani dan akal sehat, selalu berjuang agar lembaga antikorupsi menjadi lembaga yang kuat, jauh dari usaha-usaha kriminalisasi maupun pelemahannya. Mereka tetap beranggapan lembaga antikorupsi harus dijaga, intinya semua lembaga antikorupsi dianggap sangat penting dan harus kuat.

Mereka para penggiat antikorupsi selalu berusaha sekuat tenaga ikut menjaga keberadaan lembaga ini, dengan selalu mengingatkan kepada Presiden agar tetap konsisten terhadap pemberantasan korupsi, apalagi negara kita kayaknya sudah memasuki gawat korupsi.

Memang sesungguhnya kita sudah lama menginginkan Indonesia itu betul-betul adil, makmur, murah sandang murah pangan dan gampang papan, tetapi sudah 60 tahun kita merdeka ternyata kehidupan bangsa kita ini masih banyak orang miskin, susah mencari pekerjaan, mahal pendidikan, mahal kesehatan.

Padahal di antara negara-negara tetangga kita Indonesialah negara paling kaya raya dibandingkan mereka seperti Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Fietnam, Philipina, Laos Kamboja, Thailand. Wilayah Indonesia jauh lebih luas di antara mereka. Akan tetapi kenyataannya kita masih harus banyak belajar dari tetangga kita yang lebih makmur seperti Singapura, Malaysia, dan Brunai Darussallam.

Lebih aneh lagi negara Indonesia yang katanya sangat kaya raya ternyata masih harus mengirimkan TKI ke tetangga kita Malaysia dan Singapura. Padahal kata orang kekayaan laut Indonesia saja kalau dioptimalkan akan mampu membiayai semua infrastruktur di tanah air kita ini, mulai dari darat, laut sampai fasilitas udara akan ditanggung beres.

Bukan hanya itu, semua warga negara akan memperoleh jaminan kesehatan gratis, pendidikan gratis, sampai perguruan tinggi. Akan tetapi kenyataannya adalah kita masih serasa dijajah oleh bangsa lain, bahkan lebih menyakitkan, karena ternyata yang menjajah dan berbuat ulah itu adalah dari saudara-saudara kita sendiri.

Masih banyak koruptor yang hidup bersenang-senang di sekitar kita. Mereka serakah, serasa mau muntah memakan harta negara tanpa rasa takut, karena hati dan perasaan jiwanya sudah mati. Kita tentu sangat sedih dan prihatin negara yang begitu besar ternyata masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan dua negara tetangga terdekat kita.

Kesemuanya Itu akibat ulah saudara-saudara kita para koruptor itu. Mereka tidak lagi mempedulikan pesan para founding father yang menyatakan bahwa perjuangan Indonesia telah sampai pada saat yang berbahagia dengan selamat mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil makmur.

Bagi mereka para koruptor yang penting adalah dapat memakan, mengeruk harta negara sebanyak-banyaknya, urusan pesan para pendiri negara, pesan moral, tidak lagi dihiraukan, tidak lagi penting. Bagi kalangan para pemimpin yang lain pesan para pendiri negara hanya sekedar hafalan di mulut, sekedar retorika, belum dilaksanakan secara sungguh-sungguh.

Kenapa mereka sampai tidak lagi peduli kepada masa depan bangsa dan negara yang sedang mengalami banyak masalah korupsi dan masalah lain berupa keterpurukan di banyak bidang kehidupan, pendidikan, kesehatan, dll.? Karena semangat jiwa mereka sedikit banyak telah terlumuri oleh penyakit korupsi.

Kemudian bagaimana dengan pemerintahan sekarang ini. Bagaimana Bapak Presiden Jokowidodo dapat mengerem bahkan kalau bisa membabat habis para koruptor yang sudah merasuk dan meracuni di banyak lembaga negara, baik di lembaga eksekutif, legislatif, konsultatif, examinatif, pada tingkat pusat maupun daerah. Rakyat sangat menyadari bahwa pekerjaan tersebut sangatlah berat, karena yang dihadapi adalah para koruptor yang sudah sangat mendarah daging berpuluh tahun jaringan mereka sudah terbentuk dengan kuat.

Bila melihat track record Jokowi dalam pengabdiannya kepada negara sejak beliau menjadi wali kota Solo sampai dua periode dan Gubernur DKI selama dua tahun, keyakinan kita masih ada berpihak kepada beliau. Pastilah beliau akan lebih menguatkan lembaga-lembaga antikorupsi seperti KPK, menguatkan lembaga-lembaga penegakan hukum seperti POLRI dan Kejaksaan. Sebab dengan jalan itulah sebagai langkah awal bagaimana korupsi yang sudah mewabah ini dapat dicegah, secara bertahap selanjutnya diberangus dan dihancurkan.

Kini lembaga seperti KPK dan Polri sedang mengalami kemelut berkepanjangan, mengarah pada perseteruan antarlembaga, yang diharapkan oleh seluruh rakyat Indonesia adalah Bapak Presiden Jokowidodo dapat segera menyelesaikan dengan bijaksana dan adil. Itulah yang ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat.

Bapak Presiden Jokowi adalah presiden RI yang ketujuh, tentunya tidak akan membuat sebuah catatan sejarah yang kelam, tidak akan membuat catatan sejarah sebagai presiden satu-satunya di negeri ini yang membubarkan KPK, tidak akan membuat catatan sejarah sebagai presiden RI yang memidanakan para pimpinan KPK hanya karena alasan yang lemah dan sama sekali bukan karena melakukan korupsi.

Presiden Jokowi juga tidak akan membuat catatan sejarah hitam, karena mengangkat seorang kapolri yang tersangka melakukan tindakan korupsi. Akan tetapi sebaliknya Presiden Jokowi ternyata seorang pemimpin harapan rakyat berani menyelamatkan dan membela para pimpinan KPK yang terjerat konspirasi jahat pelemahan dan penghancuran KPK.

Selanjutnya rakyat juga sangat menghargai dan menaruh hormat kepada Bapak Presiden RI yang ke-7, berani mengangkat seorang Kapolri yang paling sedikit dosanya sebagaimana yang disarankan oleh ketua tim9 KH Ma’arif, setidaknya tidak mengangkat BG maupun BWaseso.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun