Setiap pemimpin di Nusantaramulai dari jaman raja-raja, selalu dihubung-hubungkan dengan kekuatan mistik yang menyertai kehidupan pribadinya. Pemahaman dikalangan masyarakat Jawa khususnya dan masyarakat diwilayah Nusantara pada umumnya menunjukan bahwa kekuasaan seorang pemimpin atau raja, karena sang raja bersangkutan mempunyai kekuatan gaib yang merasuk kedalam tubuhnya, orang atau masyarakat mengenal sebagai kesaktian atau aji jaya kawijayan. Selain kekuatan kekuatan atau kesaktian gaib, jaya kawijayan, pemimpin atau raja, memiliki pusaka atau benda bertuah, atau benda sakti.
Tak terkecuali para pemimpin di negeri kita Indonesia. Mulai dari Presiden pertama RI Ir Soekarno, Presiden Suharto, Presiden Habibie, Presiden Abdurachman Wahid, Presiden Megawati, Presiden Yudoyono, dan Presiden RI ke 7 Bapak Ir Jokowidodo.
Mulai dari Presiden Soekarno:
Beliau adalah salah seorang presiden pertama RI yang sangat kharismatik, berwibawa, disegani dan dihormati oleh para pemimpin-pemimpin dunia, tak terkecuali oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan kadang ada yang mengkultuskan sosok Bung Karno, secara berlebihan. Memang kenyataannya nilai kepahlawanannya tak tertandingi oleh putra bangsa yang manapun juga. Sebagai salah satu dari sekian ribu para pendiri bangsa, Ir Soekarno bersama Drs Mohammad Hatta, adalah proklamator kemerdekaan bangsa Indonesia.
Beberapa dari fotonya yang resmi Ir Soekarno, selalu terlihat memegang sebuah senjata tradisional Jawa berupa sebilah keris. Paranormal dan ahli perkerisan menjebutnya sebagai keris Kiai Sangkelat. Keris Kiai Sangkelat adalah sebilah keris sakti bertuah buatan Mpu Supa adik ipar dari kanjeng Sunan Kalijaga. Beliaulah pemilik pertama Kiai Sangkelat, kemudian diberikan kepada Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir, atau Mas Karebet) dari kerajaan Demak, selanjutnya menjadi piandel turun-temurun, yang masih trah Majapahit.
Selain pusaka sakti, Bung Karno juga mempunyai guru spiritual yang selalu memberikan wejangan ataupun mantra, atau berupa aji jaya kawijayan. Peristiwa Cikini, 30 Nopember 1957. Ledakan granat yang ditujukan untuk membunuh Presiden Soekarno, ternyata Bung Karno masih tetap selamat, tidak mengalami lecet sedikitpun juga. Ternyata keberuntungan masih dipihak Soekarno.
Percobaan pembunuhan juga pernah terjadi ketika Bung Karno sedang melaksanakan shalat Idul Adha di lapangan Istana Negara, beliau ditembak dengan pistol dari jarak 3 shaf, berkali kali, tetapi tembakannya satupun tidak ada yang mengenai Bung Karno, semua melenceng mengenai orang lain,
Percobaan pembunuhan Bung Karno pada 9 maret ’60 ketika itu Presiden Soekarno sedang sarapan pagi, tiba-tiba sebuah pesawat MIG-17 terbang rendah sambil meluncurkan roket dari udara ke darat, tepat mengenai Istana Merdeka, anehnya ruangan, meja makan hancur, tetapi Bungkarno tetap selamat.
Serangan mortir oleh gerombolan Kahar Muzakar di Makasar, pelemparan granat di jalan Cenderawasih Makasar, pelemparan granat di Bogor, semuanya tidak ada yang dapat mencederai BungKarno selalu melenceng dari sasaran.
Presiden Suharto
Presiden Suharto, semasa remajanya sangat menyukai laku prihatin, tapa brata yang disukainya adalah didelta sungai, atau di muara sungai, atau di tempat-tempat keramat lainnya. Kesukaan Suharto dalam laku tapa brata, karena pengaruh ajaran-ajaran kebatinan yang berasal dari guru-gurunya. Semasa beliau menjadi Presiden RI, tidak pernah lepas dengan melakukan olah kebatinan dengan guru-guru spiritualnya baik secara langsung maupun hanya berhubungan batiniyah. Tidak kurang dari 50 orang guru, oleh Suharto dijadikan tameng kebatinan untuk melanggengkan kekuasaannya.
Antara lain adalah Soedjono Hoemardani, selain sebagai penasehat spiritual ia pun merangkap sebagai penasehat pemerintahan Suharto.
Berdua mendirikan padepokan kebatinan “Jambe Pitu” di gunung Selok Cilacap. Guru Suharto yang mempunyai kekuatan melihat jauh kedepan adalah Romo Marto Pangarso, Lokasi pengembaraan kebatinannya dipusatkan di gunung Srandil, Cilacap. Pada praktek lelaku, syarat terkabulnya permintaan apabila dalam semedinya sudah dirawuhi (didatangi) Semar Badranaya.
Guru Suharto, yang memiliki kekuatan atau kesaktian linuwih, karena kosentrasinya pada ilmu kekebalan adalah, Ki Danundriya. Dia dikenal memiliki berbagai ilmu kebal warisan Sultan Trenggana, berupa “Aji Lembu Sekilan”, Ilmu warisan dari Sultan Hadiwijaya yang disebut “Ilmu Rog-Rog Asem”. Ketika Suharto meminta ajian tersebut, Ki Danundria meminta agar Suharto menebus dengan tapa brata yang cukup berat. Akan tetapi gagal menjalaninya, dan tetap meminta kepada gurunya dengan agak memaksa. Sejak saat itu Ki Danundriya mulai menjauhi Suharto, karena merasa kurang sreg.
Kemudian Mbah Diran, ahli pawang hujan, cara yang dilakukan unik, salah satu syarat biasanya menggunakan paku sebanyak bilangan genap, serta tulisan huruf kuno semacam rajah berbahasa arab dilengkapi dengan kain yang lebarnya sudah ditentukan sebelumnya. Paku tidak boleh berkarat, kemudian dibungkus rapih. Setelah dibacakan mantra serta di asapi dengan asap pembakaran kemenyan serta taburan bunga 7 rupa, paku-paku tersebut dipasang di 4 penjuru angin. Kemudian dibacakan mantra dalam bahasa jawa “ Titip gunung barat di barat, titip gunung timur di timur, titip gunung utara di utara, titip gunung selatan di selatan” mata tidak boleh dipejamkan , melihat dengan tajam ke masing-masing arah.
Guru Suharto yang lain adalah Ki Ageng Sela, dan paling di percaya sebagai guru spiritual sejati pak Harto adalah Ibu Tien sendiri. Oleh sebab itu sepeninggal Ibu Tien, Pak Harto seperti kehilangan pegangan, dan semua kekuatannya ber-angsur angsur lumer, meleleh. Tetapi ada yang sulit meninggalkan beliau ketika saat kematian menjemputnya yaitu yang berupa “Aji Lembu Sekilan” yang diminta dari gurunya dengan setengah memaksa, mengandalkan kekuasaannya dan kekayaannya.
Memang “Aji Lembu Sekilan” sangat ampuh, ketika serangan umum 1 Maret 1949, Pak Harto diberondong senapan mesin, tetapi tak satupun peluru yang dapat melukainya. Ada lagi yang dimiliki Pak Harto berupa “Aji Simbar Inten” ketika serangan umum 1 Maret anak buahnya sudah dipesan, jika serangan pihak lawan berasal dari sabelah utara, atau selatan anak buahnya agar pindah kesebelah kanan pak Harto, sedang bila serangan datang dari sebelah timur atau barat anak buahnya agar pindah kesebelah kiri Pak Harto. Dan benar yang mematuhi, ndilalah slamet. Ada yang nekad, entah sengaja atau tidak percaya akan pesan komandannya, ketika aba-aba agar pindah kekanannya Pak Harto, si Kopral tetap saja ada di sebelah kiri, akhirnya tertembak oleh musuh, untung hanya tertembak di kakinya.
Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY
Keempat presiden ini tidak mau menggunakan klenik, perdukunan, paranormal, orang pintar, dan sejenisnya. Beliau-beliau itu sangat dekat dengan para Kiai, tetapi Kiai yang sudah sampai tingkatan Kiai Khos. Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY kalau hendak konsultasi denga para Kiai / ulama yang maqamnya sudah mendekati kewalian, beliau biasanya minta disowankan kepada Kiai Abdullah Faqih, dari pesantren Langitan, Tuban, atau kepada Kiai Chudlori dari pesantren Tegal Rejo Magelang.
Pada Masa itu masih ada beberapa Kiai Khos yang bisa dijadikan tempat untuk dimintai saran dan do’anya, yaitu KH Ilyas Ruhiyat dari Kampung Cipasung, Desa Cipakat, Tasikmalaya, Mbah Liem atau KH Muslim Rifa’I Imampuro, pendiri pondok pesantren Al Muttaqin Pancasila Sakti, Klaten, Jawa Tenagh, KH Abdulah Abbas dari pesantren Buntet Cirebon.Di Indonesia jumlahnya sudah sangat sedikit. Sudah banyak yang almarhum. Bahkan sekarang di tahun 2014, praktis sudah tidak lagi kedengaran apakah masih ada Kiai Khos sekarang ini. Kebanyakan yang ada sekarang ini adalah putra-putranya, yang meneruskan tugas da’wahnya.
Berkonsultasi kerochanian kepada dukun dan paranormal atau melalui cara-cara klenik, perdukunan, paranormal, orang pintar, dan sejenisnya, jelas merupakan perbuatan haram, sirik, menyekutukan Tuhan, dosanya sangat besar ‘tak terampuni. Maka sejak pemimpin kita, mulai dari Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY, menjadi berubah total, tidak lagi menggunakan cara-cara yang melanggar syari’at. Hasilnya suasana mistis, aora negatif Istana Negara berkurang secara signifikan. Mulai dari akhir jabatan Habibie, Istana masih lumayan angker, masih membawa pengaruh negative, tetapi dapat dinetralisir ¼ nya, berkurang lagi ketika GusDur lengser sebesar 50%, berkurang lagi masa Mega sebanyak 75%, kemudian menjadi netral ketika SBY akhir pada periode I berkurang total menjadi 100%. Kini Istana Negara seterusnya akan menjelma menjadi tradisi adem, tenang, tentram, kontinuitas terselenggara tradisi transisi jabatan yang baik.
Presiden RI ke 7 Jokowidodo
Sekarang Presiden RI ke 7 Bapak Jokowidodo, beliau dikenal bukan sebagai orang yang suka klenik-klenikan, dipergelangan tangannya tidak ada gelang, tidak memakai jam tangan, dijarinya tidak ada cincin, didadanya tidak ada kalung dan sejenisnya, tidak meggunakan ikat pinggang yang aneh-aneh, dan disela-sela kerjanya tidak pernah melalaikan kewajibannya untuk selalu mendekat kepada Tuhan, malam hari bangun untuk shalat malam, Jokowidodo lebih senang memasrahkan jiwaraganya kepada Sang Maha Pencipta. Beliau kerap mampir ke Masjid atau Mushola untuk menunaikan ibadah lima waktu. Lihat saja Waktu shalat dhuhur di Masjid Istana Merdeka, berjubel jama’ah mengikuti Jokowi memenuhi panggilan azan duhur.
Kalaupunmemakai jimat” yang dipakai beliau adalah jimat dari Ibundanya, Ibu nya Jokowidodo dari Kiai di Solo, Kiai di Solo dari Ulama, ulama dari sahabat, sahabatdari Rosululoh saw , Rosulluloh saw dari Allah SWT. Jimat tersebut sebenarnya adalah do’a, do’a dari al-Qur’an, do’a Nabi Musa AS, do’a ketika beliau menhadapi masalah besar, mau menyelesaikan urusannya dengan Fir’aun.
Inilah do’a yang ditulis:
“Robis shrohli shodri wa ya shirli amri wah lul uqdatam mil lissani yah khohu khouli.”
Do’a tersebut dikutip dari surat Taha dalam al-Quranul-karim yang artinya “ Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekauan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku” ( Surat Taha ayat 25-28).
Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku” maksudnya adalah lapangkanlah, janganlah perkataan dan perbuatanku ini menyakiti dan janganlah hatiku ini dikotori, dan jangan pula hatiku ini dipersempit. Karena jika hati telah sempit, maka orang yang memiliki hati tersebut sulit memberikan hidayah (petunjuk ilmu) pada orang yang didakwahi.
“Dan mudahkanlah untukku urusanku” Maksudnya adalah mudahkanlah setiap urusan dan setiap jalan yang ditempuh untuk mengharap ridho-Mu, mudahkanlah segala kesulitan yang ada dihadapanku.
“Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku” Dahulu Nabi Musa AS memiliki kekurangan, yaitu rasa kaku dalam lisannya. Hal ini membuat orang lain sulit memahami yang beliau ucapkan, demikian dikatakan oleh para pakar tafsir. Oleh karena itu, Nabi Musa AS meminta kepada Allah AWT agar dilepaskan dari kekakuan lidahnya sehingga bisa memahami apa yang diucapkan oleh Musa. Dan akhirnya tercapailah maksudnya yang beliau minta.
Perlu diketahui, yang jadi guru spiritual Bapak Jokowidodo tidak lain adalah Ibu kandung beliau sendiri, Ibu yang sangat dihormatinya, mantra yang beliau baca adalah doanya Nabi Musa AS. Nah sekarang bicara soal jimat, bendanya selalu beliau bawa dan disimpan di mobilnya, apabila beliau merasa tidak enak badan jimat itu baru dikeluarkannya, yaitu berupa minyak kayu putih dan jamu, untuk seger seger waras, kembali bekerja keras.
Memang ada sesekali kejadian yang membuat beliau heran sendiri, ketika menghadiri sebuah acara di kampung, stafnya menelpon Bapak Jokowidodo, ada yang menunggu beliau di garasi, Bapak agar segera datang, penting, ada orang kesurupan. Akhirnya Pak Jokowidodo mendatangi orang tersebut agak bercampur heran. Masak wali kota disuruh nyembuhin orang kesurupan.
Bapak Jokowi segera masuk kedalam rumah mengambil es batu dari kulkas. Kemudian diusapkanlah ke wajah orang tersebut. Dan ternyata sembuh, ajaib, gumamnya. Rupanya peristiwa serupa terulang ketika Bapak Jokowidodo diminta oleh seorang Ibu yang sedang menggendong anaknya yang sedang menderita sakit panas, dan Bapak Jokowidodo dengan telapak tangannya mengusap kepala anak tersebut sambil berkata, sudah sembuh ya. Besoknya Jokowi meminta ajudannya untuk mengecek anak itu, dan subhanallah, Allah MAha Besar, ternyata anak tersebut sudah sembuh seperti sediakala. Itulah sedikit gambaran tentang Jimat , Aji Kawijayan, dan Guru Spiritual dari Presiden Soekarno, Suharto, BJ Habibie, Gus DUR, Megawati, dan SBY sampai dengan Jokowidodo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H