Beberapa saat yang lalu seorang monsinyir Portugal menyurati Presiden Jokowidodo yang berisi segala macam doa, pujian, harapan, permintaan, mengajari mulai dari masalah sosial, hukum, politik, sejarah, masalah HAM dan segala macam, bila dituangkan berupa tulisan akan menjadi sebuah buku tebal “Monsinyur Carlo Filipe Menggugat”. Mirip-mirip lakon dalam pewayangan Semar menggugat.
Bedanya, jika Semar digambarkan sebagai seorang Dewa Ismaya yang waskita, ngerti sadurunge winarah (mengetahui sesuatu sebelum sesuatu terjadi), yang mangejawantah sebagai manusia, mewakili suara Tuhan sekaligus suara rakyat.
Sedangkan suara Pak Belo, apabila tidak hati-hati mensikapinya, akan mudah terkecoh bagi yang mendengarnya. Tampaknya saja mensuarakan seorang monsinyur, tetapi didalamnya banyak ditaburi bumbu-bumbu kaldeirada, carne assada, dan ditambah segala macam minuman memabukan lainnya.
Seorang Monsinyur Carlos, berdoa kepada Allah Yang Maha Esa, pencipta Alam Semesta, senantiasa menuntun dan membimbing Presiden Jokowidodo dan Bapak Yusuf Kalla dalam perjalanan kepemimpinan lima tahun mendatang,”
Bangsa Indonesia menghargai Pak Belo, sebatas sebagai sesama umat manusia, ciptaan Tuhan. Namun demikian untuk meng-aminkan doa sampeyan, kami punya tata krama sendiri, apalagi sebagai muslim sudah jelas syariatnya, boleh mengucapkan amin hanya dari sesama saudara muslim. Begitu yang kami pahami, lihat saja fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), tentang ”doa bersama” dalam Musyawarah Nasional MUI VII 2005.
Tentang pujian anda kepada Bapak Jokowidodo, sebagai orang yang hebat, maka kami bangsa Indonesia dengan ini mengaku bahwa Bapak Jokowidodo dan pemimpin bangsa kami yang lain Ir H Soekarno, Jenderal H Soeharto, Prof Dr H BJ Habibie, KH Abdurachman Wahid, Hj Megawasti Soekarno Putri, Dr H Susilo Bambang Yudoyono, semuanya adalah orang-orang hebat, pemimpin kebanggaan rakyat Indonesia.
Untuk Pak Belo ketahui, bahwa para pemimpin bangsa Indonesia, Bapak Jokowidodo, Ir H Soekarno, Jenderal H Soeharto, Prof Dr H BJ Habibie, KH Abdurachman Wahid, Hj Megawasti Soekarno Putri, Dr H Susilo Bambang Yudoyono, beliau-beliau semuanya telah mendapat kepercayaan seluruh rakyat Indonesia, untuk memimpin Indonesia yang cinta damai, dan telah mensejahterakan rakyat Indonesia.
Perlu pak Belo ketahui juga, tanpa teriakan anda, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, sejak Kejayaan Majapahit, Kejayaan Sriwijaya, sudah menguasai wilayah yang sangat luas termasuk negara asal sampeyan timortimur .
Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi perdamaian, persaudaraan. Tentang solidaritas universal, bangsa Indonesia sudah sejak Proklamasi 1945 mencantumkan dalam preambul konstitusi Negara Republik Indonesia. Bukankah Belo sudah pernah ditatarP4 beberapa kali di Jakarta, pura-pura kagak tau saja.
Pak Belo, tentang kerja sama Indonesia & timor leste dan perlakuan adil warga Indonesia kelahiran timor timur (mereka dulu lahir di timor timur bukan di timor leste. timor leste baru ditongolkan kemarin sore mas Belo), anda pikir Bangsa Indonesia telah memperlakukan saudara kami asal kelahiran timor timur, dengan semena-mena.
Saudara kami kelahiran asal timor timur, mempunyai hak dan kewajiban yang sama di dalam hukum dan pemerintahan selengkapnya lihat saja UUD 1945 pasal 26 sd 31.
Bangsa Indonesia tidak dapat dihasut, diprofokasi. Pak Belo, harusnya anda belajar sejarah lebih banyak lagi tentang Indonesia. Indonesia adalah satu-satunya Negara di dunia yang tidak mudah di pecah belah, baik dari perbedaan agama, ras, budaya. Kami memiliki Bhineka Tunggal Ika, itulah alat pemersatu bangsa Indonesia, warisan leluhurnya bangsa Indonesia.
Pak Belo, bangsa Indonesia sekarang ini lagi semangat-semangatnya menghilangkan KKN, lagi menggalakan operasi mental, jadi jangan coba-coba titip-titip warga kelahiran Timor Leste untuk jadi menteri, atau jabatan lain di pusat maupun di daerah. Belajar dulu yang bener, berprestasilah, dapat menjadi juara, itupun pasti melalui seleksi.
Pak Belo jangan iming-iming mereka dengan janji-janji yang berbau KKN. Karena KKN sumber dari semua kerusakan, terutama kerusakan ahlak. Korupsi mengakibatkan kemiskinan, ketertinggalan disemua aspek kehidupan, pendidikan, boros dan keserakahan, akibat lebih luas adalah terjadi ketidakstabilan sosial, politik dan keamanan. Lebih parah lagi kestabilan meluas sampai kedalam kekuasaan.
Pak Belo kalau anda mencintai mereka, semestinya anda menghargai mereka, salah satu contoh untuk menghargai merka adalah dengan lagsung kepada mereka. Bukankah anda masih ada pertalian darah dengan saudara-saudara kelahiran timor timur itu? Seiring dengan pilihan dalam hidupnya, bukan memberikan penilaian baik atau buruk. Berilah kebebasan, tanpa ada campur tangan untuk mengekang kebebasan pilihan mereka.
Oleh sebab itu memotivasi mereka sebaiknya tidak dari jauh, dikawatirkan tidak nyambung. Berbeda kalau anda mau mendekati mengunjungi putra-putri kelahiran Timor Leste akan merasakan sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia. Sekaligus Pak Belo dapat meyakinkan mereka secara langsung pilihannya untuk berintegrasi dengan Indonesia adalah pilihan terbaik.
Jelaskan kepada mereka secara rasional, bahwa pilihannya untuk bergabung dengan bangsa Indonesia adalah rasional, yakinkan mereka, kunjungi kepada mereka, apakah ada tekanan selama ini untuk bergabung dengan bangsa Indonesia, apakah diberi kebebasan, oleh saudara-saudaranya yang berada di timor leste, atau malah sebaliknya Xanana Gusmao dan saudara-saudaranya yang lain malah mengusir mereka dari tanah kelahirannya?
Sejarah masa lalu mereka adalah pilihan yang tidak dapat ditolak, semua orang akan menerima sebesar apa yang mereka usahakan. Setiap manusia akan mendapatkan balasan berupa kebaikan, dari hasil usaha kebaikan walaupun hanya sebesar zarah. Hasil berupa kebaikan juga akan didapatnya, walaupun baru berniat untuk berbuat baik. Dan setiap manusia akan mendapatkan balasan keburukan dari perbuatan buruk yang telah dilakukannya walaupun hanya sebesar zarah sekalipun.
Dalam surat anda, Pak Belo mengakhiri dengan doa untuk Jokowi-JK, semoga Allah Yang Besar memberkati Jokowi-JK beserta keluarga di rumah. Sekali lagi Kami bangsa Indonesia hanya bilang terima kasih. Itu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H