[caption id="attachment_379933" align="aligncenter" width="624" caption="KOMPAS.COM / KRISTIANTO PURNOMO "][/caption]
Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan Dewan Kebijakan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti), tidak ambil pusing atas kritikan yang datang dari berbagai lapisan masyarakat terkait pelantikannya Budi Gunawan oleh Kapolri menjadi Wakapolri sejak tanggal 22 April 2015.
Pelantikan yang terkesan sembunyi-sembunyi karena tidak diliput langsung oleh massmedia terutama TV. Ada kemungkinan pelantikan Budi Gunawan secara sembunyi-sembunyi karena sebagai orang timur pasti masih mempunyai perasaan malu melantik seorang pejabat negara yang terindikasikan melakukan tindakan pencucian uang alias korupsi.
Demikian juga Kapolri dan jajarannya pasti menyimpan perasaan malu dari sorotan masyarakat tentang Budi Gunawan yang kotor. Bukankah seseorang yang menyimpan barang kotor cenderung main umpet-umpetan , berusaha menghindar pertemuan dengan kalayak ramai.
Namun hal itu tetap dilakukan oleh Polri, karena pelantikan Budi Gunawan menjadi Wakapolri dinilai oleh pimpinan dan petinggi Polri akan memperkuat peluang Budi Gunawan dalam kendali di Kepolisian terutama dalam menghitam putihkan kasus-kasus yang memperkarakan musuh-musuh Polri.
Antara lain kasus-kasus yang menimpa mantan Ketua KPK AS dan BW, para pegawai, penyidik, dan pendukung Komisi Pemberantasan Korupsi. Jika secara jujur dan terbuka sebenarnya kiprah Polri selama ini sudah sangat terpuruk dimata masyarakat.
Mereka memandangnya sebagai Lembaga Penegak Hukum tetapi sarat dengan pelanggaran hukum. Orang bilang pagar makan tanaman. Kasus yang melibatkan anggota dan petinggi Polri jarang sekali disentuh, sedangkan kasus yang melibatkan pimpinan KPK , pegawai, penyidik serta para pendukung KPK sangat cepat mendapatkan respon dari Polri.
Apalagi setelah Polri mulai dari Kapolrinya, Wakapolri, Kabareskrim, termasuk Direktur Tindak Pidana Khususkini telah menjadi satu tim yang sangat kuat ditubuh Polri yang dapat menghitam-putihkan suatu kasus baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Posisi mereka demikian strategis berupa 4 serangkai kekuatan tak tergoyahkan, yaitu Jenderal Badrodi Haiti, Komjen Budi Gunawan, Komjen Budi Waseso, dan Brigjen Victor Simanjuntak. Ibarat dalam sebuah rumah Polri tiang utama penyangganya utama adalah mereka berempat.
Kapolri Jenderal Badrodi Haiti, Wakapolri Komjen Budi Gunawan, Kabareskrim Komjen Budi Waseso, dan DirekturTindak Pidana Khusus Brigjen Victor Simanjuntak adalah 4 serangkai yang sejak Januari 2015 sangat mengebu-gebu untuk meluluhlantakan KPK dengan memperkarakan semua unsur KPK.
Salah satunya adalah kasus dugaan keterangan palsu pada pemilihan kepala daerah kota waringin barat Kalimantan Tengah dengan tersangkanya Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto. Siapa yang menjadi penyidik ketika itu tidak lain salah satu dari tiang penyangga Rumah Polri Brigjen Victor Simanjuntak yang langsung menetapkan Bambang Widjajanti sebagai tersangka.