Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Antara Politik/Politikus dan Prostitusi atau Pelacuran

13 Mei 2015   17:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:05 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431513452614900089

[caption id="attachment_383423" align="aligncenter" width="640" caption="Prostitusi Online? sidomi.com"][/caption]

Sisi Kesamaan dan Perbedaan

Antara politikus dan pelacur sesungguhnya sangat berbeda, akan tetapi jika kita mengkaji pada substansinya lebih dalam, pelacur dengan politikus dalam batas-batas tertentu ada sedikit kesamaannya yaitu pada kepuasan. Politikus adalah seseorang atau kelompok orang yang berusaha atau terlibat dalam kegiatan politik, tujuannya mendapatkan kekuasaan. Dengan kekuasaan seseorang atau kelompok orang akan mendapatkan kepuasan. Sedangkan Pelacur atau prostitusi adalah orang yang berkegiatan dalam penjualan jasa seksual, tujuannya untuk uang dan kepuasan. Jadi ada sedikit nilai kesamaannya antara Politikus dengan Pelacur atau Pelacuran, yaitu kepuasan.

Dengan demikian tujuan berpolitik ujung-ujungnya adalah mendapat kekuasaan dan kepuasan. Demikian juga dengan melakukan pelacuran atau prostitusi si pelaku akan merasakan kepuasan. Kepuasan yang didapat dalam politik maupun prostitusi sifatnya sementara alias tidak abadi. Hanya saja kepuasan dari pelacuran atau prostitusi lebih cepat berlalu secepat anak panah melesak lepas dari busurnya. Bahkan ada yang lebih cepat dari itu.

Setiap besaran sesuatu fariabel tentu ada yang bernilai positip maupun negatip. Jika Politik dan Prostitusi dianggap sebagai suatu besaran dari fariabel yang menghiasai kehidupan umat manusia, maka baik politik maupun prostitusi seharusnya ada nilai positipnya dan negatipnya. Akan tetapi yang saya ketahui dalam pelacuran atau prostitusi sangat sulit mencari nilai positipnya bahkan oleh banyak kalangan prostitusi dianggap suatu perbuatan tercela.

Oleh sebab itu dalam Prostitusi selalu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, karena si pelaku tidak akan sudi jati dirinya diketahui oleh umum, walaupun dalam proses ada kesepakatan oleh para pelaku-pelakunya. Sedangkan dalam politik akan mudah mencari sisi baiknya, baik dalam proses maupun hasil, Apalagi jika dalam proses Politik tidak dengan paksaan.

Dalam politik besarnya nilai plus atau minus bergantung cara kita untuk memperolehnya. Bernilai positip bila dalam berpolitik lebih banyak melalui kesepakatan yang konstruktif, melalui perjanjian-perjanjian yang di akui oleh kedua atau banyak pihak, maka Politik terbut bernilai positip, Akan tetapi dengan cara sebaliknya, misalnya cara perolehannya dengan pemaksaan diri maka hasil yang diperoleh dalam politik tidak bernilai positip.

Tidak demikian dalam prostitusi, walaupun untuk mendapatkannya dengan cara kesepakatan antara kedua belah pihak, berprostitusi tetap akan dicap sebagai perbuatan negatif, tercela dan aib untuk pelakunya , aib untuk keluargnya dan menular aib kepada masyarakatnya. Walaupun dalam kegiatan prostitusi telah ada perlindungan hukum.

Tinjauan sejarah lahirnya Politik dan Pelacuran:

Antara Politik dan prostitusi, ternyata usia Prostitusi tidak sezaman dengan politik dan mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda. Lahirnya politik Ketika Allah SWT menyampaikan maksud-Nya didepan para malaikat, untuk mengangkat manusia sebagai khalifah atau pemimpin di bumi. Jadi peristiwa ini jauh sebelum lahirnya para pemikir besar negara dan hukum yang dimulai dari Plato sampai Kant.

Rencana Tuhan tersebut di protes oleh para Malaikat karena mereka merasa dirinya lebih wajar dari manusia. Supaya mereka puas maka diadakan uji kompetensi ujian lisan, dan ternyata pilihan Tuhan dibuktikan kebenarannya. Melalui ujian lisan tersebut malaikat gagal dan manusia lulus dengan predikat sangat memuaskan dan bahkan ditugasi mengajar malaikat.

Setelah sekian lama manusia menguasai dan menjadi khalifah di bumi. Ternyata muncul protes yang kedua kalinya. Malaikat mengeluh katanya terlalu banyak dosa manusia mengotori dengan darah dan banyak peperangan dan lingkunganyapun dirusak.

Mereka kini merasa dirinya lebih bersih dan lebih mampu menjadi khalifah di bumi. Untuk kali ini, Tuhan memberikan ujian yang dilakukan dalam bentuk praktek. Para pendemo dipersilahkan memilih wakil mereka yang terbaik untuk menggantikan manusia menjadi khalifah bumi.

Maka terpilihlah dua jagonya para malaikat yang terkenal bersih, pintar dan kuat mereka adalah malaikat Harut dan Marut. Di bumi mereka berdua menjadi khalifah dan bertemu dengan wanita cantik secantik AA barangkali, dan bersedia melayani kedua malaikat bergulat madu & berbulan madu dengan syarat sangat berat yakni menyekutukan Tuhan.

Tentu saja syarat tersebut ditolaknya. Kalau begitu membunuh saja, kata si AA. Syarat inipun ditolak. Dan si wanita cantik AA berkata, Ya sudah minum MIRAS segelas saja, Harut dan Marut setuju. Selesai minum MIRAS mereka berdua mabuk lupa diri, saat itu mereka memperkosa si wanita cantik, kemudian membunuhnya, bahkan mempersekutukan Tuhannya, bahkan lebih jauh lagi membuka rahasia langit alam malakut yang masih dalam rahasia alam ghaib.

Dari sisnilah bisa dikatakan lahirnya pelacuran pertama kalinya, yang sebenarnya dilakukan oleh Harut dan Marut. Dan dari sini pula lahirnya asal muasal ajaran perdukunan dan pengakuan sebagian manusia sesat yang mengatakan mendapat wahyu dari Tuhan, padahal mereka buka Nabi atau Rasul

Dapat disimpulkan Politik/politikus bisa disamakan dengan kegiatan paraPelacur/pelacuran jika tujuannya adalah hanya semata-mata uang dan kepuasan, oleh sebab itu setiap politikus atau setiap orang yang terlibat dalam kegiatan politik, ternyata mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dari tujuan sebenarnya sebagai pemimpin atau khalifah dalam pemerintahan atau khalifah dalam legislatif, maka ia sesungguhnya seorang yang melakukan pelacuran atau prostitusi.

Mudah-mudahan hal ini tidak dilakukan oleh para politisi kita dan para pejabat negara di kabinet Jokowi-JK, sebab salah satu yang menjadi awal hancurnya suatu bangsa adalah pelacuran. Ingat itu!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun