Belum lama Pemerintah Indonesia selesai mengadakan kunjungan diplomatik ke Myanmar yang dilakukan oleh Menlu Retno Marsudi untuk perdamaian Rohingya. Pertemuan dengan Jenderal U Min Aung Hlaing serta Penasehat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi, menghasilkan deal-deal penting.
Intinya tindakan kekerasan dihentikan, dan bantuan kemanusiaan dari dunia internasional dapat segera masuk. Dalam kunjungannya Menlu Retno sekaligus memberikan bantuan $ 2 juta untuk kemanusiaan, pembangunan masjid, pendidikan dan kesehatan serta ikut memperjuangkan agar Rohingya mendapat perlakuan adil dari otoritas Myanmar.
Menlu Retno juga berhasil meyakinkan kepada Jenderal U Min bahwa PBB dan dunia peduli untuk membantu rakyat Rohingya yang menderita dan agar diakhiri tindakan kekerasan. Myanmar damai, maka Asia Tenggara juga akan damai, dan akan berpengaruh positip terhadap  perkembangan dan kemajuan bangsa-bangsa Asia Tenggara.
Ibarat mulut Menlu Retno Marsudi masih basah, masih berbusa-busa, ternyata wilayah Yala Thailand Selatan meradang, karena terjadi ledakan bom yang ditanam ditepi jalan oleh pejuang muslim Yala mengakibatkan puluhan orang terluka dan beberapa anggota kepolisian Thailand tewas.
Ledakan bom yang dipasang milisi muslim Yala juga telah  menewaskan militer Thailand yang sedang  menjalankan patrol jaga. Ledakan bom menunjukan bahwa pejuang separatis muslim Thailand mulai bergerak keluar  tidak mau kalah dengan milisi muslim Rohingya yang menuntut kemerdekaan atas wilayah mereka.
Dapat dipastikan akan berlanjut menjadi konflik tak terkendali, liar dan saling menghancurkan antara pejuang muslim Yala melawan tentara Thailand. Konflik ini sesungguhnya telah berlangsung lama sejak 2004 dan telah menewaskan lebih dari 6500 orang tewas dari kedua belah pihak.
Pejuang muslim Yala sesungguhnya  menuntut kemerdekaan dari Thailand atas tanah warisan leluhur Kerajaan Islam Melayu Pattani. Mereka mengaku pemilik sah tiga provinsi yang kaya akan sumber daya alam, yaitu: Pattani, Yala dan Narathiwat di wilayah paling selatan Thailand.
s
Â
Dengan terjadinya konflik berdarah di titik-titik penting dan strategis yang menyebar tak terkendali dari Rohingya sampai menular ke Yala Thailand Selatan secara berturut turut sesungguhnya Asia Tenggara mulai panas dan membara. Konflik Yala bila tidak segera diantisipasi oleh campur tangan dunia khususnya ASEAN akan sangat berbahaya.
Dilihat dari kacamata intelijen, konflik Yala di Thailand Selatan dapat dipastikan sebagai sambungan dari konflik Rohingya. Yang arah sasarannya dibalik itu jelas sekali disebarkan ke konflik yang lebih besar di ASEAN, untuk memperebutkan Laut Cina Selatan, yang sangat strategis dan kaya.