Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ibu Das Kriting Perempuan Pemberani Suka Menolong Orang Susah

29 Agustus 2017   23:18 Diperbarui: 30 Agustus 2017   19:53 1889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebetulan sudah agak siang sekitar jam sepuluhan hari itu saya ditugasi istri untuk belanja kebutuhan dapur. Laju motor bebek yang tidak terlalu kencang langsung kuarahkan ke Pasar Pulo Gadung. Selain tidak terlalu jauh dari rumah, harga-harga kebutuhan dapur relatif sedikit lebih murah ketimbang di supermarket yang ada di sekitar Rawamangun, karena untuk keluarga, yang penting masih mampu kebeli. Komoditas yang lagi aku incar hari itu, ikan bandeng kesukaanku dan udang sebagai bahan balado masakan kesukaan istriku.

Seperti biasa saya tidak muter-muter dari pedagang satu ke pedagang lainnya. Kondisi pasar saat itu tidak seramai ketika pagi hari, satu dua orang masih terlihat membeli ikan. Bermula dari percakapan biasa antara saya sebagai pembeli dan ibu pedagang ikan yang sudah tampak berusia lanjut. Dari pembicaraan tawar menawar biasa tentang harga ikan  dan udang, tidak sengaja berbuntut ngobrol banyak hal. Dari tadi saya mengamati ibu penjual ikan yang satu ini usianya paling tua di antara penghuni pasar Pulo Gadung.

Saya sengaja membuka pembicaraan perihal ikan dan udang yang saya beli. "Jadi sekilo harganya 35.000 rupiah, ngga kurang ya Mbah".

"Itu saya kasih paling murah, sudah puluhan tahun saya jualan ikan di sini, paling murah, paling bagus ikannya, dari tahun 74 saya sudah berdagang di sini, pasar masih sepi bangunannya pun sebagian besar berupa atap seng tidak seperti sekarang ini sudah ada gedungnya," katanya.

Ibu Nurhayati sesama pedagang di pasar Pulo Gadung,, menganggap Ibu Das Kriting seperti orang tuanya, semua pedagang sayang sama ibu Das. (dokpri, 8/29/2017)
Ibu Nurhayati sesama pedagang di pasar Pulo Gadung,, menganggap Ibu Das Kriting seperti orang tuanya, semua pedagang sayang sama ibu Das. (dokpri, 8/29/2017)
Saya orang Tegal asli, waktu itu merantau ke Jakarta bersama suami dan satu orang anak, Alhamdulillah sekarang anak saya sudah empat, sudah pada bekerja semua, yang ngikutin dagang cuma satu anak pertama saya," ujarnya. Dagang itu yang penting jujur, jadi orang tidak boleh kikir, harus senang memberi terutama kepada orang susah insya Allah berkah, kalau jujur pasti berkah, untung dikit-dikit ditabung jadi berkah," katanya.

"Empat tahun saya berdagang di Jakarta bisa bikin rumah kecil-kecilan di Cilincing Jakarta, kalau sekarang mah saya bangun rumah di Jawa. Kalau mau mampir ke rumah saya di Kedung Jati, Sumber Harjo, Tegal, saya selalu ngajarin kepada anak-anak saya semua, kejujuran dan senang membantu orang susah," ujarnya kepada penulis.

Teman-teman pedagang memanggilnya Ibu Das, ada juga yang memanggil Ibu Kriting. Ibu Das ini sering juga dipanggil Ibu Das Kriting karena rambutnya kriting. "Ibu Das ini rajin mengaji, orangnya baik sekali tidak pelit, suka nolongin orang susah, semua pedagang di sini sayang sama dia, saya sudah menemani Bu Das selama 15 tahun sudah seperti orang tua saya sendiri, dia jualan ikan kalau saya jualan ayam potong," kata Ibu Nurhayati sesama pedagang di Pasar Pulo Gadung.

Mas Triyono sesama pedagang Ikan, merasa beruntung bertetangga dengan Ibu Das Kriting, manfaatnya banyak nggak kehitung (dokpri, 8/29/2017)
Mas Triyono sesama pedagang Ikan, merasa beruntung bertetangga dengan Ibu Das Kriting, manfaatnya banyak nggak kehitung (dokpri, 8/29/2017)
Dari penampilan Ibu Das dia termasuk perempuan yang selalu menjaga performa keibuannya, tentu cantik di kala mudanya, walaupun seharian bergulat dengan ikan tetapi cara berpakaian selalu tampak rapi, dengan mengenakan jilbab berwarna merah muda. Baju serta celemeknya pun berwarna merah kelihatan trendi. Pasar Pulo Gadung saat itu kering rada-rada panas karena sudah lama Jakarta tidak diguyur hujan, tetapi terobati dengan keramahan dan ketulusan cerita dan nasihat Ibu Das yang disambut oleh Ibu Nurhayati.

Ibu Das atau Ibu Das Kriting, nasihat-nasihatnya menjadikan suasana sejuk. Walaupun seorang perempuan tua dan juga seorang pedagang ikan, pun di pasar tradisional, tetapi nasihat-nasihatnya yang berbobot dan petuah-petuahnya tidak pernah lepas dari nasihat keagamaan, kepada kaum muda sesama pedagang, menunjukan sisi lain Bu Das adalah muslimah berjiwa penolong, ikhlas memberi terutama kepada orang susah, sebagai seorang pedagang yang jujur, pemberani dan penolong, sesungguhnya ia layak menjadi ibu teladan.

"Semua pedagang ikan di pasar pulo gadung merasa beruntung bertetangga dengan Ibu Das, manfaat nya banyak nggak kehitung", ujar mas Triyono. Pengakuan Mas Triyono bukan basa basi hampir semua pedagang ikan disekitar Ibu Das mengamininya. "Sesungguhnya Ibu Kriting itu seorang pejuang yang berani, Ibu yang sangat jujur, ikhlas nyumbang bantuan khususnya kepada fakir miskin, mengherankan sering nyumbang bukannya berkurang  malahan dia bisa bikin rumah bagus di Sumber Harjo, Tegal" sambut mas Tri sesame pedagang yang membuka lapak disamping Ibu Das.

Pasar Pulo Gadung tempat Ibu Das Kriting, Ibu Nurhayati, Mas Triyono, dan pedagang tradisional lainnya mengadu nasib. (dokpri. 8/29/2017) berdagang sudah agak sepi siang jam 10.30,
Pasar Pulo Gadung tempat Ibu Das Kriting, Ibu Nurhayati, Mas Triyono, dan pedagang tradisional lainnya mengadu nasib. (dokpri. 8/29/2017) berdagang sudah agak sepi siang jam 10.30,
"Saya sudah berkunjung ke tegal, saya sendiri yakin karena keberanian, kejujuran dan keikhlasannya ia menjadi seorang pedagang yang sukses, kejujurannya dikenal juga di tempat jualan ikan di Muara Angke," lanjut Mas Triyono. "Di bulan Zulhijah, ibu kriting akan berkurban kambing untuk sekeluarga tetapi entah ada berapa ekor," ujar mas Tri. Ibu Das dikenal Ibu yang berani, kulakan ikan sering dia lakukan sendiri tanpa bantuan suami apalagi orang lain, demikian para pedagang ikan lainnya menimpali.

Makanya mas Triyono sebagai laki-laki kadang-kadang suka kesal kalau ada orang muda apa lagi laki-laki yang cengeng, tampilannya pria tetapi paling dalam hatinya adalah perempuan, tidak punya keberanian dalam menjalani hidup sering bergantung orang lain. Boro-boro akan menjadi penolong, yang ada dipikirannya hanyalah hidup enak, jalan pintas dan omong besar, tetapi ketergantungan. Model manusia macam begini tidak bisa jadi pemimpin, apalagi diteladani.

Masih beruntung di pasar tradisional sekedar wilayah pinggiran Jakarta masih ada perempuan tua tetapi bisa menjadi suri tauladan, Ibu Das Kriting Perempuan Pemberani suka menolong orang susah.

Jakarta, 29 Agustus 2017.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun