Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dibanding Amerika, Rusia, dan Koalisi Arab Saudi, Strategi Jokowi berbeda dalam memerangi ISIS

27 Agustus 2017   20:05 Diperbarui: 28 Agustus 2017   10:53 4515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, di sela-sela KTT APEC, di Beijing, Senin (10/11/2015).(Dok. Sekretariat Kabinet ) KOMPAS.com

Ketiga, pemerintah Jokowi melalui BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) melakukan model kampanye yang menyejukan melalui "Program Duta Damai" yaitu dengan menerbitkan tulisan, video, gambar-gambar atau foto yang isinya bersifat mengedepankan dan menebarkan salam perdamaian salam toleransi, kebersamaan dalan kebhinekaan dan penolakan secara tegas faham-faham komunisme, radikalisme, termasuk kelompok ISIS.

Keempat, Presiden Jokowi menjadikan garda terdepan kelompok-kelompok Islam moderat seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad al-Islamiyah, al-Ittihadiyah, Matlaul Anwar, Ar-Rabithah al-Alawiyah, al-Washliyah, Az-Zikra, Syarikat Islam Indonesia, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), IKADI, Perti, dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), untuk menebarkan Islam rahmatanlil'alamin, islam moderat keseluruh lapisan masyarakat, lembaga pendididkan formal dan informal ke pesantren-pesantren dan mengajak santriawan dan santriwati untuk mencintai Indonesia yang plural. Presiden juga menugasi PBNU untuk menerjukan ribuan Kiyai untuk memberikan pencerahan kepada umat Islam Indonesia tetang bahayanya kelompok radikal termasuk ISIS yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan ajaran Islam.

Yang sangat penting Presiden Jokowi tidak mengedepankan atau mengutamakan atau menomor satukan penyelesaian dengan cara-cara militer kepada kelompok radikal termasuk ISIS, sebagaimana cara-cara yang dipakai oleh Amerika, Rusia termasuk negara-negara Arab dengan seluruh koalisinya. Seluruh komponen bangsa mendukung sepenuhnya cara-cara Presiden Jokowi yang menjauhi cara militer dalam penyelesaian ISIS, tetapi senantiasa melakukan pembaharuan bidang strategi dalam melawan kelompok teroris radikal termasuk ISIS yaitu  dengan penguatan strategi jangka panjang  bidang pendidikan yang berkelanjutan, khusus dalam kaitan ini Presiden Jokowi harus secara kontinu melakukan deradikalisasi mengembalikan pemikiran kelompok radikal maupun para simpatisan ISIS agar menjadi generasi Indonesia yang berpikiran moderat.

Jakarta, 27 Agustus 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun