Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Riyanto Pejuang Kehidupan, Siapa Dia?

25 Agustus 2017   14:39 Diperbarui: 26 Agustus 2017   12:07 1822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Yanto atau Pak Riyanto (51 tahun) sedang menimbang gardus, sampah plastic, sampah mangkokan, sampah gelas (plastic berbentuk gelas), sampah emberan, beling, besi, harga jual, harga jual plastic 1 kg Rp2000, emberan Rp 2000, koran 1500, kardus Rp 2000, beling Rp 500, besi Rp 2500. Foto dokumen pribadi 25 Agustus 2017

Mas Yanto demikian panggilan kesehariannya oleh teman-temannya sesama pemulung kepada Riyanto. Laki-laki yang sejak pagi buta sudah mulai berkutat dengan ratusan tumpukan sampah rumah tangga dari warga tiga RT yaitu RT 009, RT 10, dan RT 11 dilingkungan Kelurahan Jati Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.

Bapak yang satu ini adalah seorang yang pendiam kalaupun mau diajak ngobrol seperlunya, begitupula ketika diajak ngobrol santai tentang pemulung. Mas Yanto Pria berpenampilan sederhana, memang sesungguhnya terlalu sederhana tak jarang hanya cukup mengenakan celana pendek butut dan baju alakadarnya.

Tampilan postur dan fisiknya tampaknya saja masih muda, belum ada satu lembar ubanpun menghias dikepalanya, namun siapa sangka jika mas Yanto sesungguhnya telah berusia 51 tahun lebih. Tepatnya 51 tahun 13 hari. karena pria mempunyai raut muka selalu serius jarang tersenyum ini dilahirkan tanggal 12 Agustus 1966.

Bila Pak Yanto dalam kesehariannya termasuk orang berada pasti sudah bagi-bagi kue ulang tahunnya ke 51 kepada kerabat-kerabat terdekatnya. Tetapi tidak untuk Pak Riyanto, jangankan untuk kue ulang tahun, makan kesehariannya saja tidak banyak pilihan baginya, warung tegal di jalan Layur Jakarta Timur satu-satunya yang menjadi langganannya. Disini ia bisa memilih harga makan untuk sarapan, makan siang, dan makan sore perharinya cukup dengan uang Rp 30.000 rupiah.

Ayah dari 4 orang anak ini yakni, Edo 25 tahun sudah menikan dan bekerja di GNE Jakarta, sigit 22 tahun bekerja di bengkel sepeda motor, Putrawan 14 tahun yang masih duduk di SMP N kelas 3 dan si bungsu Dessi 11 tahun masih kelas 5 SD di Lumajang. Tahun 1991 pria yang berperawakan kurus ini merantau ke Jakarta, sempat kerja serabutan menjadi kuli bangunan.

Masih di tahun yang sama mas Yanto berbekal kemampuan bidang kelistrikan akhirnya mendapat pekerjaan sebagai operator dan maintenance generator di perusahaan perfileman PT Jaya Bersama. Sayangnya banyak perusahaan mengalami kebangkrutan ketika Indonesia terkena resesi ekonomi 1998, termasuk perusahaan tempat mas Yanto bekerja.

Mas Yanto, sedang menunggu truk untuk mengangkut hasil memulung yang sudah di bungkus karung plastik, sedikitnya uang yang diterimanya Rp70.000 sd Rp 90.000 per hari, Foto dokumen pribadi 25 Agustus 2017
Mas Yanto, sedang menunggu truk untuk mengangkut hasil memulung yang sudah di bungkus karung plastik, sedikitnya uang yang diterimanya Rp70.000 sd Rp 90.000 per hari, Foto dokumen pribadi 25 Agustus 2017
Apa mau dikata lagi-lagi PHK harus diterima dengan lapang dada. Menganggur memang tidak enak Pak," ujarnya dalam wawancara lagsung dilokasi penampungan sampah sementara, di jalan Inspeksi, Poncol Atas, Kelurahan Jati, Jln Pemuda Jakarta Timur. Lagi-lagi membuat mas Yanto hidup perihatin dengan bekal pesangon yang sedikit itu.

Tekadnya yang sangat kuat ia harus segera mendapatkan pekerjaan apa saja, karena tuntutan kebutuhan keluarga. Namun betapa sulitnya untuk dapat pekerjaan, bersamaan dengan habisnya uang pesangon berdampak ia harus keluar dari kontrakannya, terpaksa ia lontang lantung numpang kepada teman yang satu dan pindah kepada teman yang lain.

Iapun sudah menawarkan diri semurah-murahnya agar bisa diterima bekerja apa saja, kuli bangunan, pembantu rumah tangga, atau bekerja kasar lainnya, namun lagi-lagi pulang dengan tangan hampa. Kondisi semacam ini berlangsung cukup lama hampir 4 bulan lamanya ia harus menahan malu kepada teman-teman sekamarnya.

Memang nasib nggak kemana pak, awalnya sih ketika saya pulang kemaleman sehabis mondar mandir mencari pekerjaan, tetapi juga nggak dapet-dapet, pulang nggak dapat pintu, ya sudah aku paksakan badan semata wayang ini tidur di pinggir jalan, diatas tumpukan triplek entah punya siapa, aku saat itu lagi campur aduk menjadi satu semua perasaan tidak enak, sedih, lapar, harus meminta kepada siapa lagi, duh Gusti."Kata Mas Yanto, cara dia mengungkapkan kesedihannya sungguh kita ikut sedih.

Pagi terdengar suara bersahutan Adzan subuh, pagi itu saya dibangunin sama pemulung si punya barang triplek, "bangun...bangun... kalau mau angkut sampah bareng sama aku, nanti sarapan rame-rame " ungkap mas Yanto melanjutkan ceriteranya,... Alhamdulillah, rejeki nggak kemana, kerja angkut sampah nggak masalah, yang penting bisa kerja dapat uang untuk makan, untuk anak dan istri," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun