Alhamdulillah tidak habis-habisnya kita bersyukur memuja dan memuji kepada Tuhan yang Maha Pemurah dan Pengasih, bahwa pada hari yang mulia ini Kamis 17 Agustus 2017 atau Kamis Wage menurut hitungan orang Jawa memiliki jumlah neptu 12 yang berarti kecukupan dan kesejahteraan dalam hidupnya Indonesia telah dikaruniai usia kemerdekaan 72 tahun. Ulang tahun kemerdekaan yang jatuh pada Kamis wage menandakan Indonesia akan kecukupan dan sejahtera. Itulah yang selalu menjadi harapan kita semua termasuk warga masyarakat yang tinggal di Taman Berdikari Sentosa RW 09 kelurahan Jati, Pulo Gadung Jakarta Timur, yang Insya Allah sudah diberi kecukupan dan kesejahteraan dalam hidupnya.Â
Mereka bersama-sama mengikuti Upacara Pengibaran Sang Saka Merah Putih dengan semangat yang tinggi. Upaca peringatan tujuhbelasan ini diinisiasi oleh segenap pengurus RW 09 yang dipandegani oleh Bapak Ketua RW Dr Ir H Kamaruzzaman M.Sc. Peserta upacara kurang lebih didominasi para pensiunan pegawai negeri sipil, angkatan Kepolisian dan TNI serta swasta. Hanya sedikit dari mereka yang masih aktif seperti Bapak Ir Reza Abdilla Chairil, M.Sc yang kebetulan beliau adalah ketua RT 001 RW 09 di lingkungan kami tinggal.
Dari jauh hari semua petugas dan pengurus RW sudah mulai kerja keras tidak ketinggalan  Bapak Prasetyo Adi N sebagai Sekretaris RW sudah pontang panting mengurus penyelenggaraan upacara, agar dapat terlaksana dengan lancar. Petugas upacara disusun mulai dari Inspektur upacara, komandan upacara, petugas-petugas pembaca naskah proklamasi dan lainnya yang tampak gagah. Maklum beliau-beliau ini adalah para perofesional, bagaimana tidak Inspektur Upacara dipercayakan Ketua RW 09 Dr Ir Kamaruzzaman beliau adalah Direktur Utama PT Pulo Mas Jaya, pembaca naskah proklamasi dipercayakan kepada KomJen Purnawirawan Polri bapak Drs H MS Djaya Atmadja M.Mi, sedangkan pemimpin lagu wajib dan lagu lagu Nasional di percayakan kepada Ibu Ir Ni Wayan Resmiadi.
Semua peserta upacara di sarankan untuk memakai seragam merah putih, atasan merah dan bawahan berwarna putih dan memakai sepatu olah raga. Sayapun memakai seragam merah putih, hanya ada beda sedikit, karena saya nekad memakai blangkon khas Yogyakarya, toh para pengurus RW dan peserta upacara tidak ada yang melarang.
Maunya hidup bergelimang kemewahan namun tidak mau bekerja keras, dan banyak yang salah langkah jalan korupsi dilakoninya. Untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pejuang kemerdekaan, ketua RW 09 kelurahan Jati Pulo Gadung Bapak Dr Ir Kamaruzzaman berpesan, apabila kita hendak menikmati karunia Tuhan berupa kemerdekaan ini, maka kita harus bekerja keras disertai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Ikut berpartisi aktif dilingkungan kita masing-masing termasuk orang yang mensyukuri nikmat. Ni'mat Tuhan Mana Lagi Yang Engkau Dustakan" wahai warga Taman Berdikari, engkau tidak akan sanggup menghitung-hitung nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita.
Warga Taman Berdikari patut diacungkan jempol, terutama ibu-ibu panitia yang sudah mengorbankan banyak waktunya untuk membuat kue, makanan, dan minuman. Semuanya ikhlas berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh pengurus RW termasuk pada acara peringatan tujuhbelasan ini. Mulai dari urusan pernak pernik hadiah lomba, minuman jus mangga segar, snack isinya bermacam-macam, lontong, ketan, pisang, risoles, air mineral, dll.
Warga Taman Berdikari memang hebat (bukan Koalisi Indonesia Hebat, lho), bukan Ikhlas saja, tidak dipungkiri semua berpartisipasi, tetapi masih adalagi nilai perjuangan bangsa yang tinggi. Lihatlah dan dengarkan ketika mereka menyanyikan lagu kebangsaan Republik Indonesia:"Indonesia Raya" dan menyanyikan lagu wajib nasional:" Maju Tak Gentar" sangat meresap menggetarkan jiwa.
Setelah upacara tujuhbelasan selesai para bapak saling mengucapkan selamat dengan ucapan "Dirgahayu RI ke 72" "Dirgahayu Indonesia" dan ibu-ibu langsung membagikan makanan dan minuman kepada peserta upacara. Saatnya minuman dibagikan, semua kebagian. Duduk-duduk di areal taman, jeprat jepret kamera android, saling sambung rasa, maklum diantara kita para peserta upacara masih ada sebagian yang jarang ketemu.
Ikhlas dan Kerja Keras