Dan kejadian demi kejadian mulai muncul. Misalnya pengukuhan Gusti Bendara Pangeran Haryo Prabukusumo menjadi Sultan Hamengku Buwono Kaping XI oleh pihak yang mengaku berasal dari Trah Ki Ageng Giring-Ki Ageng Pemanahan serta pemimpinnya, Satrio Djojonegoro. Sejarah kasultanan Yogya yang asal-usulnya dari dinasti Pemanahan, yang menurunkan Ngabehi Loring Pasar yang kelak akan menjadi raja besar bergelar Senapati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama. Jika dihitung usia mataram semasa Senapati hingga sekarang dari 1535 sampai 2015 sudah memakan waktu hampir 500 tahun, tentu saja sudah berpuluh ribu keturunan.
Oleh sebab itu pengakuan tersebut, menunjukan Yogya Mataram akan kembali menjadi ajang perseteruan keluarga yang diperkirakan memakan waktu lama. Dampaknya terhadap NKRI memang kecil hanya saja secara stabilitas keamanan dan kenyamanan akan sangat mengganggu. Karena diindikasikan pihak-pihak diluar keraton akan memanaskan suasana dan akan memanfaatkan situasi ini. Memang Sejak Pemberlakukan UU Nomor 13/2012 tentang Keistimewaan DI Yogyakarta, Keistimewaan Yogya menjadi semakin menarik, terutama dari potensi ekonomi kepariwisatan.
Disamping dapat dijadikan pusat pendidikan dan kajian sejarah masa lampau, maka nilai Yogya dari kepariwisataan cukup menjanjikan dan menguntungkan. Berkaca dari potensi Yogya yang lumayan menjanjikan dari pendapatan ekonomi kepariwisataan, tentu saja pihak-pihak yang mengaku masih ada keturunan Pemanahan, semakin bernafsu untuk mendapatkan keuntungan dari Yogya apalagi sebagai daerah Istimewa akan selalu mendapat jatah setiap tahun yang cukup besar hingga 1.5 T, Fantastis, siapa sih yang ngga ngiler?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H