Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Usaha Mendamaikan SBY-Mega, Hanya Utopia?

12 Mei 2015   12:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431409778750332317

Kedua ; 30 Mei 2009 Usaha KPU yang sangat terpuji dan perlu diacungkan jempol, mempertemukan SBY dan Mega dalam acara pengambilan nomor undian Pemilu Presiden. Akan tetapi niat baik itu tak berlanjut terjalin komunikasi harmonis yang sebenarnya banyak kalangan yang mengharapkan akan terjadinya hubungan yang lebih cair. Ada jabat tangan tetapi hampa.

Ketiga; Desember 2012, AlmarhumTaufiq Kiemas bersama Puan Maharani, menemui SBY di Istana Negara. Banyak yang mengatakan Taufiq Kiemas sedang menitipkan anak kesayangannya ke SBY sekaligus mencoba menengahi benang kusut komunikasi SBY-Mega. Bahkan Taufiq tak segan beberapa kali bilang PD dan PDIP bisa berkoalisi di Pilpres 2014. Namun Mega beberapa kali tetap tak menghadiri peringatan HUT RI di Istana Negara. Mega kerap memilih menggelar upacara di DPP PDIP di Lenteng Agung atau di Kebagusan, Jakarta Selatan.

Keempat; Nopember tahun 210, Usaha dari Istana ketika ada acara Kenegaraan penyambutan Barack Obama yang dihadiri juga oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri bersama suaminya Taufiq Kiemas, yang juga Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Akan tetapi sangat disayangkan dalam acara ini tidak menghasilkan momentum lahirnya komunikasi langsung antara SBY-Mega. Sekali lagi Mega tidak mau meladeni SBY untuk berkomunikasi semuanya macet.

Kelima; Nopember 2012, Usaha dari Istana atas kedatangan Mega di Istana Negara, Jakarta, dalam acara pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soekarno-Hatta, menjadi perhatian tersendiri. Putri Soekarno itu akhirnya kembali berhadapan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jabat tangan pun dilakukan keduanya. Tentunya tanpa cium pipi kiri dan kanan. Bagaimana mau cipika cipiki, wong SBY saat pidato saja sikap Mega tidak mau menatap ke mimbar SBY berpidato, yang dilihatin hanya sekeliling ruangan Istana ,...kangen kali.

Terakhir, 10 Maret 2013 , Usaha dari MPR, SBY berjabat tangan dengan Megawati saat Taufiq Kiemas menerima gelar doktor kehormatan, 10 Maret 2013 di Gedung DPR. Pada saat itu antara SBY dengan Ibu Mega juga sempat berjabat tangan dan sedikit dibumbui dengan saling senyum, akan tetapi sekali lagi tidak berlanjut dengan saling berkomunikasi, padahal sangat diharapkan oleh semua yang hadir di gedung MPR/DPR itu, mereka semua mengharapkan tetapi sekali lagi tidakberhasil, mungkin perlu dua tangan SBY untuk memicu senyum Megawati lebih lama disertai dengan ucapan basa-basi apa saja terserah Ibu Mega. Namun demikian Jabat tangan terakhir ini dianggap lebih berkualitas karena senyum manis Megawati bisa muncul.

Indonesia membutuhkan kualitas pemimpin yang mengedepakan keikhlasan dan kerelaan untuk berkorban untuk orang lain, bukan pemimpin yang yang mementingkan nafsu pribadi, bukan pemimpin yang jual mahal untuk memaafkan orang lain, bukan pemimpin yang jual mahal untuk sekedar memberikan salam keselamatan kepada pihak lain. Bangsa ini memang membutuhkan senyuman yang tulus ikhlash para pemimpinnya. Bangsa ini tidak memerlukan tontonan yang hanya memperlihatkan dendam dan ego pribadi, bangsa Indonesia tidak membutuhkan pemimpin yang mengagungkan nama pribadi, Tetapi bangsa ini membutuhkan pemimpin yang amanah, pintar, adil dan berani!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun