Bisa dipastikan dari riwayat orang tuanya, Jokowi semula hanya sebagai simpatisan PNI masa Soekarno, yang dikenal dari kelompok marhaen.
Dilihat dari kesejarahannyan politik orang tuanya, Jokowi juga bukan berasal dari partai Islam manapun atau kelompok politik manapun.
Bukan berasal dari PSI (Partai Sarekat Islam Indonesia),Masumi, PPP (Partai Persatuan Pembangunan), PKB (Partai Kebangitan Bangsa), PAN (Partai Amanat Nasional), apalagi PKS (Partai Keadilan Sejahtera), dan bukan pula berasal dari sekte wahabiyah maupun Syiah.
Dalam benak Jokowi dan keluarganya mungkin hanya familier dengan NU (Nahdlatul Ulama), karena dikenal karena adanya tahlil, ziarah kubur, baca Yasinan tiap malam Jum’at.
Oleh sebab itu ada banyak harapan dan kepentingan masyarakat Indonesia secara garis besar, bahwa Jokowidodo pemimpin PDIP yang disuratkan Tuhan.
Karena Jokowi memiliki kelebihan dibanding Megawati, khususnya dalam mengelola konflik para kader ditubuh partainya, Jokowi lebih memiliki sifat “sifat andap asor, wani ngalah luhur wekasane”.
Dalam perkembangan partai politik di Indonesia,posisi Jokowi juga sangat menguntungkan sebagai daya magnet politik, antara lain sebagai tempat berlindung dibawah payung pemerintah, akan tetapi tidak mengikat kepada seseorang masuk dalam keterikatan PDIP, NASDEM, PKB dan lainnya yang tergabung didalam KIH.
Harapan Terhadap kepemimpinan Jokowi juga lahir karena kepribadian Jokowi. Hampir tidak pernah dijumpai Jokowi terlibat langsung konflik dengan tokoh partai manapun juga.
Walaupun di pihak luar mencacinya dengan cacian yang menyakitkan. Tidak ada balasan dari Jokowi. Hal ini mengisyaratkan sesungguhnya Jokowidodo pemimpin yang jujur, dapat dipercaya, tidak terlalu banyak mengobral kata-kata, tidak banyak bicara, bukan seorang figur yang pandai menggelindingkan isue-isue kontroversi, bukan pula pemimpin yang suka menggelindingkan isue-isue murahan.
Masyarakat mengenal sebagai pemimpin yang tidak pendendam pemimpin yang “Ra Po Po”. Sudah banyak yang memprediksi Kepemimpinan Jokowi in sangat layak untuk menggantikan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP .
Jokowi kehadirannya di PDIP mewakili banyak harapan besar dari pemberi kesegaran baru dalam partai mampu mengadopsi suara bawah sesuai dengan porsinya dan menerima suara atas sesuai dengan keahliannya.