[caption id="attachment_405613" align="aligncenter" width="624" caption="PM Israel Benjamin Netanyahu hari Senin (23/3) minta maaf telah menyakiti perasaan warga Arab di Israel/Kompasiana(kompas.com/Reuters)"][/caption]
Di awal tahun ini harapan Palestina untuk mengakhiri pendudukan Israel pupus lagi. Sebabnya, saat mengajukan rancangan resolusi yang menuntut pendudukan Israel berakhir dalam tiga tahun mendatang, Amerika Serikat kembali mengeluarkan hak vetonya. Disebutkan bahwa dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB, delapan negara anggota mendukung resolusi tersebut, lima negara abstain, dan dua lainnya menolak. Dua negara yang menolak adalah AS dan Australia.
Akan tetapi, lantaran AS merupakan anggota permanen DK PBB dan memiliki hak veto, rancangan resolusi tersebut praktis gugur seketika. Dengan kata lain nasib Palestina tetap akan menjadi wilayah persengketaan tak berkesudahan.
Bagi bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain yang anti neokolonialisme, imperialisme, pastilah merasa tidak habis pikir kenapa Amerika Serikat yang menganggap dirinya kampium Ham dan demokrasi masih menunjukan sikap dan perbuatan yang sangat jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Amerika benar-benar bersikap mendua terhadap kepentingan Timur tengah, sebagaimana diketahui draf resolusi yang diajukan pertama kalinya oleh Yordania yang merupakan anggota tidak tetap PBB, sepenuhnya sudah mendapat kesepakatan dan dukungan dari seluruh negara negara Arab lainnya yang berjumlah sekitar 22 negara berdaulat.
Draf tersebut berisi tuntutan agar Israel mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina pada akhir 2017. Di samping itu, draf tersebut menuntut diadakannya perundingan untuk membahas garis teritorial yang ada sebelum pendudukan Israel di Tepi Barat, Jarusalem Timur, dan Jalur Gaza pada Perang 1967.
Sikap AS terhadap Palestina yang sudah mendapat dukungan seluruh negara Arab, tidak lain sikap sebuah negara adi daya AS yang hanya mau tunduk terhadap Zionis Israel. AS sudah melupakan jasa baik negara-negara Arab yang memberikan ruang seluas-luanya untuk membuka lahan pangannya melalu ijin eksplorasi minyak bumi di seluruh tanah Arab.
Tetapi apa yang telah diterima bangsa Arab, tidak lebih dari penghinaan oleh AS. AS sudah lupa apa yang telah dimakan masuk kedalam perutnya adalah sebagian besar berasal dari Timur Tengah. Lebih parah lagi sepertinya AS justru semakin tidak berkutik terhadap Yahudi yang telah berpuluh tahun warga AS telah tersandera oleh program kejahatan Yahudi itu sendiri.
Presiden Obama atau pemerintah AS sendiri telah menjadi bulan-bulanan Intelijen MOSAD, berapa panjang daftar penyadapan oleh Irael terhadap AS. Sikap AS hanya marah sepertinya berbeda 180 derajat ketika negara muslim Iran berhasil membangun instalasi nuklir yang hanya bertujuan damai.
Instalasi Nuklir Iran yang hanya diperuntukan, penelitian, pertanian dan penyediaan tenaga listrik negaranya, dipersoalkan sampai keujung rambut, dengan tuduhan pembuatan senjata nuklir, sehingga konsekuensinya Iran sangat sering mendapatkan berbagai ancaman dan embargo.
Dari sejarahnya tidak satupun Presiden AS yang mencoba berani menghalangi gerakan Israel dengan Zionismenya, semua kebijakan AS di Timur Tengah prioritas adalah Israel. Sepertinya kebijakan ini tidak dapat diganggu gugat, dan sampai kini kebijakan AS tampaknya terhadap kepentingan Israel tidak pernah mengalami perubahan.
Akan tetapi dalam bulan terakhir ini, jadi 3 bulan setelah AS mengeluarkan Vetonya untuk kepentingan Israel atas Palestina, AS melakukan perubahan drastis dalam menjalin hubungan diplomatiknya dengan Israel.
Ada apa gerangan? AS nampaknya berusaha melampiaskan kemarahannya terhadap Israel ketika kepentingan AS banyak disadap oleh Israel, dan dijadikan alat jual beli untuk kepentingan Israel, antara Pemerintah AS dengan Konggres.
Kemarahan AS semakin memuncak ketika hasil pertemuan Rahasia P5 + 1 , ternyata telah disadap Israel. Dengan pidatonya yang menggelora, PM Netanyahu menyuarakan kicauannya didepan Konggres AS, dan membuka hasil pertemuan rahasia antara AS dan lima negara terkait dengan Iran.
Dalam pertemuan rahasia AS, Inggris, Perancis, Rusia, Cina plus Jerman dengan Iran disebutkan Netanyahu dalam pidatonya bahwa Program Nuklir Iran akan membuka peluang kepada Iran untuk membuat senjata Nuklir. Selain masalah nuklir, Iran dan P5 + 1 dalam pertemuan tertutupnya telah menghasilkan kesepakatan ekonomi dan politik di wilayah sebagian besar Timur Tengah.
AS merasa dikhianati kawan terdekatnya Israel. Sebab apa Israel begitu ngotot untuk selalu merenggangkan jarak antara AS dengan Teheran. Ada beberpa kemungkinan yang bisa dijadikan alasan logis. Pertama, perkiraan Israel bahwa sesungguhnya Iran telah mampu memproduksi thermo nuklir adalah benar adanya.
Bukan karena pengakuan Iran tentang keberhasilannya membuat senjata nuklir akan tetapi dari hasil intelijen MOSAD sendiri bersama negara-negara Eropa yang memastikan Teheran telah mampu menghasilkan Thermo nuklir dahsyat, jauh lebih dahsyat dengan yang pernah jatuh di Nagasaki.
Sesungguhnya informasi ini juga sebagai hasil penyadapan oleh AS terhadap Tek Aviv. Sehingga telah terjadi perang intelijen antara AS dengan Israel, dan lebih luas melibatkan P5 + 1.
Untuk menjaga terjadinya pelanggaran oleh Iran atas hasil pertemuan rahasia AS – Iran, maka 47 anggota konggres membuat surat yang ditujukan kepada Teheran yang isinya surat perjanjian Presiden Obama dengan Iran, tanpa melalui persetujuan Legislatif bisa saja dianulir oleh Presiden berikutnya.
Kini hubungan AS dengan Israel berbuntut panjang, AS buka kemungkinan berhenti lindungi Israel di PBB.Tidak mau kalah dengan AS, kini Israel mulai mendekat dengan salah satu P5 + 1, dalam rangka membentuk poros baru dengan Perancis. Sejumlah pejabat penting Israel mulai merapat ke Perancis, untuk menghalangi kesepakatan buruk antara AS dengan Iran.
Peta kekuatan dunia secara pelan mengalami pergeseran paradigma, apakah juga akan membawa pergesaran peta kekuatan yang akan terjadi di Timur tengah, lebih kepada nasib bangsa Palestina yang sudah berpuluh tahun sangat mengharapkan sebagai negara merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H