Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiapengertian logika adalah pengetahuan tentang kaidah berpikir; atau jalan pikiran yang masuk akal, sedangkan logis adalah sesuai dengan logika; benar menurut penalaran; logika deduktif adalah alur berpikir yang menarik kesimpulan denganmulai dari yang umum menuju kepada yang empiris atau hal yang khusus.Logika induktifalur bepikir yg menarik kesimpulan mulai dari pengalaman empiris menuju kepada yang umum atau general. Contoh: dalam konteks logika adalah 6 x 4 = 6+6+6+6 = 24 atau 6 x 4 = 4+4+4+4+4+4 = 24, dan 4 x 6 = 4+4+4+4+4+4 = 24 atau 4 x 6 = 6+6+6+6 = 24, artinya persamaan matematik tersebut adalah logis.
Para pemerhati pendidikan, para profesor matematik, para orang tua, sampai dengan mahasiswa saling berebut untuk mencoba dan menelusuri alur logika dari problem matematik dasar yang sederhana, bagaimana tidak, problem yang dijadikan wacana adu argumentasi berasal dari soal matematik kelasa 2 Sekolah Dasar. Tidak tanggung-tanggung Prof Dr Johanes Surya , dan Profesor Iwan Pranoto, guru besar matematika ITB, serta para ahli LAPAN guru besar astrofisika, Profesor Thomas Djamaluddin, ikut ikutan beradu argumentasi apakah logika berpikir terhadap 6 x 4 = 6+6+6+6 = 24 atau 6 x 4 = 4+4+4+4+4+4 = 24, dan 4 x 6 = 4+4+4+4+4+4 = 24 atau 4 x 6 = 6+6+6+6 = 24, memiliki penalaran yang logis, sehingga hasil maupun prosesnya juga logis artinya persamaan matematik tersebut adalah sama atau tidak ada perbedaan. Tidak kurang para penggiat situs media sosial ikut aktif memblowup kasus pada pembahasan model alur logika matematik yang sederhana itu. Problem 6 x 4 dan 4 x 6, juga menyita waktu bagi birokrat di lembaga pendidikan di Indonesia yaitu DIKNAS ikut cawe-cawe, bahkan pernyataan beberapa petinggi Kementerian, mengkaitkan nya dengan Kurikulum 2013 yang masih dalam proses, apakah telah sesuai dengan perkembangan serta kemajuan berpikir rakyat Indonesia saat ini.
Kalau para guru SD terutama, telah dibekali dengan cukup matang, melalui tambahan pendidikan lanjutan sehingga sedikitnya mereka telah mengantongi ijazah kesarjanaannya strata satu, tentu pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan tidak bakalan kewalahan dan menemui kendala berarti yang berkaitan dengan kualitas para guru di sekolah dasar. Program kesetaraan kesarjanaan untuk para guru sekolah dasar sudah seharusnya selesai di republik kita yang tercinta ini, mengingat kemerdekaan yang kita raih sudah berusia 70 tahun, suatu usia yang lebih dari cukup untuk kematangan serta kemapanan di dunia kependidikan, bagi setiap individu manusia dan kemanusiaan darimanapun saja asalnya, namun tidak demikian yang kita jumpai di lapangan. Masih banyak sekolah dasar yang hanya memilikisatu orang guru mengajar rangkap lebih dari satu kelas, dengan strata pendidikan sekolah menengah.
Lantas bagaimana jalannya alur logika para pemangku kebijakan dinegeri ini, dalam pertanggungjawabannya kepada pendidikan yang amburradul ini? Bagaimana sumbangsih para pakar pendidikan matematik kepada pemerintah? Bagaimanapun DiKNAS harus bertanggung jawab untuk melahirkan generasi terdidik, yang semakin baik logika berpikirnya? Dalam bentuk apa saja pembekalan yang telah dan sedang diberikan oleh DIKNAS untuk mendapat kualitas guru yang bermutu, logis dalam pelaksanaan proses belajar-mengajarnya, tinggi pengusaan logika umum dan khusus bidang matematis, sehingga dapat melahirkan anak didik yang berkualitas.
Telah disebutkan diatas bahwa, kata logika berarti pengetahuan tentang kaidah berpikir, atau jalan pikiran yang masuk akal. Kaidah berpikir yang dimaksudkan adalah jalan pikiran yang dilahirkan dari akal sehat, akal yang bersentuhan dengan akal yang memberi daya dukung dan penambah kejelasan makna, atau akal insan illahiyah, yang mengedepankan asas-asas hukum objektifyang berlaku bagi umum, karena sifatnya yang umum, atau sudah diakui menjadi kebenaran umum, sehingga menjadi kebenaran yang sifatnya sudah pasti. Cotohnya, Ibu guru, pasti seorang wanita, Bapak Guru, tentu seorang pria. Logika sebagai jalan berpikir yang masuk akal, yang logis untuk mengakui dengan akal sehatnya, artinya ada kesepakatan diantara logika manusia, untuk menerima kebenaran itu. Pada kasus diatas kebenaran yang diperoleh dari persamaan matematik 6 x 4 = 6+6+6+6 = 24 atau 6 x 4 = 4+4+4+4+4+4 = 24, dan 4 x 6 = 4+4+4+4+4+4 = 24 atau 4 x 6 = 6+6+6+6 = 24, bersifat umum, mempunyai nilai kebenaran falsafi, juga bernilai kebenaran khusus.
Kebenaran Umum, Karena sifatnya umum maka kebenaran ini harus dapat diterima oleh umum. Oleh sebab itu kasus diatas dapat dianggap sebagai kebenaran umum. Ia adalah kebenaran karena sifat dari kodrat alam, sehingga semua tingkatan logika akan mensepakatinya sebagai suatu kebenaran. sebagai contoh yang lain tentang kebenaran yang bersifat umum adalah kenapa warna putih disepakatinya sebagai warna putih, karena telah terjadi kesepakatan yang sudah terpatri kebenarannya sampai di dunia ide setiap manusiaItulah kebenaran dimana tidak ada lagi penafsira yang lain dari sifat umum tadi.
Kebenaran Filsafat, Kebenaran filsafat kebenaran yang ditemukan dengan proses melihat, mencari, mengamati, menganalisa sampai pada tahap proses berpikir mendalam dan berulang-ulang terhadap suatu obyek, sehingga ditemukannya ide kebenaran itu. Persamaan matematik 6 x 4 = 6+6+6+6 = 24 atau 6 x 4 = 4+4+4+4+4+4 = 24, dan 4 x 6 = 4+4+4+4+4+4 = 24 atau 4 x 6 = 6+6+6+6 = 24, dapat pula sedikit dimaknai sebagai kebenaran falsafi. Contoh yang lain, dapat digambarkan sebagai beriku: Suatu hari Musa mengamati cahaya matahari yang menyinari permukaan bumi, dengan cahayanya mahluk-mahluk di bumi dapat hidup bersuka cita, para penduduk bumi dapat bekerja untuk mendapatkan rizkinya. Maka dengan senangnya Musa, mengatakannya kepada dirinya, bahwa dia telah menemukan Tuhannya. Maka datanglah malam, semua menjadi gelap gulita, ada banyak benda-benda disekitarnya yang tidak dapat ia lihat. Lantas apa yang dibuatnya? Musa, segera menyesal dan mengatakan, tuhan matahari yang saya temui di siang hariternyata bukan tuhan, dan Musa tidak akan menyembah kepada tuhan yang gelap. Kemudian, Musa melihat bulan yang sedang bersinar terang dengan sangat indahnya, dan Musa-pun mengatakan kepada bulan, wahai bulan engkaulah tuhanku. Peristiwa serupa terjadi ketika Musa melihat bintang dilangit. Proses melihat, mencari, mengamati, menganalisa sampai pada tahap proses berpikir mendalam dan berulang-ulang, akhirnya Musa AS menemukan Tuhannya Yang Maha Agung. Esa dalam ke-Esaan-Nya. Pada titik kulminasi ini Musa AS, menemukan kebenaran Din karena Rahmat-Nya, yang disebut kebenaran agama.
Kebenaran Agama, Kebenaran yang diterima Ibrahim AS dikuatkan dengan diwahyukannya oleh Tuhan kepada Ibrahim AS, yaitu kebenaran yang dikuatkan dengan Shuhuf IbrahimAS, sebagai salah satu bukti diterimanya risalah Tuhannya agar Ibrahim AS menyampaikan kepada pengikutnya. Kebenaran agama yang dibawa Ibrahim AS, ataupun kebenaran yang dibawa oleh para Nabi sebelum atau sesudahnya sifatnya adalah merupakan kebenaran agama yang bersifat dogmatis. Oleh sebab itu kebenaran agama bagi pengikutnya sifatnya sangat mengikat, sebagai contoh kebenaran ajaran Islam yang tertuang didalam kitab suci AL-Quran sifatnya mengikat bagi umat Islam tanpa kecuali, harus ditaati oleh semua pengikutnya .
Kebenaran ilmu, Kebenaran yang diperoleh melalui proses berpikir melalui kaidah-kaidah logika , sifatnya harus terujimelalui proses penelitian mendalam, dan bersifat obyektif. contoh; seperti kasus diatas: Persamaan matematik 6 x 4 = 6+6+6+6 = 24 atau 6 x 4 = 4+4+4+4+4+4 = 24, dan 4 x 6 = 4+4+4+4+4+4 = 24 atau 4 x 6 = 6+6+6+6 = 24, ini adalah kebenaran Ilmu. Sekaligus tersirat adanya kebenaran Umum dan kebenaran filosofis karena:
1.diterima oleh umum, bersifat kodrat alam (alam ide), dan disepakatinya sebagai suatu kebenaran yang logis.
2.Karena ditemukan dengan proses melihat, mencari, mengamati, menganalisa sampai pada tahap proses berpikir mendalam dan berulang-ulang secara logis.
Sedangkan untuk mencapai kebenaran agama, kiranya saya tidak gegabah, saya diingatkan oleh firman Allah SWT:
1.“Sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu (QS. Al-Hajj: 47).”
2.“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS.AS-Sajadah:5).
Wallahu A’lam Bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H