Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

“Dewi Kunti Melarung Karna di Yamuna “

8 Oktober 2014   19:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:52 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suasan persidangan di Balairung Kerajaan Matura, yang dihadiri Para Narpati dan PetinggiKerajaan, mulai dari Patih Saragupita, seorang patih kerjaan Matura kepercayaan Sang raja,juga hadir disana Puta Mahkota Raden Basudewa, Raden Ugrasena, Raden Bismaka, Tidak seperti biasanya pesowanan ageng dalam suasana prihatin, muram, Sang Raja beserta putra-putranya tanpak gundah, suasana yang tidak menunjukan kegembiraan. Raja Kunti Boja, sudah menyampaikannya kepada RadenBasudewa, bahwa Dewi Kunti Talibrata supaya hadir di pasewakan agung, sowan dihadapan ayahandanya Raja Kunti Boja, tetapi setelah ditunggu dari sekian lama ternyata tidak tampak Sang Dewi.

Bertambah-tambah beban pikiran Prabu Kunti Boja tentang kondisi putrinya, sudah tri madya candra ada apa gerangan sehingga sudah beberapa kali Sang Dewi tidak hadir dalam pesowanan agung. Para abdi dalem hanya dapat menyampaikan kepada Raja, bahwa Dewi Kunti sulit untuk ditemuinya. Demikian pula para saudara-saudara Dewi Kunti juga menyampaikan hal yang sama kepada Raja, bahwa setiap kali berpapasan muka, Sang Dewi selau berusaha menghindarinya bertatap muka, seperti ada sesuatu yang menjadi kan rasa takut bagi Sang Dewi.

Dewi Kunti, dikenal sebagai dara cantik secantik bidadari Dewi Supraba dari Kahyangan Candraloka. Menjadi pujaan para satria muda dari banyak kerajaan, nama dan kecantikannya demikian mashur, Sehingga mengundang banyak pelamar dari para Raja-Raja muda, para kasatria sakti, menyampaikan surat lamaran atas nama Kerajaan, datang kepada Raja Matura, meminta agar Dewi Kunti dapat dipersuntingnya. Harapan Raja Madura dan keluarga kerajaan, Dewi Kunti dapat memilih salah satu putra mahkota dari kerjaan besar, yang dapat mengangkat derajat kewibawaan Matura kelak.

Untuk mencari sesuatu yang sangat penting bagi Kerajaan, Raja mengutus Raden Basudewa menjumpai Dewi Kunti menanyakan apa yang sedang terjadi pada dirinya, Maka berangkatlah Raden Basudewa ke Kaputren tempat tinggal Dewi Kunti adiknya. Melihat kakandanya yang datang menemuinya, Dewi dengan sangat kaget, menyongsong kedatangan Raden Basudewa. Dengan wajah pucat, pakaian tidak tampak serasi menghias diri sang Dewi, kain menyelimuti seluruh tubuhnya sehingga tidak tampak tubuh dan wajah sang Dewi. Raden Basudewa, sangat kaget dan sedih melihat kondisi adiknya demikian memprihatinkan. Tidak sedikitpun meyisakan pribadi seorang putri dari Kerajaan besar Matura. Putri satu-satunya anak seorang raja besar, Raja Kunti Boja yang masyhur.dan sakti.

Ujar Dewi Kunti: “Pepunden saya Kakanda Basudewa, saya menghaturkan sembah bekti untuk kakanda”

R. Basudewa:”Adiku yang cantik, bektimu saya terima, semoga adiku Kunti selalu sejahtera”

Dewi Kunti:” Terima kasih kakanda Basudewa”

Emban1: Sembah, dan bekti hamba, Gusti Pangeran Basudewa.”

R. Basudewa:”Saya terima biyung emban.”

R Basudewa:”Adiku Kunti yang kakanda sayangi, kedatangan saya, diutus Rama Prabu untuk menemui dinda, oleh sebab itu saya perlu bincang-bincang dengan dinda, beberapa saat, untuk menanyakan sesuatu hal, kiranya hanya dapat didengan oleh kita berdua”

Dewi Kunti:”Biyung emban, kalian semua sementara menyingkit dulu keluar Kaputren, supaya tidak menggangu gustimu mau banyak dawuh,”

Biyung Emban:” Sendika Gusti Ayu: “ (Kemudian para abdi dalem Emban, keluar dari Kaputren, tempat Dewi Kunti dan Raden Basudewa, bincang-bincang)

R. Basudewa:”Kunti saya ingin bicara, ada pesan dari ayah, sudah beberapa bulan ini, dinda kelihatan berbeda dari biasanya, bila ketemu orang selalu menghindar, kelihatan ada rasa malu yang disembunyikan, cara berpenampilan tidak seperti putri kerjaan. Kunti adiku, apa dinda menginginkan sesuatu, tetapi takut untuk menyampaikan kepada ayah? Jangan khawatir, apapun permintaan dinda yang belum tersampaikan, akan kanda sampaikan kepada ayah, bahkan Kanda sediri sanggup memenuhi permintaan dari dinda, apapun wujudnya. Jangankan soal harta dunia, keinginan yang hanya ada di Kahyangan saja, pasti kakanda sanggup untuk memenuhinya, asalkan dinda berterus terang, jujur apa sebenarnya yang sedang terjadi pada dinda, dinda dapat kembali seperti sediakala, riang, sukaria.” mohon dinda mau menyampaikannya jujur kepada kanda”

Dewi Kunti:”Kangmas Basudewa, apa benar kangmas ingin tahu sesuatu keadaan dinda? Kangmas Basudewa, kalau begitu lihatlah kondisi Kunti saat ini,(Segera Dewi Kunti membuka selimut pelindung badannya. Sat itu apa yang dilihat Basudewa, membuatnya terperanjat, sangat terguncang hatinuraninya. Sambil berteriak kaget:

R. Basudewa:” Adiikuu Kuntii, kena apaa Dik” ooh Dewa yang maha Agung, tak disangka sama sekali kalau keadaanmu begini rupa, jelas kelihatan kamu perempuan yang sedang mengandung, maka tidak aneh, semakin pucat, surem pasuryanmu, munjuk padaranmu, Kunti…Kunti…”

Dewi Kunti:” Kangmas mohon dimaafkan kangmas”

R. Basudewa:”Peristiwa ini tidak cukup hanya ditangisi, disesali, agar peristiwa ini menjadi terang dan dituntaskan keruwetannya, kamu harus jawab jujur kepada saya. Siapa yang menjadikan bibit peristiwa ini Kunti? Siapa laki-laki yang mengggaulimu Kunti? Kamu tidak perlu ragu- ragu dan takut menyampaikannya kepada Kanda. Jawablah terus terang, syukur-syukur lelaki yang menggaulimu berasal dari trah kasatria, atau darah kusuma rembesing madu, setidak-tidaknya ya dari kalangan pertapa, namun demikian apabila laki-laki tersebut berasal dari kalangan rakyat jelata, kalau itu memang sudah menjadi pilihanmu, saya sebagai saudaramu, mau-tidak mau ya harus setuju. Yang penting kamu harus jujur, siapa lelaki itu,…. Kunti? Demi Rakyat Matura, kalau peristiwa ini tidak dapat dibuat terang dan jelas, maka kamu putrid raja Matura akan menjadi suri tauladan yang buruk untuk masyarakat Matura, yang terjadi adalah kamu menjadi penyebab kotornya kerajaan Matura, apa kamu tahu resiko yang bakal kamu sandang? Kamu pasti akan mendapatkan hukuman mati dari Kerajaan. Jadi sebelum hal ini terjadi, mohon jelaskan dik siapa laki-laki yang telah menggauli dirimu?

Dewi Kunti:”Mohon maaf kanda, dinda ngga bisa jawab” Dinda tidak merasa digauli oleh seorang pria manapun”

R. Basudewa:” Apa kamu bilang? Tidak merasa diladeni seorang pria, sedangkan kamu sekarang hamil? Apa kamu sedang mimpi atau Kakandamu ini kau anggap orang bodoh?

R. Basudewa:” Kunti, ingat kamu seorang putrid Raja Agung, jangan bikin malu seluruh kerajaan, kamu membuat aib seluruh Kerajaan. Sekali lagu Kakandamu bertanya, Siapa lelaki yang telah kurang ajar berani menghamilimu, Kuntiii!!, Maafkan adikmu Kunti ini kakanda, Kunti tidak merasa digauli moleh pria!

R. Basudewa, sudah mulai tampak merah mukanya, bibir mulai gemetar tanda kemarahan mulai memuncak, pikirnya dalam hati: Dari pada kunti membuat malu keluarga dan seluruh Kerajaan Matura, alangkah lebih baiknya mati saja, hitung-hitung menghilangkan kekotorannya jagad Matura. Pelan-pelan R Basudewa mendekati Dewi Kunti, tangan kanan R. Basudewa segera mencengkeran gandar keris pusakanya (ngempit wrangka nekem wukiran), sedianya siap dihujamkan ke Dewi Kunti, sambil berkata:”

R. Basudewa:” Kuntiii….Sekali lagi saya bertanya, kamu bisa jujur, terus terang, apa tidak! Siapa laki-laki yang menggauli kamu Hah?

Kunti:” Kanda saya tidak bisa bilang kanda…..” Kanda saya tidak bisa bilang kanda…..”

“Matilah, kamu Kuntiii!.... bersamaan dengan itu, R. Basudewa menghujamkan, keris pusakanya dengan sekuat tenaga ke tubuh Dewi Kunti Tali Brata. Tak disangka tak dinyana bersamaan dengan itu, tangan R Basudewa seperti terkena daya magnet yang menarik gerakannya kearah yang lain dari sasaran. Terdengar suara sangat halus menyentuh, mampu memadamkan panasnya kawah Candradimuka, dan terdengar dengan jelas suara manusia, yang berasal dari seorang tua pertapa.

Ujarnya:” Nanti dulu Raden, bersabarlah sedikit Raden, bersabarlah” Jangan marah-marah dulu, pusaka keris itu agar dimasukan dulu kewrangkanya”

R. Basudewa:” Kurang ajar, ini ada pendita bisa masuk, pintu masih terkunci” Hai, pendita siapa kamu, masuktanpa kulonuwun, …”

Pendita:” Saya seorang pandita raden, dari kandang langit kemul mega, nama saya Resi Druwasa, Raden, Kunti ini tidak salah, jangan di aniaya begitu” Alasan saya mencegah panjenengan, karena Kunti tidak salah, sehubungan dengan itu saya akan memberikan penjelasan yang lebih rinci.

Pendita:” Tenang-tengkanlah pikiran dan hatimu ya Kunti, nanti saya akan bela kamu”

Kunti” Baiklah Sang Panembahana”

R. Basudewa:”Anda Resi Druwasa, melihat gelagat anda dan Kunti seperti sudah saling mengenal, apa betul”

Resi Druwasa:”Perlu Raden ketahui bahwa saya sesungguhnya adalah guru dari ayahanda, Prabu Kunti Boja”

R. Basudewa:”Jagad batara wasisaning dewa, mohon maaf panembahan, sudah berlaku kurang ajar kepada panembahan”

Resi Druwasa:”Tidak apa-apa Raden, semua orang pasti mengalami salah, keliru,” Perlu Raden ketahui, saya kenal baik dengan Kunti bukan kenal antara pria dan wanita pada lazimnya, saya kenal dengan kunti itu atas hubungan antara Bapak dengan Anak. Karena saya Guru Prabu Kunti Boja, saya datangnya tidak bisa ditentukan waktunya, kadang pagi hari, kadang siang hari, kadang sore hari, bahkan kadang tengah malam. Sang Prabu khawatir apabila sewaktu-waktu tidak dapat menyambut kedatangan guru, maka meminta kunti agar memberikan sambutan dan melayani dengan baik seperti orang tuanya sendiri. Saya malah merasa berhutang budi kepada Kunti yang sangat menghormati saya seperti orang tuanya sendiri, sehingga sayabertambah sayangnya dan menghadiahkan ilmu matram sakti Aji Kunta Wekasing Rasa Tunggal Sabda Tanpa Lawan.Yang mempunya daya kesaktian, dapat mendatangkan dewa sesuai dengan keinginan hatinya. Siapa yang kedatangan dewa apa yang jadi keinginannya pasti terkabul. Namun demikian Aji mantram sakti itu ada pantangannya. Yaitu , tidak boleh di mantrakan ketika sedang mandi, atau dimantrakan ketika berada di tempat tidur. Ketika itu Kunti lupa, memantrakan aji sakti itu , ketika dia sedang mandi di siang hari. Apa yang terjadi, Kahyangan menjadi gonjang ganjing ada yang merapal Aji Kunta Wekasing Rasa di tengah hari, maka Dewa Surya turun memenuhi tugasnya, menemui Dewi Kunti,dan bertanya:”Kunti ada perlu apa kamu merapal Aji Kuta Wekasing Rasa, dan ulun ditugasi menemui kamu,”. Kunti ditanya Dewa Suraya menjawab seenaknya saja, Kata Kunti:” Saya tidak memanggil dewa, saya lagi ngapalin aji saya sendiri.” Dewa Surya mendapat jawaban Kunti demikian ngga terima. Jawab Dewa Surya:” Kunti, Dewa sudah turun di Marcapada itu harus dapat bukti hasil pekerjaannya.” Sejak saat itulah Kunti hamil, dan apabila R. Basudewa tanya siapa yang membuat Kunti hamil, tentu saja Kunti ngga bisa jawab, sebab memang Kunti tidak pernah digauli pria.

R. Basudewa:”Jagad dewa batara, Sang adi Panembahan, bagaimanapun juga yang menyebabkan sukerta Kunti itu anda” Sebab, yang memberi Aji Kunta Wekasing Rasa, itu anda, Kunti lagi remaja putri diberi aji ampuh maka terjadi kejadian tercela. Oleh sebab itu saya meminta kepada Sang Resi, Kunti kembali seperti semula saya tempuhkan kepada anda, tidak ya anda.

Resi Druwasa:”Hong wilaheng Mangustana sidam sekaring bawana langgeng, bagaimanapun saya adalah manusia biasa, bisanya hanya meminta pertolongan kepada Sang Batara, saya yang menggelar masalah, maka saya harus bisa menggulung masalah itu , Anda menuduh saya sebagai sukerta Kunti dan saya diminta membersihkannya, Kunti kehamilannya akan saya gege (disyarati) agar segera dapat lahir.

R. Basudewa:”Saya minta dengan kelahiran si bayi, tidak menyebabkan hilangnya keperawanan adik saya. Saya mintakan kepada Resi agar kelahiran sang Bayi tidak melalui jalan lazimnya. Kunti, harus tetap terjaga keperawanannya.

Resi Druwasa:”Baiklah Raden akan saya usahakan.” … Kuntii” majulah kamu kesisni..”!

Sahdan Resi Druwasa segera melakukan semedi, mengheningkan cipta, memohon kepada Sang Batara Hakarya Jagad, Tak lama kemudian tanda diterimanya permintaan Resi Druwasa oleh Hyang Batara, kehamilan Dewi Kunti secepat kilat menjadi 9 bulan 10 hari, dipandanginya terus umbun-umbun Dewi Kunti oleh Resi Druwasa, bayi segera lahir muncul dari telinga kanan Dewi Kunti, seorang bayi laki-laki hitam warnanya, lahir sudah memakai anting Bagaswara dan kutang (perisai) Prabangkara yang melekat didalam kulit diluar daging sang bayi, kutang Prabangkara dan anting Bagaswara adalah pusaka kadewatan kepunyaan Dewa Surya. Dua pusaka kadewatan yang sangat sakti, seperti kutang Prabangkara, tidak satupun senjata didunia bahkan pusaka kadewatan yang dapat melukainya.

Resi Druwasa:”Raden, bayi ini memancarka cahaya, sejak dilahirkan sudah mengenakan dua pusaka sakti, menandakan kelak kemudian hari bayi ini kan menjadi seorang satria besar, pemberani, sebaiknya bayi ini diberi nama atau gelar. Mohon Raden Basudewa dan Dewi Kunti menjadi saksi bayi ini akan saya beri nama Raden Karna Basusena yang artinya Basusena, Basu artinya manusia yang mempunyai derajat Wasu atau setengah dewa setengah titah manusia, Sena artinya berani atau besar, karna dapat diaartikan cahaya atau bisa diartikan telinga, karena kelahirannya keluar dari telinga kanan Dewi Kunti, Cahaya

R. Basudewa:”Saya akan memberika nama atau gelar, Bismantaka artinya Bisma itu berani, taka artinya pati, kelak dikemudian hari bayi ini menjadi satria yang berani mati.

Dewi Kunti: Saya akanmemberikan nama Raden Suryatmaja, artinya putranya Batara Surya, dan diberi tanda kalung yang tertulis ukiran nama Raden Basusena, Raden Bismantaka, Raden Suryatmaja.

Resi Druwasa, dan Raden Basudewa, memerintahkan kepada Dewi Kunti, agar bayi dimasukan ke Kendaga Wresa, kendaga artinya wadah, wresa itu kayu, dan harus dilarung di sungai Yamuna, diberikan mantra-mantra sakti, memohon keselamatan kepada Hyang Widi, agar memberikan keselamatan kepada bayi Karna Basusena, diiringi dengan tangis Ibu Kunti, dalam doanya, agar kelak dikemudian hari dapat bertemu kembali dengan putranya Raden Karna Basusena.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun