Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siasat Baru Jokowi-JK dan Prospek Damai Partai-partai yang Berkonflik

11 Desember 2014   14:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:32 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat seseorang jangan hanya melihat dari penampilan pribadi secara fisik, karena manusia memiliki kelengkapan hidup yang sedemikian banyak yang dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan seseorang mencapai tingkatan adikodrati. Manusia dapat dianggap telah mencapai tingkatan yang linuwih harus didukung melalui penilaian yang lengkap paripurna, baik lahir maupun batin. Penilaian terhadap seseorang pemimpin tidak cukup sekedar melihat potongan lahiriyahnya saja, bahkan seseorang manusia yang paripurna adalah manusia yang tingkat kerohaniannya sempurna.

Seseorang yang berbadan tinggi besar seperti SBY belum tentu menggambarkan kegagahan dan keberanian orang tersebut sebenar-benarnya, apalagi untuk menggambarkan dengan lengkap segala predikat adikodrati yang akan disematkan kepadanya. Tingginya tubuh, kekuatan tangan dan kakinya bagaikan seorang olahragawan profesional, tampilan yang penuh dengan daya pesona serta kewibawaan dan ketegasan seperti Prabowo belum tentu melekat pada dirinya kekuatan jiwa rohaninya yang mumpuni.

Karena kekuatan secara fisik tidak mencerminkan kekuatan rohani orang tersebut.Korelasi antara fisik dan rohani tidak terlalu signifikan untuk dijadikan ukuran kesempurnaan hidup seseorang. Ada banyak dengan postur yang tinggi besar akan tetapi ternyata ia seorang pengecut, penakut tidak berani mengambil keputusan.

Betapa SBY yang amat pandai berbicara, lancar dalam berkomunikasi, pandai berdebat, piawai dalam menyampaikan dalil-dalil, akan tetapi setelah pada titik nadir kebuntuan ia dengan mudah melakukan pengkhianatan walaupun terhadap orang terdekat sekalipun, bahkan terhadap atasannya sendiri, apa lagi hanya sekedar terhadap kawan apalagi terhadap pesaing politiknya.

Pemimpin sekelas Ical, yang bergelimang dengan harta, yang diperolehnya belum tentu dengan cara yang halal, kemungkinannya malah lebih banyak berwarna abu-abu, terbukti perbuatan ingkar sudah menjadi biasa, tidak dapat dipegang omongan dan janjinya menurutnya suatu yang halal untuk dilakukan, karena yang penting adalah keselamatandan pencapaian tujuan.

Bahkan di usia yang sudah senja itu dengan bangga berani mengemukakan bahwa hidupnya saat sekarang ini sudah lebih dari cukup harta tinggal dinikmati saja. Tanpa merasa bersalah sesungguhnya hutang-hutang yang belum dibayarkan merupakan hak rakyat berjumlah hampir satu triliiun. Tanpa sedikit pun merasa menyesal, akibat ulah bisnisnya ribuan kepala keluarga dan beserta anak istrinya mengalami siksaan hidup karena tenggelam dalam lumpur lapindo kepunyaannya.

Demikian sebaliknya seseorang yang tampak lemah secara fisik, Jokowidodo dan Yusuf Kalla, badannya tidak besar, bahkan dapat dikategorikan kurus, bicara dan penampilannyapun tidak meyakinkan, akan tetapi kemampuan yang ada pada dirinya sangat luar biasa, mampu mengendalikan, mempunyai kekuatan mempengaruhi, bahkan kekuatan memaksa yang melekat pada dirinya.

Tidak sedikit pun terindikasi pada diri pribadinya yang sukamencederai ucapannya sendiri. Teguh dalam pendirian, keberaniandalam setiap pengambilan keputusan adalah modal penting sehingga ia sangat disegani baik oleh lawan maupun kawan. Dengan kemampuan yang ada pada dirinya dan hanya dimiliki oleh seorang pemimpin yang penuh supra natural, ia mampu membuat kondisi yang berseberangan dengan dirinya berbalik memberikan dukungan dan bahkan menjadi pengikut setianya.

Untuk saat sekarangdua orang pemimpin Jokowidodo dan Jusuf Kalla saling melengkapi dalam menakodai kendaraan kapal Indonesia yang sangat besar sedang mengarungi samudera luas menghadapi gempuran-gempuran gelombang yang memiliki kekuatan menenggelamkan, namun dengan keahlian dua orang pemimpin tersebut dalam waktu yang relatif cepat dan pasti dapat dilaluinya dengan mudah, dengan manuver-manuver cantik model Jokowidodo-Jusuf Kalla.

Sekarang menginjak pekan kedua bulan Desember 2014, itu berarti Jokowi –Jusuf Kalla baru menginjak usia kurang dari dua bulan pemerintahannya, akan tetapi gebragan-gebragan kerjanya banyak sekali mendapat apresiasi dari lawan-lawan politiknya, yang sangat mengagetkan oleh semua pihak adalah langkah Jaksa Agung yang baru HM Prasetyo akan memprioritaskan pemberantasan korupsi sebagai agenda utama serta penegakan dan ketegasannya dalam hukum.

Bukan janji tetapi bukti, Jokowi berani menolak permohonan grasi kepada 64 terpidana mati dalam kasus narkoba, Kejaksaan Agung dengan berani menahan 99 tersangka tindak pidana korupsi yang mandeg tak tertangani sejak 2010, yang molor atau sengaja dimolorkan. Akan tetapi dengan instruksi dari Jokowidodo-Jusuf Kalla hanya dalam hitungan hari para tersangka korupsi tersebutditangkap dan dijebloskan kedalam tahanan.

Tindakan ini sungguh mengagetkan semua pihak, terutama para politisi partai yang bermental kere, suka meminta-minta perlindungan, minta-minta dukungan, minta-minta bantuan hukum, semuanya pada saling berebut melakukan pdkt-pdkt dengan segala macam alasan politis seperti yang dilakukan oleh SBY baru-baru ini.

Pertemuannya SBY denganJokowidodo dan Jusuf Kalla dalam bungkus menyampaikan undangan dari organisasi yang dipimpinnya Chairman Global Growth Institute(GGGI), padahal sesungguhnya tujuan utama adalah meminta bantuan dukungannya dalam menghadapai konflik dengan Golkarnya Ical yang dinilainya telah menghianati kesepakatan untuk mendukung Perpu Pilkada langsung.

SBY dengan tanpa malu-malu meminta kepada Jokowi-JK, namun demikian iapun masih menggunakan hiasan kata-kata yang berbau pamer diri, “ Pak Jokowidodo yang mulia, saya ini (SBY) adalah seorang penganut politik yang berkarakter, bermoral, bisa dipercaya, dan satu kata dengan pebuatan, saya dan Partai Demokrat akan tetap memperjuangkan system pilkada langsung dengan perbaikan sesuai aspirasi masyarakat, mohon Bapak Jokowi dan Bapak JK memberikan dukungan sepenuhnya kepada saya”

Dari masalah tersebut sesungguhnya sudah doketahui oleh masyarakat luas, bahwa pada hakekatnya yang butuh adalah Koalisi Indonesia Hebat atau katakanlah yang sebenarnya yang butuh dukungan adalah Jokowi-Jk, akan tetapi dasar semuanya adalah atas kehendak Tuhan yang akan memberikan pembelaan kepada orang-orang yang benar dan lurus. Maka tanpa dimintapun akhirnya malah SBY menawar-nawarkan diri dukungannya kepada Jokowi-Jk dalam Pilkada langsung.

Mendengar pengaduan SBY yang begitu memelas Jokowi manggut-manggut saja sembari senyum tetap menghiasi wajahnya yang selalu ramah. Karena ranah ini lebih banyak melekat kepada tugas dan keahlian Jusuf Kalla, maka Presiden Jokowidodo menugaskan kepada Jusuf Kalla agar melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu dalam konflik internal KMP antara SBY VS Abu Rizal Bakrie melalui Golkarnya hasil Munas IX di Bali itu.

Tak dapat dipungkiri pada hakekatnya JK adalah orang Golkar maka ia dengan sangat piawai langsung membidani konflik SBY – Ical mumpung “Besi selagi Panas” kata si ahli siasat. Dengan keahliannya JK, malah menjadi terbuka semuanya, Ical malah berani membuka rahasia SBY yang selama ini disimpannya. “ Pak Jk, semula mengusulkan Pilkada tak langsung sesungguhnya bukan siapa-siapa melainkan SBY sendiri belakangan menjelang pensiun berubah pendiriannya memilih opsi pilkada langsung, itu kan menambah kebingungan gua (Ical) yang semula memang gua lagi serba bingung akibat nggak laku-laku jualan popularitas dirinya di pemilu Presiden dan wakil presiden”.

Namun dengan siasat dari Jusuf Kalla “menenanamkan kekuatan” Akhirnya dengan suka rela Ical melalui twitternya Ical dengan partai Golkar memutuskan mendukung Perpu Pilkada. Pendapat rakyat lebih mengharapkan Pilkada langsung dan tentu Golkar harus mendukungnya karena Golkar adalah suara rakyat.” Kilahnya.

Yang mendatangi untuk meminta bantuan dan dukungannya kepada Jokowi-JK . Ada yang datang sendiri-sendiri, ada pula yang rombongan seperti rombongan Ical dan para pendukungnya, rombongan Agung Laksono dengan Golkar Ancolnya, dibantu Priyo Budi Santoso, Hajriyanto Tohari, Zainudin Amali, Agus Gumiwang, Yorrys Raweyai, Agun Gunandjar Sudarsa, dan Ibnu Munzir. Yang datang sendiri misalnya seperti SBY yang diterima langsung oleh Jokowidodo.

Dan paling menyita perhatian adalah Kedatangan Ical dan rombongan besarnya para petinggi Golkar Munas Bali, di Kementerian Hukum dan HAM, mendaftarkan dalam tujuan agar mendapatlan pengakuan secara legal formal. Dengan santai pak menteri menyampakannya agar mereka menunggu saja, semuanya akan diproses sesuai dengan ketentuan perundangan.

Agung Laksono dengan Golkar Ancolnya tak tanggung-tanggung melalui rayuannya kepada Jokowi JK, akan mendukung sepenuhnya kepada pemerintahan Jokowidodo-JK melalui 10 program golkar hasil munas di Ancol, yang intinya mendukung sepenuhnya kepada pemerintahan Jokowi-JK.

Mereka beramai-ramai mengambil hati kepada Jokowi-JK, bukan saja SBY dengan Demokratnya, Ical dengan Golkar Balinya, Agung Laksono dengan Golkar Ancolnya, Rommy dengan PPP nya, bahkan Ketua Dewan Syariah PPP KH Maimun Zubair, dalam masing-masing tujuan, keinginan dan kemauannya yang berlainan satu dengan lainnya, bahkan tak jarang saling bertabrakan. Semuanya butuh mendekat, butuh bantuan, butuh perlindungan, butuh pengakuan, dengan berbagai versinya.

Dalam kondisi yang seperti ini Jokowidodo dan Jusuf Kalla tak mensia-siakan peluang dengan cepat dan sigap memanfaatkan situasi dan kondisi bermacam warna konflik internal partai maupun konflik internal koalisi maka “siasat mencari kawan”, “siasat menanamkan kekuatan”, siasat mengalihkan perhatian”, siasat tempa besi selagi panas”, dipandang sangat tepat untuk meraup dukungan. Tanpa harus mengkorbankan semangat beretika atau menggunakan cara-cara “mengadu domba” dan “kambing hitam” yang jelas merupakan perilaku tidak jantan. Dengan tetap dalam kewaspadaan dan bijaksana, tetap dengan mempertimbangkan akal sehat dan kepentingan bangsa dan negara. Melalui siasat tersebut secepat mungkin menanamkan rencana-rencana besar Jokowi-JK kepada mereka, supaya dukungan mengalir sekaligus dapat mewujudkan perdamaian bagi mereka yang berkonflik, tanpa harus mengeluarkan energy terlalu berlebihan.

Demikian gambaran kepiawaian Jokowidodo dan Jusuf Kalla membagi peran dan tugas untuk menerapkan dan mengembangkan siasat atau strategi dalam menjalankan roda pemerintahannya satu persatu dari tokoh-tokoh partai KMP secara pasti merapat kepada jokowi-Jk dan memberikan dukungannya terhadap kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkannya. Apresiasi datang juga dari Gerindra dan PKS, walaupun motifnya kekhawatiran, ketakutan, minder wardeh multi kompleks, tentu saja karena merasa menjadi kecil tidak seperti semula besar dan galak.

Jakarta, 11 Desember 2014, salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun