Salah satu komponen penting yang mencirikan identitas diri adalah bahasa. Tak hanya itu kualitas diri seseorang bisa dilihat dari cara berbicaranya. Bahasa sehari-hari tak hanya digunakan untuk sekedar berbicara yang tidak mempunyai makna yang baik. Dengan sebuah kualitas bahasa yang baik, maka besar kemungkinan kualitas diri seseorang akan semakakin baik. Pentingnya sebuah bahasa sampai tertera pada sebuah pepata “lisan itu bagaikan pedang yang tajam, sesekali kamu melakukan kesalahan maka itu akan menjadi pedang yang tajam untuk menusuk hati seseorang, dan akan membuat lobang dalam hatinya yang sulit ditutup kembali ”.
Sepertihalnya dalam dunia pendidikan yang sudah berjalan berabad-abad tak luput dari sebuah bahasa yang digunakan dalam mengajar. Namun, yang menjadi pertanyaan apakah semua bahasa yang digunakan para pendidik sudah memahami akan perasaan dan kondisi peserta didik?. Bisa dibilang belum keseluruhan para pendidik mengunakan bahasa dengan memahami perasaan dan kondisi peserta didik.
Peserta didik mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainya. Perbedaan itu yang akan menjadikan komponen-komponen yang masuk berbeda. Stimulus-stimulus yang digunakan akan berbeda dilihat dari perbedaan karakteristik tiap individu. Sering kali inilah yang tidak disadari oleh beberapa pendidik yang sudah lama mengajar. Kejadian seperti ini tidak akan di biarkan berlarut dalam semuah rangkaaian kesalahan yang nantinya menimbulkan kesalahan fatal bagi para peserta didik.
Realitayang sering terjadi pada sebuah pengajaran diruang kelas, guru seenaknya berbahasa atau berbicara tidak baik pada peserta didiknya. Seperti halnya, seorang pendidik mengatakan kalau anak didiknya bodoh, pemalas, perusak kelas, dan tidak mematuhi aturan. Apakah seseorang seperti ini pantas dibilang sebagai pendidik.jika sudah seperti itu, bagaimana dengan kondisi mental anak didik yang sejak awal tidak mengiginkan kata-kata itu muncul. Kini muncul dengan jelas dan masuk dengan mudah dalam hatinya.
Kondisi seperti ini juga akan mempengaruhi beberapa aspek, seperti halnya aspek sosialnya.keharmonisan merupakan salah satu penunjang dalam sebuah belajar dan pembelajaran. Jika sebuah keharmonisan sudah hilang dalam belajar dan pembelajaran. Proses belajar dan pembelajaran kan semakin sulit terlaksana. Bagaimana tidak, pola perilaku seorang yang sakit hati pasti berkonotatif negatif. Kondisi seperti ini akan menciptakan suasana yang negatif pula dalam kelas. Tidak heran kegaduan tercipata hanya disebabkan segelintiran orang saja.
Larut dalam kondisi seperti ini, Kebencian akan tertanam tertanam pada hati dan akan memunculkan tindakan yang negatif. Jika sudah terjadi seperti itu, proses belajar untuk menuju sebuah perubahan yang baik hilang hanya sekedar pengolahan bahasa yang baik.
Aspek yang lain seperti emosional, akan semakin labil. Labilnya emosional anak didik tentu membutuhkan pengarahan seorang guruyang membuat kestabilan emosional mereka. Namun, tidaklah mudah jika keharmonisan sudah hilang begitu saja. Padahal seorang anak didik telah mengidam-idamkan keharmonisan kepada pendidiknya.
Seorang pendidik harus mampu memahami karakteristik dan perasaan anak didiknya. Tidak hanya materi saja yang di unggulkan namun, pendekatan-pendekatan yang lainya yang dimulai dengan bahasa yang baik. Begitu pentingnya sebuah pengolahan bahasa yang dapat menciptakan sebuah energi yang hebat. Apakah itu positif ataupun negatif. Energi yang hebat itu jika diolah untuk menciptakan kualitas diri anak didik akan melesat cepat.
Seperti contoh yang nyata terungkap pada buku pengajaran yang kreatif dan menarik, di dalam buku itu seorang pendidik mendatangi salah satu anak didiknya dan mengucapkan beberapa kalimat yang indah dan memompa mimpi-mimpinya. “kamu adalah anak yang hebat, jagan sia-siakan kehebatanmu, saya yakin suatu saat nanti kamu akan menjadi orang yang luar biasa, dan bermanfaat bagi orang banyak. Kamu adalahbunga yang indah dansemerbak bau wangi, yang memberikan kesejahtraan bagi orang disekitar, perbaiki kesalahan, Lakukanlah yang terbaiak dan tetap semangat dalam belajar. ”.
Bisa di bayangkan pada benak diri seorang murid yang mendapatkan pujian dan tutur kata yang baik dan indah. Mereka akan tertunduk manis, dan akan merenungkan perkataan yang yang diberikan oleh gurunya. Sebuah Energi bahasa yang dikelolah dengan baik akan menjadi sebuah energi yang positif dan akan merubah pola perilaku yang negatif. Yang asalnya pola perilaku negatifdalam kelas itu tercipta akan tererosi sedikit demi sedikit. Dan akan tercipta sebuah pola perilaku yang baik. Sehingga akan terjadi belajar dan pembelajaran yang efektif. Tercipta suatu keharmonisan yang membahgiakan dalam peserta didik dan pendidik sehingga dalam meniti ilmu pengetahuan akan semakin digemari dan dinikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H