[caption id="attachment_1165" align="aligncenter" width="350" caption="Kampus Iwe di Taiwan"] [/caption]
Halo, namaku Imam. Sekarang aku sedang melanjutkan studiku di Program Studi Agribisnis Universitas Jember. Lho kok kayaknya gak cocok sama judulnya? Betul. Aku bukan mau share pengalaman kuliah di luar negeri (karena aku sendiri kuliah di dalam negeri), pun aku juga bukan mau berbagi pengalaman mendapatkan beasiswa S2/S3 ke luar negeri. Sama sekali bukan!
Di sini, aku mau cerita tentang temanku. Namanya Setya Widyawan P. Tapi, aku memanggilnya Iwe. Dia adalah alumnus Fakultas Teknik Universitas Jember untuk program Strata (S) 1, dengan IPK yang tinggi, 3,73. Saat ini dia melanjutkan studi pasca sarjananya di Program Studi Biomedical Enginering, National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), Taiwan.
Beruntungnya, saat dia pulang ke Indonesia untuk mengisi liburannya, aku berhasil “menculiknya” di warung kopi untuk sekedar berbagi pengalamannya kuliah di luar negeri, dan tentu saja, aku juga ingin tahu alasannya memilih melanjutkan studi di negeri orang.
Hei, kenapa kamu (yang mahasiswa UNEJ ini) memilih S2 di luar negeri?
Jawabannya sederhana, “karena ilmu pengetahuan di sana lebih maju”.
Awalnya, Iwe, berencana melanjutkan studinya ke Jerman, namun ternyata goretan tinta nasib membawanya ke Taiwan. It’s also very worth, bro!. Menurut Iwe, dia tidak mau melajutkan studi S2 di UNEJ (emang ada program studinya ya?) atau di universitas lain di Indonesia, karena selain menimba ilmu pengetahuan, dia juga ingin mencari pengalaman hidup. Hah? Kuliah di sini dan di sana emang beda ya?
Oke, kita kupas satu-satu ya, guys :)
(Di sini saya contohkan pengalaman saya kuliah di universitas saya dan pengalaman Iwe kuliah di universitasnya)
1. Bahasa
Faktor bahasa mutlak jadi pembeda antara kuliah di dalam negeri dan luar negeri. Saat kuliah, saya sangat dimanja dengan “bahasa ibu” yang digunakan oleh pengajar dan teman-teman kuliah saya. Tidak ada usaha untuk mendapatkan skor TOEFL/IELTS untuk mendaftar kuliah, tidak usaha belajar bahasa agar bisa (sedikit) bisa mengikuti diskusi di kelas dengan aktif, tidak ada usaha membaca jurnal-jurnal penelitian berbahasa inggris untuk semata-mata demi tugas paper yang harus dikerjakan dalam bahasa inggris. Ya, tidak ada usaha sama sekali, karena memang untuk apa? Kan semua elemen kuliahnya (diskusi, penyampaian materi, tugas, ujian) dilakukan dalam Bahasa Indonesia. Lalu, bagaimana dengan di luar negeri?
Bahasa Inggris adalah syarat mutlak yang harus dikuasai jika ingin bisa (mendapat beasiswa dan) kuliah di luar negeri. Dosen menyampaikan materi dengan Bahasa Inggris, tugas dan ujian diberikan dalam Bahasa Inggris, diskusi dilakukan dengan Bahasa Inggris. Bisa kamu bayangkan kalau tidak menguasai Bahasa Inggris? Skill bahasa asing memang menjadi nilai plus yang dimiliki oleh mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri. Tentu saja, skill ini bisa menjadi “amunisi” ampuh saat nanti lulus, bekerja, atau pun berbisnis (kecuali kalau mau fokus di Indonesia saja, yaah no problem).