[caption id="attachment_356" align="aligncenter" width="336" caption="Jeruk Keprok SoE"][/caption]
If you can't do great things, do small things in a great way (Napoleon Hill)"
Lama gak posting gara-gara sibuk ngurus tugas akhir di kampus. :hammer Saya mau share tentang pengalaman saya "belajar" mengenai Product of Geographical Indication (PGI) salah satu produk pertanian unggulan di Indonesia, yaitu Jeruk Keprok SoE (Mandarin of SoE) dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
Beberapa minggu yang lalu, sekitar pertengahan bulan Mei 2014, saya mendapat email dari salah satu kolega saya di Jakarta. Beliau meminta saya untuk ikut terlibat dalam sebuah tim yang menangani PGI Jeruk Keprok SoE. Sebenarnya, kegiatannya dijadwalkan 22 Juni-2 Juli 2014, tapi karena masa panen Jeruk Keprok SoE yang optimal terjadi antara April - Juni, maka mau tidak mau kami harus memajukan jadwal kami, yaitu Juni 2014. Bagi yang masih belum tahu PGI, ini adalah salah satu bentuk hukum intelektual yang diakui di Indonesia. Diberikan kepada komunitas penghasil suatu produk yang memiliki kualitas khas dari suatu daerah dan telah memiliki reputasi yang cukup lama sebagai produk khas dari daerah tersebut. Di Indonesia,Â
Geographical Indication atau Indikasi Geografis "masih" diatur dalam Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2007 tentang Indikasi Geografis. Contoh beberapa PGI di Indonesia antara lain Kayu Ukir dari Jepara, Ubi dari Cilembu, Kopi Arabika dari Kintamani, Kopi Arabika dari Toraja, Salak Pondoh dari Sleman, dan masih banyak lagi (bisa dilihat diÂ
Produk Indikasi Geografis Terdaftar). Dalam tim ini, saya akan bekerja dengan dua orang ahli, yaitu Pascal Bernardoni dariÂ
REDD (Swiss) dan Arry Supriyanto dariÂ
Balijestro (Kota Batu). Pak Pascal sendiri adalah ahli dalam bidang analisis rantai nilai dan pembangunan daerah pedesaan yang menjadi hal pokok dalam pengembangan sebuah PGI. Kemudian,Pak Arry adalah ahli tanaman sub tropika, terutama jeruk. Dan saya sendiri adalah seorang mahasiswa yang masih berjuang untuk lulus hahaha :D Misi kami dimulai dari tanggal 5 sampai dengan 14 Juni 2014. Tujuan dari misi ini adalah untuk memfasilitasi komunitas produsen Jeruk Keprok SoE beserta instansi pemerintah terkait untuk memenuhi persyaratan pendaftaran Indikasi Geografis Jeruk Keprok SoE dan membuat rencana kegiatan (action plan) untuk pengembangannya. Bagi saya pribadi, ini adalah hal baru. Oleh karena itu, saya sangat antusias "belajar" dalam misi ini. Perjalanan saya dimulai dari kota kelahiran saya, Jember (4/6). Dari sini saya harus mengucapkan banyak terima kasih pada salah satu teman saya,Â
Pristiyono, yang rela bangun subuh (biasanya bangun siang) untuk mengantarkan saya ke terminal bus Pakusari. Ya, saya harus berangkat pagi ke Banyuwangi untuk mengejar "Garuda" saya jam 10 am di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi. Setelah sabar menungguÂ
delay pesawat selama 5 jam, saya terbang ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar. Rencananya saya akan menginap semalam di Hotel Harris untuk bertemu dengan 2 orang rekan satu tim saya. Saya belum pernah bertemu kedua rekan saya sebelumnya, jadi agakÂ
nervous sedikit mau ketemu para ahli itu :D. Singkat cerita saya bertemu dengan Pak Arry terlebih dahulu pada jam 7 malam. Kami berdiskusi sebentar sambil menunggu Pak Pascal. Akhirnya sekitar jam 9 malam, Pak Pascal datang dengan wajah yang kusut, mungkin karena kecapekan setelah terbang selama 17 jam dari negaranya. Hahaha. Kami pun melanjutkan diskusi tentangÂ
schedule untuk besok, di NTT. Pagi hari (5/6), kami bertemu di restoran hotel untuk breakfast sambil terus diskusi (isinya diskusi semua..pusing :( ). Banyak hal yang saya pelajari dari kedua ahli ini, terutama dari pengalaman mereka yang telah lama berkecimpung dalam dunia riset. Saya sangat kagum dengan dedikasi mereka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidangnya masing-masing. Siangnya, kami bersiap berangkat ke Kupang. Pesawat Garuda kami akanÂ
take off jam 14.20 WITA. Tapi ternyata kesialan belum menjauh dari saya, pesawatnyaÂ
delay (lagi) 1,5 jam :( . Saya putuskan jalan-jalan di dalam bandara sama Pak Arry, sementara Pak Pascal asyik bekerja dengan Mac-nya. Dan akhirnya jam 16 WITA, kami 'terbang' menuju Kupang, ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di sana kami sudah ditunggu oleh Pak David Laleb, pegawai negeri dari Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT. Beliau lah yang akan memandu kami selama misi di NTT. Kami tiba di Bandara El Tari, Kupang, sekitar jam 17.30 WITA. Rasanya seperti nostalgia saja dengan suasana di bandara ini, ketika dulu saya pertama kali datang ke sini. Hembusan angin, orang-orang asli NTT, bahasa daerah yang mereka ucapkan, dan keramahan "polos" yang mereka tunjukkan, membuat saya bersemangat lagi untuk memulai misi di sini. Sesuai rencana, malam ini kami akan menginap di Kupang, tepatnya di Aston Hotel Kupang. Setelah tiba di hotel, mandi, dan ganti baju. Saya, Pak Arry, Pak Pascal, Pak David, dan Bang Ronald (orang yang akan mengantar kami ke mana-mana selama misi) pergi untuk makan malam. Sebagai sambutan untuk Pak Pascal, kami memutuskan untuk makan malamÂ
sea food dari laut Indonesia Timur yang masih bersih. Kami pun memilih salah satu restoranÂ
sea food di dekat hotel kami. Ketika memesan menu, saya agak kaget karena ada yang memesan minuman beralkohol. Oia, sebagai informasi Pak Arry dan saya adalah seorang muslim, dan tentunya minuman beralkohol menjadi hal yang tabu buat kami. Namun, di sini lah pentingnya toleransi. Ketika saya menjadi bagian dari sebuah tim yang berisi orang dari berbagai latar belakang, pekerjaan, daerah, dan agama, saya harus bisa bertoleransi dan menghormati sikap anggota tim saya. Saya percaya, jika saya menghormati mereka, mereka pun akan bersikap menghormati saya, termasuk dalam minum alkohol. :)
Oke..singkat cerita. Malam ini saya harus beristirahat yang nyenyak karena besok pagi kami harus berangkat ke SoE, lokasi inti dari misi kami.
Pagi hari (6/6), kami bertemu dengan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT di kantornya. Kami menjelaskan maksud & tujuan dari misi kami, serta rencana selanjutnya dari misi ini. Pak Kadis cukup antusias dalam menyambut rencana yang kami jelaskan, beliau mengatakan bahwa NTT memiliki beberapa produk potensial untuk Indikasi Geografis. Informasi saja, NTT sudah punya produk IG, yaitu Kopi Arabika Flores Bajawa dan Vanili Kepualauan Alor. Sedangkan tahun ini, ada 3 produk lagi yang dipersiapkan pendaftaran IG-nya, yaitu Jeruk Keprok SoE, Tenun Ikat Sikka, dan Gula Lontar Sabu. Memang sih, dari yang saya baca, NTT punya produk potensial yang sangat variatif untuk pendaftaran IG. Dari bidang pertanian, misalnya Kacang Mete dan Pisang dari daerah Kelimutu. Dari bidang kerajinan, NTT sudah terkenal dengan kekayaan kain tenun dengan berbagai motif tradisional yang dikerjakan oleh-oleh penduduk asli. Kalau dipikir-pikir, memang benar, Indonesia ini sangat kaya, wonderful! Setelah dari Dinas, kami melakukan survey salah satu toko ritel besar di Kupang, yaitu Ramayana Mall. Di sini kami menemui manajernya langsung, Pak Robby Kase, untuk bertanya mengenai pasokan buah ke Ramayana, khususnya Jeruk Keprok SoE. Karena kami agak kaget, Jeruk Keprok SoE yang merupakan salah satu primadona pertanian dari NTT tidak kami temukan di Mall terbesar di Kupang ini. Yang kami temukan malah jeruk impor. "Ramayana pernah memasok Jeruk Keprok SoE (atau bisa disebut Lemon Cina di sini), tepatnya bulan Maret-April 2014, namun sekarang sudah tidak ada Lemon Cina lagi di sini, karena suppliernya berhenti memasok ke kami. (Robby Kase)"
Miris ya....
Setelah dari Ramayana Mall, kami lanjut ke Hypermart Kupang. Tapi sayang, kami tidak bertemu dengan manajernya, Yang kami temukan adalah jeruk "seperti ini" (lihat foto di bawah) yang dijual mereka. Coba bandingkan penampilan fisiknya dengan Jeruk Keprok SoE. [caption id="attachment_351" align="aligncenter" width="336" caption="Jeruk yang dijual di Hypermart Kupang"]
Jeruk yang dijual di Hypermart Kupang
[/caption] [caption id="attachment_352" align="aligncenter" width="336" caption="Jeruk impor (ponkan) ini yang jadi saingan produk dalam negeri"]
Jeruk impor (ponkan) ini yang jadi saingan produk dalam negeri
[/caption] [caption id="attachment_353" align="aligncenter" width="336" caption="Mereka lebih memilih menjual jeruk seperti ini daripada Jeruk Keprok SoE?"]
Mereka lebih memilih menjual jeruk seperti ini daripada Jeruk Keprok SoE?
[/caption] Selain di super market, kami juga berkunjung ke pedagang buah Jeruk Keprok SoE di pinggir jalan dan pasar tradisional. Ada yang mengejutkan Pak Pascal ketika mencoba buah jeruk dari salah satu pedagang. [caption id="attachment_349" align="aligncenter" width="336" caption="Pedagang Jeruk Keprok SoE DI Kupang"]
Pedagang Jeruk Keprok SoE DI Kupang
[/caption] [caption id="attachment_348" align="aligncenter" width="336" caption="Jeruk Keprok SoE di Kupang"]
Jeruk Keprok SoE di Kupang
[/caption] "Arrgh.. It is dry, not sweet, and not juicy.. Is it a real SoE Mandarin?" Saya jawab, "Yes" "No GI on it..!" beliau menanggapi. Beliau yang notabene sudah berkeliling dunia dan mencoba berbagai macam produk IG, termasuk jeruk, tentu lebih paham bagaimana kualitas buah yang patut menjadi IG, karena tuntutan untuk memuaskan konsumen yang dipikul produk IG lebih besar daripada produk non  IG. [caption id="attachment_347" align="aligncenter" width="448" caption="Jeruk Keprok SoE di Kupang"]
Jeruk Keprok SoE di Kupang
[/caption]
Dari situ, saya jadi berpikir bahwa Indikasi Geografis memang sangat dibutuhkan oleh petani dan pedagang Jeruk Keprok SoE.
Siang hari, kami berangkat menuju Kota SoE. Kota ini adalah ibukota dari Kabupaten Timor Tengah Selatan. Di kabupaten ini lah sentra produksi dan penjualan Jeruk Keprok SoE. Perjalanan dari Kupang ke SoE kami tempuh dengan mobil carteran selama sekitar 3 jam. Di sana, kami akan menginap di Hotel Timor Megah selama 5 hari.
Akhirnya, misi di SoE dimulai :D
Day 1 (7/6) Hari pertama, kami akan mengunjungi petani Jeruk Keprok SoE, tepatnya di Kecatamatan Mollo Tengah dan Mollo Utara. Kami pun berangkat diantar Bang Ronald. Dari Kota SoE ke kedua mollo tersebut memakan waktu 30 menit. Medannya juga menarik, mendaki gunung melewati lembah haha :D . [caption id="attachment_354" align="aligncenter" width="336" caption="Lanscape View yang indah diperjalanan kami"]
Lanscape View yang indah diperjalanan kami
[/caption] [caption id="attachment_355" align="aligncenter" width="336" caption="Saya dan Pak Pascal ngambil foto :D"]
Saya dan Pak Pascal ngambil foto :D
[/caption] Kami pun tiba di Mollo Tengah, tepatnya di kelompok tani Feotnae. Pak Nelson Opat dan anggotanya pun menyambut kami dengan ramah. Ada satu hal menarik yang saya dapatkan di sini. Ada prosesi penyambutan tamu yang tidak saya temui di tanah Jawa. Menurut adat masyarakat di sini, tuan rumah menyambut tamu dengan mengalungkan kain tenun lokal kepada tamunya. Unik! :D Lebih menakjubkan lagi, mereka tetap melestarikan budaya lokal dan melakukannya untuk kami yang merupakan pendatang di tanah mereka. [caption id="attachment_359" align="aligncenter" width="336" caption="Prosesi pengalungan kain tenun pada kami"]
Prosesi pengalungan kain tenun pada kami
[/caption] [caption id="attachment_360" align="aligncenter" width="336" caption="Pak Pascal seneng nerima hadiah kain tenun :D"]
Pak Pascal seneng nerima hadiah kain tenun :D
[/caption] Kami pun berbincang-bincang dengan para petani jeruk di kebun mereka langsung, sehingga bisa melihat buah yang mereka hasilkan dan membuat suasana "rileks" karena mereka bisa melihat langsung penilaian terhadap tanaman yang mereka rawat. Bagi petani ini penting, karena dengan begitu mereka seperti merasa diperhatikan sekali. Tujuan berkunjung ke kebun jeruk ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh faktor alam dan manusia terhadap kualitas khas dari Jeruk Keprok SoE. Oleh karena itu, kami pun mencoba memakan beberapa buah jeruk dari pohon. Namun, kami meminta petani untuk memilih buah jeruk terbaik (yang telah mencapai tingkat kematangan ideal untuk dikonsumsi), hal ini penting sebagai indikasi tentang produk terbaik untuk IG.
Agak mengejutkan.. Rasanya sangat enak, segar, juicy, dan manis, berbeda sekali dengan yang kami makan di Kupang.
[caption id="attachment_357" align="aligncenter" width="336" caption="Buah Jeruk Keprok SoE di pohon (Mollo Tengah)"]
Buah Jeruk Keprok SoE di pohon (Mollo Tengah)
[/caption] [caption id="attachment_356" align="aligncenter" width="336" caption="Jeruk Keprok SoE"]
[/caption] Kontan, Pak Pascal pun berkomentar, "This is GI!" Selesai dengan petani di Mollo Tengah, kami pun berpamitan (dan tak lupa tentunya, berterimakasih atas jeruk dan kainnya :D ) dan melanjutkan perjalanan ke Mollo Utara. Di Mollo Utara, ternyata petani-petani sudah menunggu kedatangan kami. Pak Imanuel Baun, ketua kelompok tani Sinar Tunbesi dari Desa Ajobaki, menyambut kedatangan kami. Sama seperti di Mollo Tengah, ada proses penyambutan yang sama untuk kami. Lumayan, dapat hadiah kain lagi..hahaha :D [caption id="attachment_363" align="aligncenter" width="448" caption="Pak Pascal menerima kalungan kain tenun"]
Pak Pascal menerima kalungan kain tenun
[/caption] [caption id="attachment_364" align="aligncenter" width="448" caption="Pak Arry menerima kalungan kain tenun"]
Pak Arry menerima kalungan kain tenun
[/caption] [caption id="attachment_365" align="aligncenter" width="448" caption="Imam menerima kalungan kain tenun"]
Imam menerima kalungan kain tenun
[/caption] [caption id="attachment_366" align="aligncenter" width="448" caption="Makasih ya, Bu :)"]
[/caption] Oia..ada satu hal unik yang saya temui di sini. Saat prosesi penyambutan, tuan rumah (kepala keluarga/ketua kelompok tani) memberikan sambutan dalam bahasa setempat, biasanya disebut Bahasa Dawan. Tentu saja, kami bertiga tidak mengerti artinya...haha Tapi untungnya, ada Pak John (Staff Dinas Pertanian dan Perkebunan TTS)Â yang berbaik hati menterjemahkannya untuk kami. [caption id="attachment_361" align="aligncenter" width="448" caption="Pak Imanuel Baun (baju biru) memberikan sambutan dalam Bahasa Dawan"]
Pak Imanuel Baun (baju biru) memberikan sambutan dalam Bahasa Dawan
[/caption] Kami pun mulai berdiskusi. [caption id="attachment_367" align="aligncenter" width="336" caption="Pertama, Pak David Laleb menerangkan maksud dan tujuan kami"]
Pertama, Pak David Laleb menerangkan maksud dan tujuan kami
[/caption] [caption id="attachment_368" align="aligncenter" width="336" caption="Pak Imanuel Baun rajin mencatat"]
Pak Imanuel Baun rajin mencatat
[/caption] [caption id="attachment_370" align="aligncenter" width="448" caption="Petani jeruk semangat mebgikuti diskusi"]
Petani jeruk semangat mebgikuti diskusi
[/caption] [caption id="attachment_371" align="aligncenter" width="448" caption="Ada canda dalam keseriusan mereka"]
Ada canda dalam keseriusan mereka
[/caption] [caption id="attachment_372" align="aligncenter" width="448" caption="Pisang pulu"]
Pisang pulu', cemilan khas TTS untuk diskusi kami
[/caption] Setelah itu kami berkunjung ke 3 kebun dari 3 petani untuk melihat langsung buah Jeruk Keprok SoE yang matang di pohonnya. [caption id="attachment_373" align="aligncenter" width="336" caption="Pohon Jeruk Keprok SoE yang buahnya sudah siap dipanen"]
Pohon Jeruk Keprok SoE yang buahnya sudah siap dipanen
[/caption] [caption id="attachment_374" align="aligncenter" width="336" caption="Buah Jeruk Keprok SoE yang sudah matang secara optimal"]
Buah Jeruk Keprok SoE yang sudah matang secara optimal
[/caption] [caption id="attachment_325" align="aligncenter" width="336" caption="Pohon jeruk Hikson"]
[/caption] [caption id="attachment_326" align="aligncenter" width="336" caption="Jeruk Hikson, sangat mirip Jeruk Keprok SoE, oleh karena itu IG sangat penting"]
Jeruk Hikson, sangat mirip Jeruk Keprok SoE, oleh karena itu IG sangat penting
[/caption] Selesai melihat-lihat kebun, kami pun berpamitan pulang. [caption id="attachment_376" align="aligncenter" width="448" caption="Foto bareng di kebun sebelum pulang"]
Foto bareng di kebun sebelum pulang
[/caption]
Foto bareng dulu sebelum pulang
Day 2 (8/6) Hari kedua, kami akan berkunjung ke petani bibit Jeruk Keprok SoE, atau di sini biasa disebut Penangkar. Rencananya kami akan menuju Kecamatan Mollo Utara, tepatnya di Desa Eonbesi. Pak Andreas Tino, ketua kelompok tani Penangkar, menyambut kami di kediamannya yang dikelilingi bibit Jeruk Keprok SoE yang hijau. Seperti kemarin, ada prosesi penyambutan dalam adat istiadat masyarakat setempat. Kami pun mengikutinya dengan hikmat, meskipun kami tetap tidak mengerti ketika Pak Andreas berbicara dalam bahasa setempat..hahaha :D [caption id="attachment_332" align="aligncenter" width="336" caption="Pak Pascal menerima kalungan kain tenun"]
Pak Pascal menerima kalungan kain tenun
[/caption] [caption id="attachment_333" align="aligncenter" width="336" caption="Pak Arry menerima kalungan kain tenun"]
Pak Arry menerima kalungan kain tenun
[/caption] [caption id="attachment_334" align="aligncenter" width="336" caption="Saya menerima kalungan kain tenun"]
Saya menerima kalungan kain tenun
[/caption] Setelah itu, kami pun berdiskusi. [caption id="attachment_341" align="aligncenter" width="448" caption="Diskusi dengan para Penangkar Jeruk Keprok SoE"]
Diskusi dengan para Penangkar Jeruk Keprok SoE
[/caption] [caption id="attachment_336" align="aligncenter" width="336" caption="Pak John (tengah) dan Pak Alex (jaket krem)"]
Pak John (tengah) dan Pak Alex (jaket krem)
[/caption] [caption id="attachment_335" align="aligncenter" width="336" caption="Pak Arry diskusi dengan Pak Pascal"]
Pak Arry diskusi dengan Pak Pascal
[/caption] [caption id="attachment_331" align="aligncenter" width="336" caption="Jeruk Keprok SoE hidangan untuk kami"]
Jeruk Keprok SoE hidangan untuk kami
[/caption] Tujuan kami di hari kedua ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh faktor manusia pada bibit terhadap kekhasan buah Jeruk Keprok SoE, serta kapasitas kelompok Penangkar jika terlibat dalam pengelolaan IG. Selesai berdiskusi, Jam 12 siang teng, kami pun dipersilakan untuk makan siang. Ternyata sudah disediakan makanan yang mewah (menurut ukuran saya yang seorang anak kos ini..haha) [caption id="attachment_337" align="aligncenter" width="336" caption="Makan siang di rumah Pak Andreas"]
Makan siang di rumah Pak Andreas
[/caption] [caption id="attachment_338" align="aligncenter" width="448" caption="Ayam Panggang Halal dari Pak Andreas"]
Ayam Panggang Halal dari Pak Andreas
[/caption] [caption id="attachment_339" align="aligncenter" width="448" caption="Enaknya makanan ini.. :D"]
[/caption] [caption id="attachment_340" align="aligncenter" width="448" caption="Terima kasih banyak ibu-ibu. Makanannya enak.. :D"]
Terima kasih banyak ibu-ibu. Makanannya enak.. :D
[/caption] Ada satu hal yang kagumi dari Pak Andreas dkk. Mereka menyediakan kami ayam panggang untuk makan siang. Biasa? Menurut saya tidak. Ternyata mereka meminta tetangga mereka yang muslim untuk menyembelih ayamnya sebelum dimasak dan dihidangkan untuk makan siang kami. Sebuah bentuk toleransi bergama yang sangat besar dari mereka yang merupakan umat kristiani terhadap saya dan Pak Arry yang merupakan muslim (dan minoritas di sana). Terima kasih banyak, Pak! Dan tak lupa, foto bersama sebelum pamitan pulang :) [caption id="attachment_342" align="aligncenter" width="448" caption="Foto bareng kelompok penangkar jeruk keprok SoE"]
Foto bareng kelompok penangkar jeruk keprok SoE
[/caption] Sebelum kembali ke hotel, kami sempat mampir di kebun  milik salah satu penangkar, yaitu Pak Alex Serangmo. Ini orang asli Kepulauan Alor yang sudah puluhan tahun merantau ke TTS. Beliau sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun membudidayakan bibit Jeruk Keprok SoE. Saat ini beliau dibimbing oleh Balijestro, lembaga penelitian tempat Pak Arry bekerja. Selain itu, Pak Alex adalah ketua dari Perhimpunan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (PMPIG) Jeruk Keprok SoE. Semangat terus, Pak Alex! [caption id="attachment_345" align="aligncenter" width="336" caption="Pak Alex lagi pamer bibit jeruk masa depan Indonesia miliknya..hehe"]
Pak Alex lagi pamer bibit jeruk masa depan Indonesia miliknya..hehe
[/caption] [caption id="attachment_344" align="aligncenter" width="336" caption="Bibit Jeruk Keprok SoE milik Pak Alex tumbuh subur. Kata Pak Arry, nilainya 7,5..haha"]
Bibit Jeruk Keprok SoE milik Pak Alex tumbuh subur. Kata Pak Arry, nilainya 7,5..haha
[/caption] [caption id="attachment_343" align="aligncenter" width="336" caption="Udah tertata rapi dengan sistem pengairan yang "]
Udah tertata rapi dengan sistem pengairan yang
[/caption] [caption id="attachment_346" align="aligncenter" width="336" caption="Ini dia calon jeruk masa depan Indonesia, Jeruk Keprok SoE"]
Ini dia calon jeruk masa depan Indonesia, Jeruk Keprok SoE
[/caption] Day 3 (9/6) Di hari ketiga ini, kami akan mengunjungi pasar tradisional dan pasar buah di Kota SoE. Tujuannya untuk mengetahui strategi pedagang dalam membeli dan menjual Jeruk Keprok SoE kembali, serta mengidentifikasi fragmentasi rantai nilai Jeruk Keprok SoE. Selain itu, hal ini berguna untuk mendapatkan gambaran mengenai traceability system IG nantinya. Pertama, kami menuju Pasar Inpres Kota SoE. Letaknya tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Penampakannya juga seperti pasar tradisional yang banyak saya temui di Jawa Timur. Ada banyak pedagang yang menjual produk pertanian, mulai dari sayuran, daging, buah-buahan, dll. Kami hanya menemukan 2 pedagang Jeruk Keprok SoE. Itu pun kuantitasnya tidak banyak. Jeruk yang mereka jual masih hijau (meskipun mereka mengklaim rasanya manis). Alasannya, karena stok jeruk yang berwarna orange kemerahan sudah habis terjual, dan mereka masih menunggu hari pasar untuk "kulakan" jeruk lagi. Lokasi kedua yang kami kunjungi adalah Pasar Buah Terminal Hau Meni Kota SoE. Di sini kami menemukan banyak sekali penjual Jeruk Keprok SoE. Menurut Ketua Paguyuban Pedagang di sana, Pak Daniel Tahun, ada sekitar 70 orang pedagang yang menjual Jeruk Keprok SoE dan berbagai buah-buahan lainnya, seperti pisang, ubi manis, dll. [caption id="attachment_329" align="aligncenter" width="336" caption="Dagangan Jeruk Keprok SoE di Terminal Hau Meni Kota SoE"]
Dagangan Jeruk Keprok SoE di Terminal Hau Meni Kota SoE
[/caption] [caption id="attachment_328" align="aligncenter" width="336" caption="Dagangan Jeruk Keprok SoE di Terminal Hau Meni Kota SoE"]
Dagangan Jeruk Keprok SoE di Terminal Hau Meni Kota SoE
[/caption] [caption id="attachment_327" align="aligncenter" width="336" caption="Jeruk Keprok SoE"]
[/caption] [caption id="attachment_330" align="aligncenter" width="336" caption="Jeruk Keprok SoE, ada ciri khas tonjolan di bagian atas buah, biasa disebut "]
Jeruk Keprok SoE, ada ciri khas tonjolan di bagian atas buah, biasa disebut
[/caption] Day 4 (10/6) Hari keempat ini tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi dari lembaga pemerintah terkait dan instansi lain yang bisa terlibat membantu pembangunan IG sehingga bisa diketahui kapasitas koordinasinya di masa depan. Hal ini juga berguna untuk action plan yang akan kami susun bersama dengan petani, pedagang, penangkar, dan dinas besok. Pertama, kami malakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan TTS untuk acara Workshop besok. Kepala Dinasnya, Pak Gede Witadarma, sangat antusias membantu kami. Beliau menyediakan ruangan dan meminta stafnya untuk membantu kami mensukseskan acara workshop besok. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa di masa mendatang. Dinas Pertanian dan Perkebunan TTS siap terlibat aktif dalam membantu pembangunan IG Jeruk Keprok SoE, terutama dalam sektor hulu. Lembaga kedua yang kami kunjungi adalah salah satu kantor notaris di Kota SoE. Kami mencari informasi apakah ada suatu badan yang bisa membantu Perhimpunan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (PMPIG) Jeruk Keprok SoE dalam proses penyiapan administrasi pendaftaran dan pengelolaan laporan keuangan nantinya. Merasa tidak cukup hanya dengan informasi dari 1 kantor notaris, kami pun berkunjung ke Dinas Koperasi dan Perindustrian. Untungnya kami ketemu (Plt) pimpinannya, yaitu Pak Fritz Tobo. Ternyata beliau ini masih ada ikatan keluarga dengan Pak David. Dunia memang sempit ya, Pak :D Pak Fritz mengatakan bahwa dinasnya bisa membantu PMPIG dalam menyiapkan akta notaris untuk pendaftaran IG serta membantu pembentukan badan hukum untuk PMPIG sebagai suatu badan usaha yang legal (seperti koperasi). Selain itu, jika nanti proses pemasaran & promosi produk IG Jeruk Keprok SoE sudah mulai berjalan, Dinas Koperasi dan Perindustrian juga siap membina PMPIG dalam mengelola laporan keuangan dan kewajiban pajaknya agar usahanya benar-benar terkelola secara profesional. Hal ini lah yang menjadi pertimbangan para perusahaan ritel besar jika PMPIG ingin memasok Jeruk Keprok SoE (IG) ke perusahaan tersebut. Day 5 (11/6) Workshop... Horeeee :D Dalam workshop ini kami mengundang petani buah jeruk, penangkar, pedagang, dan perwakilan lembaga pemerintah terkait. Tujuannya untuk berdiskusi menentukan poin-poin penting yang akan diletakkan dalam Buku Persyaratan IG Jeruk Keprok SoE. Kami membagi peserta dalam 3 kelompok diskusi agar bisa mengggali informasi riil dari mereka secara optimal. Ada 3 topik yang kami angkat dalam diskusi ini untuk masing-masing kelompok: 1) Delimitation of Production Area, 2) Specific Characteristic of Product, 3) The Way of Practices Related to the Environmental Factors. Para peserta sempat minder untuk memberikan pendapat mereka secara langsung, karena mereka merasa pendidikan mereka masih 'rendah' untuk menentukan hal-hal 'ilmiah' seperti yang kami inginkan. Namun setelah saya berikan pengertian bahwa mereka tidak perlu minder karena sebenarnya mereka lah yang paling tahu apa yang mereka lakukan, bukan kami.
Dan memang itu yang saya rasakan, selama menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Pertanian, saya banyak belajar dari petani. Artinya, petani sudah seperti "dosen" bagi saya.
Setelah itu mereka pun lebih percaay diri dan semangat aktif dalam berdiskusi...Alhamdulillah :D Selesai berdiskusi kami bersama-sama (dipandu oleh Pak Pascal) menyusun rencana kegiatan untuk tahun 2014 yang akan fokus pada persiapan pendaftaran IG Jeruk Keprok SoE, mulai dari penulisan Buku Persyaratan IG dan berkas administratif lain. Kami memutuskan siapa berperan apa agar tidak ada kebingunan dalam diri mereka untuk melaksanakan perannya. IG ini untuk produk mereka, akan memberikan manfaat untuk mereka, jadi sudah seharusnya mereka aktif dalam pembangunan IG Jeruk Keprok SoE ini. Kami juga mengundang Manajer Ramayana Mall Kupang, Pak Robby Kase, untuk menyampaikan kebutuhan Jeruk Keprok SoE di Kupang yang kami harapkan petani melihatnya sebagai sebuah peluang pasar khusus produk IG mereka nantinya (niche market). Dan.. Alhamdulillah, workshop berjalan lancar & berakhir dengan kepahaman para peserta. Sesuai dengan apa yang kami harapkan.
Akhirnya, Misi di SoE sudah selesai... Kami pun bersiap kembali ke Kupang
Malam hari kami sampai di Kupang. Kami akan menginap di Aston Hotel lagi, dan besok siang kami akan 'terbang' ke Jakarta untuk debriefing dengan kolega kami dan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Kemenkumham RI) mengenai misi yang telah kami lakukan dan rencana kegiatan yang telah kami susun. Last but not least... Saya sangat senang sekali karena diberikan kesempatan untuk bekerja dengan para profesional seperti Pak Pascal dan Pak Arry. Saya belajar banyak dari beliau-beliau. Semoga apa yang kami lakukan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat Jeruk Keprok SoE di TTS. Disclaimer: Tulisan ini sebelumnya telah diterbitkan di blog pribadi penulis pada tautan ini (click here). Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Agribisnis Universitas Jember. Penulis bisa dihubungi melalui Twitternya: @imamhariyanto_ atau melalui blognya: contact me
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Money Selengkapnya