Mohon tunggu...
Imam Hanafie El-Arwany
Imam Hanafie El-Arwany Mohon Tunggu... -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan Bulan (Ber)gelimang Pahala

27 Juni 2015   22:52 Diperbarui: 27 Juni 2015   22:52 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Seandainya umatku mengerti kebaikan-kebaikan yang ada di bulan ini (Ramadhan), niscaya umatku mengharapkan dalam setahun menjadi Ramadhan semuanya.” (HR. Ath-Thabrani)

 

Ramadhan artinya adalah “sangat terik”, atau panas karena terik matahari. Nama Ramadhan dipilih karena ia bermakna membakar dosa-dosa dengan berbagai amal salih yang dilakukan di dalamnya. Zamahsyari dalam Rowai’ul Bayan menyatakan: “Orang-orang Arab dulu ketika memindahkan nama-nama bulan bahasa lama ke dalam bahasa Arab, mereka memberi nama bulan itu berdasarkan iklim yang dilaluinya. Kebetulan bulan ini merupakan bulan yang beriklim panas karena terik matahari, sehingga dinamailah ia dengan bulan Ramadhan”.

Bila ditinjau dari segi fungsinya, bulan Ramadhan memiliki beberapa nama, yang masing-masing menunjuk kepada suatu pengertian. Misalnya disebut Syahrul Qur’an karena di dalamnya diturunkan al-Qur’an, disebut Syahrush Shabri karena di dalamnya manusia dilatih untuk bersabar, disebut Syahrul Jud karena manusia dianjurkan untuk mengedepankan sikap ikhlas dalam beramal kepada sesama, disebut Syahrun Najah karena terdapat momentum itqum minannar (pembebasan dari siksa api neraka) dan sebagainya.

Banyak keistimewaan yang terkandung di bulan suci Ramadhan ini. Di antara keistimewaan bulan Ramadhan ini adalah bahwa setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik selama tiga puluh hari di bulan Ramadhan semua amal baik kita diberikan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Inilah salah satu keberkahan bulan Ramadhan yang tidak terdapat di bulan-bulan lain, yakni dilipatgandakannya pahala amalan shalih seorang muslim.  Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah antara lain disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah  dengan perbuatan baik (sunnah/mandub) pada bulan Ramadhan, (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan suatu kewajiban (fardlu) pada bulan yang lain.  Siapa saja yang menunaikan kewajiban (fardlu) di bulan Ramadlan , (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakannya 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain”.  

Berdasarkan hadits di atas dapat kita mengerti nilai-nilai aktivitas kaum muslimin yang berpuasa di bulan Ramadhan.  Puasa Ramadlan sendiri tak ada bandingannya, karena Allah SWT sendiri yang akan menghitung balasannya, sebagaimana disebut dalam sabda Rasulullah saw: “Segala amal kebajikan anak Adam dilipatgandakan pahalanya dengan 10 hingga 700 kali lipat.  Allah berfirman: ‘kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku dan Aku (sendiri) yang akan memberikan pahala kepadanya.  Dia telah meninggalkan syahwat dan makan minum lantaran Aku’…” (HR. Muslim).  

Rasulullah SAW dalam khutbahnya di akhir bulan Sya’ban sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Salman r.a. memberikan tausiyah sebagai berikut: “Siapa saja yang mendekatkan dirinya kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya (di bulan Sya’ban), samalah ia dengan orang yang menunaikan ibadah fardhu di bulan lain”. Sabda Rasulullah SAW ini menjelaskan, bila di bulan Sya’ban kita melakukan suatu pekerjaan yang sunah (semisal melakukan shalat sunah), maka nilai shalat sunah itu sama dengan kita melaksanakan shalat fardhu di bulan lain. Dengan demikian, jika kita melakukan ibadah fardhu di bulan Sya’ban, menurut konteks ini, maka nilainya tentu akan semakin berlipat ganda.

Pada bagian lain dalam khutbahnya, Rasulullah SAW menegaskan lagi: “Dan siapa saja melakukan ibadah fardhu di bulan Ramadhan, samalah ia dengan orang yang melaksanakan tujuh puluh ibadah fardhu di bulan yang lain”. Sabda Rasulullah ini mengandung makna bahwa jika kita melakukan ibadah fardhu semisal shalat lima waktu di bulan Ramadhan, maka berdasarkan sabda Rasulullah tersebut, nilai ibadahnya sama dengan orang yang melakukan tujuh puluh ibadah fardhu di bulan-bulan yang lain. Dengan demikian, jelaslah bagi kita bulan Ramadhan merupakan bulan yang sarat dengan taburan pahala, bulan yang penuh dengan pelipat-gandaan amal ibadah, baik amal ibadah yang fardhu maupun amal ibadah muamalah. Jadi sangat disayangkan, jika kesempatan yang tersedia di bulan suci Ramadhan itu kita lewatkan begitu saja.

Bagi orang-orang yang beriman, Ramadhan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu kedatangannya, karena di bulan inilah tempat berlimpah-ruah dan berlipat gandanya berbagai macam pahala yang dapat dicari dengan mudah dan tidak ditemukan di bulan-bulan lain selain di bulan Ramadhan. Salah satu nilai ibadah yang sangat mengagumkan dan merupakan karunia terbesar dari Allah SWT di bulan Ramadhan ini adalah adanya satu malam yang jika kita dapat menemukannya, maka nilai sama dengan ibadah 1000 bulan, atau sama dengan nilai ibadah selama 83 tahun, itulah Lailatul Qadar. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur`an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (Al-Qadr:1-5). Bayangkan saja, hanya dengan satu malam beribadah (tentu bagi orang yang dikehendaki Allah SWT), orang memperoleh pahala yang nilainya sama dengan beribadah selama 83 tahun. Subhanallah, betapa agungnya bulan Ramadhan

Walhasil, untuk mengumpulkan taburan pahala di bulan Ramadhan ini, tentu tidak dapat dilakukan hanya dengan ikhtiar “ala kadarnya” saja, tetapi harus dipersiapkan diri dengan sepenuh hati, dengan keikhlasan yang purna, dengan kesungguhan dan pengharapan yang tulus kepada Allah SWT. Karenanya ingatlah, ketika Rasulullah SAW bersabda:"Ada tiga jenis orang yang doanya tidak ditolak yaitu; doa orang yang berpuasa sampai ia berbuka; doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang teraniaya".

Dari uraian hadits-hadis di atas, kita tahu bahwa Ramadhan menyimpan begitu banyak kebaikan bagi siapa saja yang dengan sungguh-sungguh berikhtiar untuk mendapatkannya. Kebaikan yang tampak (berdasarkan hadits-hadits di atas) tidaklah seberapa dibandingkan dengan kebaikan yang tidak disebutkan dalam hadits, yang hanya Allah SWT saja yang Maha Mengetahui detailnya (amaliyah seperti apa dan berapa nilai pahalanya). Demikian misteriusnya amaliyah dan nilai kebaikan yang tersembunyi di bulan Ramadhan ini, sampai-sampai Baginda Nabi SAW menyatakan: “Seandainya umatku mengerti kebaikan-kebaikan yang ada di bulan ini (Ramadhan), niscaya umatku mengharapkan dalam setahun menjadi Ramadhan semuanya.” (HR. Ath-Thabrani)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun