Dalam Islam, nyayian ada yang diharamkan dan ada pula yang dihalalkan. Sebuah nyanyian dinyatakan haram apabila di dalam nyanyian itu terkandung unsur-unsur kemaksiatan atau kemunkaran, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, atau dalam bentuk sarana, misalnya dalam praktek nyanyian itu disertai dengan minuman-minuman keras, zina, penampakan aurat, adanya campur baur pria-wanita, atau pesan-pesan dalam syairnya bertentangan dengan syara’, misalnya mempropagandakan ajakan berpacaran, mendorong pergaulan bebas, mempropagandakan sekulerisme, liberalisme dan sebagainya. Sementara itu, nyanyian dihalalkan adalah nyanyian yang mengandung kriteria bersih dari unsur-unsur kemaksiatan atau kemunkaran, misalnya syair-syair yang mengandung pujian atas sifat-sifat Allah SWT, memotivasi untuk meneladani akhlak Rasulullah SAW, mengajak bertaubat kembali ke jalan Allah SWT dari perbuatan-perbuatan maksiat, mendorong orang untuk menuntut ilmu, menceritakan keagungan Allah dalam penciptaan alam semesta, dan sebagainya
Berkaitan dengan mendengarkan musik, Islam memandang hukumnya adalah mubah, baik itu berupa musik yang dikombinasikan dengan nyanyian (vokal), mendengar secara langsung melalui pertunjukan atau konser sepanjang tidak ada unsur kemaksiatan dan kemunkaran yang terkandung di dalamnya. Jika terdapat unsur kemaksiatan atau kemungkaran, misalnya syairnya tidak Islami, atau terjadi ikhthilat, atau terjadi penampakan aurat, maka hukumnya adalah haram. Akan tetapi jika tidak terdapat unsur kemaksiatan atau kemungkaran, maka hukumnya adalah mubah atau dibolehkan.
Wallahu ‘alam bishawab
http://www.crayonpedia.org/mw/Pengertian_seni_,_cabang-cabang_seni,_unsur unsur_seni,_sifat_dasar_seni_secara_umum_7.1
http://rheartlova.blogspot.com/2009/06/pengertian-seni-istilah-seni-pada.html
James Elkins, Art History and Images That Are Not Art", The Art Bulletin, Vol. 47, No. 4 (Dec. 1995).
Modul Seni Budaya, (Samarinda: SMKN 1 Samarinda, 2008)