Mohon tunggu...
Imam Rahmadi
Imam Rahmadi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen. Peneliti. Penulis.

Dosen Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung. Peneliti bidang teknologi pendidikan. Penulis artikel jurnal dan opini bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menggunakan Ponsel Pintar dengan Pintar

1 Juli 2013   21:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:09 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman menemani saya mengobrol sampai jam dua pagi, Jum’at, 21 Juni 2013 lalu. Saya mengobrol mulai pukul setengah sepuluh malam. Malam itu sengaja saya mendatangi rumahnya. Ini bukan yang pertama kali. Bahkan saya pernah mengobrol hingga adzan subuh berkumandang.

Teras rumahnya terasa sangat nyaman sekali. Secangkir teh tubruk panas dengan ramuan khasnya yang memiliki citarasa berbeda, menjadi sajian wajib. Obrolan berjalan hangat, sehangat teh yang tersaji. Hingga menjelang pagi, saya baru tersadar, "Mas, kayaknya kalau kita lagi ngobrol, sampeyan gak pernah pegang handphone, ya?"

Dia tidak langsung menjawab. Sambil tersenyum manis, baru dia menjawab, "orang dulu gak ada HP juga gak mati, Mas!" Hening sejenak, saya terpukul dengan jawabannya. "Kalau ada yang dekat, kenapa harus melayani yang jauh, yang jauh, kan, bisa setelah ini. Kalau sedang ngobrol begini, melayani yang lain, itu bikin ’frekwensi’ obrolan rusak. Saya ngobrol, terus ada orang lewat, saya menanggapi yang lewat, itu saja sudah merusak suasana obrolan." Dia melanjutkan jawabannya panjang lebar.

Saya lalu teringat bagaimana keseharian yang saya lakukan dengan teman-teman sebaya. Beberapa kali kita pernah berkumpul, namun masing-masing asyik dengan ponsel pintarnya (smartphone) sendiri-sendiri. Saya lalu juga berpikir, bagaimana rasanya di hati, misalkan saya bertamu ke tempat seseorang, namun orang tersebut justru asyik dengan ponsel pintarnya?

Senja di hari Sabtu, 29 Juni 2013 kemarin, saya mengobrolkan hal ini dengan teman saya yang lain. Katanya, "memang begitu, misalkan dalam teater, itu bisa disebut dengan ’memutus emosi’, merusak emosi berlatih atau bermain teater, apabila bermain ponsel pintarnya, atau melakukan hal lain.

Menggunakan ponsel pintar sepertinya memang harus dengan pintar juga. Kalah pintar dengan ponsel pintar, membuat penggunanya dikendalikan oleh teknologi, bukannya dia yang mengendalikan teknologi. Seperti itu bukan, sih?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun