Hidup dengan ADHD : 4 Hukum Tak Tertulis yang Harus Saya Jalani
(Pengalaman pribadi sebagai seorang disleksia-ADHD)
ADHD adalah berkah sekaligus tantangan. Ia adalah bagian dari diri saya yang membuat hidup penuh warna, tetapi juga penuh ujian. Saya didiagnosis ADHD pada usia 9 tahun, setelah bertahun-tahun dianggap "bermasalah" karena terlalu aktif, sulit fokus, dan sering membuat orang di sekitar saya kelelahan. Awalnya, saya salah didiagnosis sebagai autisme karena pola perilaku saya yang kompleks.
Namun, diagnosis ADHD memberi nama pada kekacauan yang saya alami. Ini bukan tentang "salah saya" atau "kurangnya usaha saya," tetapi bagaimana otak saya bekerja---cepat, sibuk, penuh ide, tetapi sering kali sulit diarahkan. Para ahli, seperti Dr. Russell Barkley, menyebut ADHD sebagai gangguan fungsi eksekutif otak, di mana individu menghadapi kesulitan dalam mengatur perhatian, mengendalikan impuls, dan mengelola waktu. Di balik semua itu, saya belajar bahwa ADHD bukan hanya tentang kekurangan; ia adalah cara unik otak saya bekerja, meski sering kali membuat hidup terasa seperti balapan tanpa garis finish.
Berikut adalah empat hukum tak tertulis yang saya temukan dalam perjalanan hidup sebagai individu dengan ADHD.
1 : Jangan Percaya Mitos 'Kurang Usaha'
Ketika kecil, saya sering mendengar komentar seperti, "Kalau kamu lebih serius, kamu pasti bisa." Padahal, saya sudah mengerahkan semua usaha yang saya punya. ADHD bukan soal kemalasan atau kurangnya motivasi, tetapi tentang bagaimana otak kami memproses informasi dan memprioritaskan tugas.
Dr. Edward Hallowell, dalam bukunya Driven to Distraction, menjelaskan bahwa ADHD bukanlah masalah kurangnya motivasi, melainkan "motivasi yang tersendat." Otak ADHD membutuhkan dorongan emosional yang lebih kuat untuk memulai dan menyelesaikan tugas. Itu sebabnya, meskipun saya ingin menyelesaikan sesuatu, sering kali saya kewalahan dan bingung harus mulai dari mana.
Setiap hari, saya harus memilih mana yang bisa saya lakukan lebih dulu, sering kali melupakan hal lain yang sama pentingnya. Tetapi bukan berarti saya tidak peduli. Saya peduli---terkadang terlalu peduli, hingga pikiran saya melompat ke begitu banyak arah sekaligus.
2 : Manajemen Waktu Adalah Medan Perang
Bagi saya, waktu itu cair. Lima menit bisa terasa seperti satu jam, atau sebaliknya. Di sekolah, saya sering lupa tugas-tugas kecil yang harus diselesaikan. Guru-guru mengira saya tidak peduli, tetapi kenyataannya, saya hanya kewalahan dengan semua yang harus saya ingat.
Ahli ADHD, seperti Dr. Thomas E. Brown, menyebut masalah ini sebagai "time blindness" atau ketidakmampuan untuk merasakan waktu secara akurat. Orang dengan ADHD sering kesulitan merencanakan dan memperkirakan waktu, sehingga tugas-tugas kecil terasa seperti gunung yang sulit didaki.
Solusi saya? Catatan kecil di mana-mana, alarm di ponsel, bahkan meminta bantuan orang sekitar untuk mengingatkan. Tidak selalu berhasil, tapi itu jauh lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali.