Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Kemandirian Anak ADHD melalui Pengembangan Executive Function

20 Januari 2025   12:48 Diperbarui: 20 Januari 2025   12:50 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membangun Kemandirian Anak dengan ADHD melalui Pengembangan Fungsi Eksekutif"

Sebagai seseorang yang hidup dengan ADHD dan disleksia, saya memahami betul tantangan yang dihadapi anak-anak dengan kondisi ini. Dulu, saya sering mendengar kata-kata seperti, "Imam, ambil bukumu," atau "Ingat, kerjakan PR-mu!" Segala sesuatu harus diingatkan, bahkan hal-hal kecil seperti membawa botol minum atau memakai sepatu sebelum keluar rumah. Orang tua dan guru saya, meskipun dengan niat baik, kerap menjadi "fungsi eksekutif" bagi saya. Namun, ini justru membuat saya bergantung pada arahan mereka dan menghambat kemampuan saya untuk mandiri.

Ketergantungan pada arahan, atau yang disebut prompt dependence, adalah tantangan umum pada anak-anak dengan ADHD. Ketika orang dewasa terus-menerus memberi tahu apa yang harus dilakukan, anak tidak belajar menggunakan fungsi eksekutifnya sendiri. Saya mengalaminya sendiri. Baru ketika saya dewasa dan mulai bekerja dengan anak-anak berkebutuhan khusus, saya menyadari betapa pentingnya membangun kemandirian sejak dini.

ADHD adalah gangguan perkembangan fungsi eksekutif, yaitu kemampuan untuk merencanakan, mengatur, dan mengarahkan perilaku. Fungsi ini sering tertinggal 2–3 tahun dibandingkan teman sebayanya. Salah satu komponen penting dari fungsi eksekutif yang sering tertinggal adalah memori kerja nonverbal, yaitu kemampuan untuk membayangkan tindakan atau hasil di masa depan. Contohnya, saat saya masih sekolah, saya sering lupa menyerahkan PR bukan karena saya malas, tetapi karena saya tidak bisa membayangkan diri saya menyerahkan PR tersebut.

Selain itu, perkembangan dialog internal atau “suara otak” juga sering tertunda. Suara otak adalah cara kita berbicara kepada diri sendiri untuk mengarahkan perilaku. Anak-anak dengan ADHD sering kali belum mengembangkan kemampuan ini dengan baik, sehingga mereka mengandalkan arahan dari orang dewasa.

Ada cara untuk membantu anak-anak dengan ADHD membangun kemandirian, dan itu dimulai dengan mengubah cara kita berkomunikasi. Saya pernah membaca tentang pendekatan bahasa deklaratif, yang sangat membantu saya memahami cara mendukung anak-anak di kelas. Daripada berkata, "Ambil botol minummu," kita bisa berkata, "Coba lihat sekeliling dapur, apakah ada sesuatu yang perlu kamu bawa sebelum pergi?" Cara ini mendorong anak berpikir sendiri dan menggunakan dialog internal.

Pada awalnya, ini mungkin membuat anak frustrasi, seperti yang saya alami dulu. Membayangkan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas terasa sulit. Tapi dengan latihan dan dukungan yang konsisten, anak-anak akan mulai membangun fungsi eksekutif mereka sendiri.

Saat saya tumbuh dewasa, saya sadar bahwa banyak dari kesulitan saya di sekolah sebenarnya karena kurangnya pemahaman guru tentang ADHD. Mereka sering menganggap saya malas atau tidak peduli, padahal yang saya butuhkan adalah strategi yang membantu saya memahami dan mengelola diri sendiri.

Sekarang, sebagai pendidik, saya selalu mencoba memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berpikir dan menemukan solusi sendiri. Saya tahu betapa pentingnya memberi mereka alat, bukan jawaban, sehingga mereka bisa belajar mengatur hidup mereka tanpa selalu bergantung pada orang lain.

"Kemandirian tidak lahir dari arahan, tetapi dari kesempatan untuk berpikir dan belajar dari proses. Anak dengan ADHD mungkin butuh lebih banyak waktu, tetapi dengan cinta dan strategi yang tepat, mereka akan menemukan langkah mereka sendiri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun