Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Executive Function Coaching dalam Membantu Anak Disleksia

20 Januari 2025   11:27 Diperbarui: 20 Januari 2025   11:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peran Executive Function Coaching dalam Membantu Anak Disleksia

Sebagai seseorang yang hidup dengan disleksia dan ADHD, saya memahami betapa rumitnya proses membaca bagi anak-anak seperti saya. Bagi banyak orang, membaca mungkin tampak sederhana, hanya soal melihat huruf dan membentuk kata-kata. Namun, kenyataannya membaca adalah proses berpikir yang kompleks, yang melibatkan berbagai keterampilan kognitif seperti memori kerja (working memory), pemrosesan visual dan auditori, perhatian, fokus, hingga kemampuan membangun makna dari teks. Semua keterampilan ini adalah bagian dari executive function, yaitu seperangkat proses mental yang membantu kita merencanakan, mengatur, dan mengeksekusi tugas.

Menurut Diamond (2013), executive function mencakup tiga keterampilan utama: memori kerja, kontrol inhibisi, dan fleksibilitas kognitif. Ketiga kemampuan ini sangat penting dalam proses pembelajaran, termasuk membaca. Anak-anak dengan executive function yang baik mampu mengingat informasi dengan jelas, mengatasi gangguan untuk fokus pada tugas tertentu, dan beradaptasi dengan situasi baru. Namun, bagi anak-anak dengan disleksia, keterampilan ini sering kali terganggu, yang membuat mereka kesulitan dalam membaca, memahami instruksi, dan menyelesaikan tugas akademik.

Shaywitz (2003) mendefinisikan disleksia sebagai gangguan berbasis bahasa yang memengaruhi kemampuan membaca, menulis, dan mengeja. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan disleksia sering mengalami defisit pada memori kerja verbal (Swanson, 1999), yang menghambat kemampuan mereka untuk mengingat urutan huruf atau kata yang baru mereka baca. Hal ini semakin diperburuk dengan gangguan fleksibilitas kognitif, yang membuat mereka sulit menyesuaikan diri saat menghadapi teks yang kompleks atau tidak familiar.

Saat masih kecil, saya sering merasa membaca seperti "mendaki gunung tanpa tali." Saya diminta memahami bacaan, tetapi huruf-huruf di halaman terasa menari, sulit saya rangkai menjadi kata atau makna. Guru-guru saya sering salah paham, mengira saya malas atau tidak mau mencoba lebih keras, padahal saya sedang menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari sekadar "membaca."

Di sinilah executive function coaching dapat menjadi solusi yang signifikan. Menurut Dawson dan Guare (2010), pelatih executive function membantu individu mengidentifikasi strategi untuk mengatasi kelemahan dalam keterampilan kognitif mereka. Dalam konteks disleksia, pelatih ini berperan seperti pemandu yang mengarahkan anak-anak untuk memahami cara otak mereka bekerja dan bagaimana mengoptimalkannya.

Misalnya, seorang pelatih executive function dapat membantu anak-anak dengan disleksia:

  1. Menguatkan Memori Kerja: Melalui latihan visual dan auditori, seperti penggunaan kartu indeks untuk mengingat kata-kata baru atau pemetaan pikiran (mind mapping) untuk merangkum bacaan.
  2. Meningkatkan Fokus dan Kontrol Diri: Dengan teknik seperti time-blocking, anak belajar memecah tugas besar menjadi langkah-langkah kecil yang lebih terjangkau.
  3. Mengembangkan Fleksibilitas Kognitif: Menggunakan pendekatan multisensori yang melibatkan visual, kinestetik, dan auditori agar anak lebih mudah memahami teks.

Saya pernah menjalani perjalanan panjang untuk memahami cara belajar saya sendiri. Saya ingat ayah saya yang tanpa lelah membantu saya membaca satu kata demi satu kata. Itu adalah bentuk coaching yang sederhana namun bermakna. Dengan pendekatan yang lebih profesional, seorang pelatih executive function dapat memberikan dukungan yang lebih terarah, membangun keterampilan inti yang diperlukan untuk membaca, sekaligus menanamkan rasa percaya diri pada anak-anak yang merasa "tidak mampu."

Membantu anak-anak dengan disleksia tidak hanya tentang mengajari mereka membaca, tetapi juga membantu mereka memahami cara otak mereka bekerja. Executive function coaching memberikan "resep" yang selama ini mereka butuhkan untuk menyelesaikan "kue" pembelajaran mereka. Dengan bimbingan yang tepat, anak-anak disleksia tidak hanya bisa membaca, tetapi juga tumbuh menjadi pembelajar yang percaya diri dan mandiri.

"Ketika otak bekerja dengan cara yang unik, kita tidak gagal kita hanya butuh peta yang berbeda. Coaching adalah peta itu, panduan menuju potensi terbaik kita."  Imam Setiawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun