Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

ADHD dan Aku : Dari Keterpurukan ke Konsistensi yang Menginspirasi

14 Januari 2025   18:54 Diperbarui: 14 Januari 2025   16:53 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"ADHD dan Aku: Dari Keterpurukan ke Konsistensi yang Menginspirasi"

Saat Usia 9 Tahun, diagnosis Disleksia - ADHD mengubah hidup saya secara drastis. Sebelumnya, saya adalah seorang pemula yang penuh semangat namun sering kehilangan arah. Saya memulai berbagai proyek dengan gairah besar hanya untuk berhenti di tengah jalan karena kehilangan motivasi. Siklus ini meninggalkan saya tenggelam dalam keraguan diri, rasa malu, dan kecemburuan terhadap orang lain yang tampaknya bisa "berusaha lebih keras" dan mencapai hasil.

Saya bertanya-tanya, apa yang salah dengan saya? Mengapa saya tidak bisa memaksa otak saya untuk bekerja seperti orang lain? Jawaban itu datang melalui pemahaman mendalam tentang ADHD: bukan soal berusaha lebih keras, melainkan membuat segala sesuatu lebih mudah.

Setelah membaca berbagai literatur ilmiah tentang ADHD, saya menemukan bahwa otak saya bekerja secara berbeda. Kami yang hidup dengan ADHD memiliki otak yang terobsesi pada hal-hal yang menarik, bukan penting. Ketika tantangan kehilangan elemen kebaruan, otak ADHD kita kehilangan dorongan dopamin yang selama ini memotivasi kita. Di titik itulah saya menyadari bahwa saya perlu pendekatan yang berbeda.

Tiga Strategi Mengubah Hidup Saya

  1. Bermain pada Kekuatan, Bukan Kelemahan:
    Otak ADHD bekerja seperti kamera dengan fokus selektif. Ada area di mana kita unggul luar biasa, tetapi ada pula area yang menjadi kelemahan signifikan. Saya belajar untuk mengenali kekuatan saya---kreativitas, keberanian mengambil risiko, dan kemampuan berpikir besar serta meminta bantuan untuk kelemahan saya seperti organisasi dan perhatian pada detail.
  2. Kenali Gaya Belajar Anda:
    ADHD membuat saya sangat terpengaruh oleh cara saya memproses informasi. Saya adalah pembelajar visual dan konseptual, jadi saya lebih efektif memahami materi melalui video atau diskusi ide besar daripada hanya mendengar penjelasan verbal. Dengan menyesuaikan gaya belajar ini, saya bisa menyerap informasi tanpa merasa tertekan.
  3. Bekerja dalam Sprint, Bukan Marathon :
    Sistem kerja seperti teknik Pomodoro membantu saya fokus dalam interval waktu singkat, memungkinkan otak saya tetap terlibat tanpa kelelahan. Selain itu, saya belajar pentingnya mengambil jeda kreatif, atau "fire breaks," untuk menyegarkan pikiran saya. Jeda ini, seperti mendengarkan musik atau jalan-jalan ke alam, memberi saya perspektif baru dan semangat yang diperbarui untuk kembali bekerja.

Kini, saya mampu konsisten bekerja sebagai Praktisi, Guru Anak Berkebutuhan Khusus, Penulis, Pembuat konten di bidang Disleksia - ADHD, melakukan perjalanan Disleksia Keliling Nusantara. Tidak hanya mimpi saya menjadi kenyataan, tetapi saya juga bisa membantu ribuan orang dengan pengalaman yang sama.

Diagnosis ADHD bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan memahami diri sendiri. Dengan strategi yang tepat, saya belajar memanfaatkan potensi unik saya, mengubah tantangan menjadi kekuatan, dan menemukan kebahagiaan dalam apa yang saya lakukan.

"Konsistensi bukan tentang berusaha lebih keras, melainkan menemukan cara untuk membuat hidup lebih mudah sesuai dengan cara kerja otak kita."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun