Bullet Journaling : Pelipur Sibuknya Otak ADHD
Sebagai seseorang yang hidup dengan ADHD dan disleksia, saya sering merasa seperti tenggelam dalam lautan tugas, ide, dan informasi. Pikiran saya terus-menerus melompat dari satu topik ke topik lain, seringkali meninggalkan jejak kekacauan yang sulit saya urai.
Namun, ketika saya mengenal metode Bullet Journaling, seakan-akan saya menemukan pelampung untuk membantu saya mengarungi lautan itu.
Bullet Journaling adalah metode sederhana tetapi sangat fleksibel yang dirancang untuk membantu kita mengatur tugas, mencatat ide, dan menciptakan struktur di tengah hiruk-pikuk pikiran.
Ide dasarnya adalah memanfaatkan buku catatan dan pena untuk menciptakan sistem yang sesuai dengan kebutuhan kita. Inilah yang membuatnya sangat cocok bagi otak ADHD yang penuh warna dan tantangan.
Saya pertama kali mendengar tentang Bullet Journaling dari komunitas ADHD di YouTube, khususnya melalui Jessica McCabe di kanal "How to ADHD." Ia menyebut metode ini sebagai "planner terbaik untuk otak ADHD."
Awalnya, saya skeptis. Bagaimana mungkin sesuatu yang sesederhana buku catatan dapat membantu saya yang bahkan sering lupa menaruh buku catatan itu sendiri?
Namun, dengan dorongan teman-teman di komunitas dan rasa penasaran, saya mulai mencobanya. Saya memilih jurnal yang sederhana dan mulai dengan format dasar: mencatat tugas harian, janji temu, dan beberapa ide acak yang muncul.
Ternyata, metode ini bukan hanya tentang mencatat, tetapi juga tentang menciptakan ruang bagi pikiran saya untuk bernapas.
Mengapa Bullet Journaling Bekerja untuk ADHD
- Fleksibilitas yang Tak Terbatas: Tidak ada aturan baku dalam Bullet Journaling. Saya bisa menciptakan sistem yang cocok untuk saya, bahkan jika itu berarti mencampuradukkan tugas, gambar, dan coretan ide.
- Visualisasi yang Jelas: Dengan menulis secara manual, saya merasa lebih terhubung dengan apa yang saya catat. Ini membantu saya untuk lebih fokus dan mengingat apa yang penting.
- Proses Refleksi: Migrasi tugas dari satu hari ke hari berikutnya memberikan saya momen untuk merenungkan apa yang benar-benar penting.
- Ruang untuk Kreativitas: Sebagai seseorang dengan disleksia, saya sering merasa tertekan oleh format yang kaku. Dalam Bullet Journaling, saya bisa menggambar, mewarnai, atau menambahkan elemen visual yang membuat saya merasa nyaman.