Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membaca Dunia dengan cara Berbeda : Perjalanan Anak Disleksia-ADHD

25 Desember 2024   13:11 Diperbarui: 25 Desember 2024   10:14 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Membaca Dunia dengan Cara yang Berbeda: Perjalanan Anak Disleksia-ADHD"

Menjadi seorang anak dengan disleksia dan ADHD di sebuah sistem pendidikan yang kurang inklusif adalah perjalanan penuh liku. Saya adalah anak itu. Hidup terasa seperti permainan puzzle, di mana saya menjadi potongan yang tak pas dalam gambar besar sistem yang seragam. Setiap langkah saya sering diwarnai ketidakpahaman orang lain, serta perjuangan menemukan ritme saya sendiri.

Di sekolah, perjuangan saya tidak hanya tentang memahami angka dan huruf, tetapi juga memahami diri saya sendiri. Ketika guru berkata, "Kamu tidak fokus" atau "Kamu malas," kalimat itu meninggalkan luka yang lebih dalam dari sekadar coretan merah di buku tugas. Mereka tidak tahu bahwa otak saya bekerja dengan cara yang berbeda. Penelitian oleh Barkley (2014) menunjukkan bahwa otak anak dengan ADHD memiliki perbedaan signifikan dalam regulasi emosi dan perhatian, yang membuat kami sering dianggap impulsif atau sulit diatur. Padahal, di balik setiap kekacauan yang terlihat, ada usaha keras yang jarang disadari.

Disleksia menambah kompleksitas perjalanan ini. Menurut British Dyslexia Association, disleksia bukanlah tanda rendahnya kecerdasan, tetapi sebuah perbedaan cara otak memproses informasi. Di balik kesulitan membaca dan menulis, saya menemukan imajinasi yang tak terbatas dan kemampuan berpikir kreatif yang menjadi kekuatan saya saat ini. Saya belajar bahwa setiap kelemahan memiliki sisi kuatnya, jika kita mau menggali.

Namun, perjalanan ini bukan hanya tentang saya. Orang tua saya adalah bagian penting dari cerita ini. Dengan cinta yang sering kali bercampur frustrasi, mereka berjuang menemukan cara untuk mendukung saya. Saya masih ingat ibu saya, yang dengan sabar mengulang penjelasan berkali-kali, meskipun air matanya jatuh di malam-malam sepi. Saya ingat ayah saya yang duduk terdiam di depan laporan sekolah penuh kritik, mencoba mencari harapan di tengah kekhawatirannya. Mereka tidak selalu tahu apa yang harus dilakukan, tetapi mereka tidak pernah menyerah.

Ketika akhirnya saya mendapatkan diagnosis disleksia dan ADHD, itu seperti menemukan peta untuk hutan yang selama ini gelap gulita. Diagnosis ini tidak menyelesaikan semua masalah, tetapi memberi arah. Orang tua saya mulai mendekati saya dengan empati yang lebih dalam. Mereka berhenti melihat apa yang saya "tidak bisa" dan mulai merayakan apa yang saya "bisa." Untuk pertama kalinya, saya merasa diterima, setelah bertahun-tahun merasa terasing.

Kini, sebagai seorang pendidik, saya membawa pelajaran ini ke dalam kelas. Saya memahami bahwa setiap anak adalah unik dan tak ada satu metode yang bisa diterapkan untuk semua. Saya berusaha menjadi jembatan antara anak-anak dan orang tua, mengingatkan bahwa setiap perilaku adalah bentuk komunikasi. Seperti yang dikatakan Dr. Ross Greene: "Anak-anak akan berperilaku baik jika mereka bisa." Di balik setiap tantangan, ada kebutuhan yang meminta untuk dipahami.

Anak-anak seperti saya tidak membutuhkan sistem yang sempurna, tetapi mereka membutuhkan orang dewasa yang mau berjalan bersama mereka, bukan melawan mereka. Mereka membutuhkan pengertian, bukan penghakiman. Mereka membutuhkan lingkungan yang percaya bahwa setiap anak adalah berharga, bahkan jika mereka tampak berbeda.

Bagi para orang tua yang sedang berjuang, ketahuilah bahwa perjalanan ini tidak mudah, tetapi Anda tidak sendirian. Anak Anda adalah sebuah permata, bahkan jika kilauannya belum terlihat. Perjuangan Anda, kesabaran Anda, adalah cahaya yang membantu mereka bersinar.

Izinkan saya menutup dengan kutipan yang menguatkan perjalanan saya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun