Mengurangi Kecemasan Membaca pada Anak: Strategi Efektif untuk Mendukung Anak dengan Disleksia
Membaca merupakan salah satu keterampilan penting dalam pendidikan, tetapi bagi anak-anak yang mengalami kesulitan membaca seperti disleksia, membaca bisa menjadi aktivitas yang menakutkan dan penuh tekanan. Banyak anak yang mengatakan mereka "membenci membaca," tetapi sebenarnya mereka hanya merasa frustrasi dan lelah secara emosional karena kesulitan yang dihadapi. Hal ini dapat menciptakan kecemasan membaca yang memengaruhi kepercayaan diri anak serta perkembangan akademiknya.
Sebagai seorang pendidik sekaligus individu dengan disleksia, saya memahami betapa kompleksnya perjalanan membaca bagi anak-anak yang menghadapi tantangan serupa. Dalam tulisan ini, saya akan membagikan lima strategi untuk membantu mengurangi kecemasan membaca pada anak, didukung oleh teori, penelitian, dan pengalaman pribadi.
1. Pilih Buku Berdasarkan Minat Anak
Penelitian menunjukkan bahwa membaca buku yang sesuai dengan minat anak dapat meningkatkan motivasi mereka untuk membaca. Menurut Guthrie dan Wigfield (2000), motivasi membaca adalah faktor kunci dalam pengembangan literasi. Misalnya, jika anak Anda menyukai Pokmon, carilah buku bertema Pokmon. Buku tidak harus selalu bersifat edukatif untuk meningkatkan keterampilan literasi; yang terpenting adalah anak merasa terhubung dengan isi buku tersebut.
Dalam pengalaman saya, memperkenalkan buku bertema kesukaan murid-murid saya di Sekolah Semai, seperti cerita tentang hewan atau pahlawan super, membuat mereka lebih bersemangat untuk membaca.
2. Buka Diri terhadap Novel Grafis
Novel grafis sering kali dipandang sebelah mata, tetapi format ini sangat efektif bagi anak dengan kesulitan membaca. Novel grafis menggabungkan narasi teks dengan visual yang membantu anak memahami cerita lebih mudah. Studi oleh Sabin (2013) menunjukkan bahwa gambar dalam novel grafis membantu anak mengasosiasikan kata dengan maknanya, sehingga meningkatkan pemahaman dan rasa percaya diri mereka.
Seorang murid saya, Syifa, yang mengalami kesulitan membaca karena gangguan pendengaran, mulai tertarik membaca setelah saya mengenalkan novel grafis sederhana. Ia merasa bahwa gambar-gambar tersebut membantunya memahami alur cerita tanpa harus merasa terbebani oleh banyak teks.
3. Gunakan Buku Audio Secara Efektif
Buku audio adalah alat yang sangat bermanfaat untuk anak yang kesulitan membaca. Mendengarkan cerita mengurangi beban mental untuk menginterpretasikan kata-kata di halaman buku, tetapi tetap membantu anak mengembangkan keterampilan bahasa. Penelitian oleh Wolf dan Stoodley (2008) menemukan bahwa mendengarkan buku audio dapat melatih pemrosesan bahasa yang sama seperti membaca visual.
Dalam proyek "Disleksia Keliling Nusantara," saya sering merekomendasikan buku audio kepada orang tua. Misalnya, anak-anak dapat mendengarkan cerita sambil bermain atau menggambar, sehingga mereka tetap belajar tanpa tekanan.
4. Padukan Buku dengan Versi Filmnya
Membiarkan anak menonton film sebelum membaca buku dapat membantu mereka memahami alur cerita dan karakter terlebih dahulu, sehingga membaca menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Teori dual coding oleh Paivio (1986) menyebutkan bahwa penggabungan elemen visual dan verbal dapat meningkatkan pemahaman dan ingatan.
Di Sekolah Semai, saya pernah menggunakan film animasi sederhana sebagai pengantar sebelum memperkenalkan cerita pendek dalam bentuk buku. Anak-anak menjadi lebih antusias dan mampu mengikuti cerita dengan lebih baik.
5. Ajak Anak ke Perpustakaan
Perpustakaan adalah tempat yang penuh dengan kesempatan eksplorasi dan petualangan literasi. Mengajak anak ke perpustakaan memungkinkan mereka memilih buku sesuai keinginan mereka, yang dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap proses membaca. Sebuah studi oleh Krashen (2011) menekankan bahwa akses terhadap buku berkorelasi positif dengan perkembangan literasi.
Saya masih ingat saat menemani murid-murid saya di perpustakaan kecil Sekolah Semai. Mereka merasa senang memilih buku sendiri, dan ini menciptakan pengalaman membaca yang lebih personal dan menyenangkan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Proyek Literasi Indonesia pada tahun 2023, 60% anak di Indonesia merasa kurang percaya diri dalam membaca karena takut salah atau tidak memahami isi bacaan. Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan yang mengatasi kecemasan membaca pada anak, terutama mereka yang memiliki disleksia, memerlukan pendekatan yang kreatif dan penuh kasih. Dengan menerapkan strategi-strategi di atas, kita dapat membantu anak menikmati cerita, meningkatkan literasi mereka, dan membangun kepercayaan diri.
"Setiap anak adalah pelita, meski jalannya tertatih, ia akan bercahaya jika kita memberinya bahan bakar berupa dukungan dan cinta."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H