Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tanda Peringatan Dini Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia)

14 Desember 2024   08:16 Diperbarui: 13 Desember 2024   16:15 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tanda Peringatan Dini Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia)"

Disleksia matematika, atau dikenal sebagai Diskalkulia, adalah gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan individu dalam memahami dan memproses angka serta konsep matematika. Gangguan ini tidak hanya membuat anak kesulitan dalam matematika tetapi juga dapat berdampak pada rasa percaya diri dan perkembangan akademik secara keseluruhan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi gejala awal Diskalkulia, teori dari para ahli, penelitian terkait, serta fakta di lapangan yang dapat membantu guru dan orang tua mengenali dan mendukung anak dengan gangguan ini.

Menurut Butterworth (2018), Diskalkulia adalah gangguan spesifik dalam pengolahan angka yang menghambat individu dalam membangun konsep dasar matematika. Berbeda dengan kesulitan belajar biasa, Diskalkulia terjadi meskipun anak memiliki kecerdasan normal dan kesempatan belajar yang memadai. Penelitian oleh Shalev & Gross-Tsur (2001) menunjukkan bahwa sekitar 5-7% anak di dunia memiliki gangguan ini, tetapi sering kali tidak terdiagnosis hingga anak mengalami kegagalan akademik yang signifikan.

Mengenali gejala awal Diskalkulia sangat penting untuk mencegah dampak negatif lebih lanjut. Berikut adalah beberapa tanda utama:

  1. Menggunakan Jari untuk Menghitung Secara Berlebihan
    Anak dengan Diskalkulia cenderung menggunakan jari untuk menghitung angka bahkan setelah teman sebayanya berhenti menggunakan metode ini. Mereka sulit membangun keterampilan otomatisasi angka dasar.
  2. Kesulitan Menghafal Fakta Matematika
    Penelitian oleh Geary (2011) menemukan bahwa anak dengan gangguan ini memiliki daya ingat kerja (working memory) yang lemah, sehingga sulit menghafal tabel perkalian atau operasi dasar matematika lainnya.
  3. Tidak Memahami Koneksi Antara Angka dan Kuantitas
    Anak-anak ini sering kali tidak dapat memahami hubungan antara simbol angka dan kuantitas yang diwakilinya. Misalnya, angka "5" mungkin tidak berarti lima buah benda bagi mereka.
  4. Kesulitan Memahami Ekspresi Numerik
    Anak dengan Diskalkulia sering mengalami kebingungan dalam memahami konsep abstrak matematika, seperti urutan bilangan atau operasi yang lebih kompleks.
  5. Kecemasan terhadap Matematika
    Kesulitan berulang dalam matematika sering memicu kecemasan pada anak. Hal ini disebut "math anxiety," yang dapat memperburuk kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal matematika.

Banyak anak dengan Diskalkulia di Indonesia tidak terdiagnosis karena kurangnya kesadaran guru dan orang tua mengenai gangguan ini. Sebuah survei oleh International Journal of Special Education (2020) menemukan bahwa hanya 30% pendidik di sekolah memahami gejala Diskalkulia, sementara sebagian besar anak dengan gangguan ini dianggap malas atau tidak cukup berusaha.

Deteksi dini dapat dilakukan melalui observasi di kelas atau asesmen khusus oleh psikolog pendidikan. Dengan intervensi yang tepat, seperti pengajaran berbasis multisensori atau dukungan tambahan, anak dengan Diskalkulia dapat belajar mengatasi tantangan mereka.

Diskalkulia bukanlah tanda kemalasan atau kurangnya motivasi, melainkan sebuah kondisi neurokognitif yang membutuhkan perhatian khusus. Dengan memahami gejala awal dan memberikan dukungan yang memadai, guru dan orang tua dapat membantu anak-anak ini meraih potensi mereka.

"Kita tidak bisa mengubah arah angin, tetapi kita bisa menyesuaikan layar kita untuk mencapai tujuan." - Dolly Parton

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun