"Paralysis ADHD: Ketika Pikiran Penuh, Tapi Tubuh Terdiam"
Saya pernah duduk selama berjam-jam di depan layar komputer, tidak tahu harus mulai dari mana. Tugas menumpuk, deadline mengejar, tapi tubuh saya seolah lumpuh. Pikiran saya dipenuhi ribuan ide yang saling berdesakan, namun tidak ada satu pun yang mampu saya wujudkan. Ini bukan kemalasan, ini adalah ADHD paralysis sesuatu yang menghantui hidup saya hingga membuat saya merasa terjebak dalam penjara tak terlihat.
ADHD paralysis adalah kondisi di mana seseorang merasa kewalahan hingga tak mampu memulai atau menyelesaikan tugas apa pun, meski sebenarnya mereka sangat ingin. Menurut Dr. Thomas E. Brown, ahli ADHD terkemuka, masalah ini berkaitan dengan fungsi eksekutif otak kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasi, dan mengelola waktu. Bagi orang seperti saya yang hidup dengan ADHD, tantangan ini bukan sekadar kesulitan; ini adalah realitas sehari-hari.
Saya ingat, di masa sekolah, saya sering dihukum karena dianggap tidak serius. Guru-guru mengira saya malas, padahal saya hanya bingung harus memulai dari mana. Saat menjadi guru sendiri, saya menyadari betapa beratnya kondisi ini. Bagaimana bisa saya mengajarkan anak-anak jika saya sendiri berjuang untuk mengatasi kekacauan dalam pikiran saya?
Namun, saya mulai menemukan cara untuk melawan. Salah satunya adalah dengan membagi tugas besar menjadi langkah-langkah kecil. Teori ini didukung oleh Dr. Russell Barkley, yang menyarankan pendekatan berbasis struktur untuk membantu individu ADHD. Misalnya, daripada berkata "selesaikan tugas," saya memecahnya menjadi "tulis satu paragraf," atau "baca dua halaman." Tugas kecil ini lebih mudah untuk saya tangani dan memberi rasa pencapaian yang membangun motivasi.
Saya juga mulai menggunakan teknik Pomodoro, bekerja selama 25 menit lalu istirahat 5 menit. Metode ini membantu saya melawan kecenderungan untuk terus menunda. Selain itu, saya belajar menerima diri sendiri. ADHD bukan akhir dari segalanya; ini adalah bagian dari saya yang unik.
Perlahan, hidup saya mulai berubah. Setiap hari adalah perjuangan, tapi juga kemenangan kecil. Ketika saya berhasil menyelesaikan satu tugas, sekecil apa pun, itu adalah bukti bahwa saya mampu.
Di akhir tulisan ini, saya ingin meninggalkan kutipan dari Dr. Edward Hallowell, seorang ahli ADHD:
"ADHD bukan kelemahan. Jika dikelola dengan baik, ini bisa menjadi kekuatan. Tantangannya adalah menemukan cara untuk mengubah kekacauan menjadi kreativitas."
Dan saya, meski sering merasa jatuh, tidak pernah berhenti mencoba untuk bangkit. Karena setiap langkah kecil adalah kemenangan besar dalam perjalanan panjang ini.