"ADHD Burnout: Cahaya di Tengah Kelelahan"
Burnout sering kali menjadi bayangan gelap bagi mereka dengan ADHD. Ketika energi yang meluap-luap bertemu dengan tantangan konsentrasi, hasilnya adalah siklus kelelahan yang menggulung seperti badai. Saya tahu ini, karena saya pernah berada di sana. Sebagai seorang penyandang disleksia-ADHD, hidup saya sering terasa seperti pelari maraton yang tidak tahu kapan harus berhenti.
Proyek Dyslexia Keliling Nusantara yang saya jalankan, meskipun penuh dengan makna, juga membawa saya pada titik kelelahan yang tidak bisa saya abaikan. Bertemu dengan ratusan anak dengan kebutuhan khusus, mendengarkan kisah orang tua, dan berdialog dengan guru yang menginginkan solusi adalah pengalaman yang memperkaya sekaligus menguras tenaga. Saya terjebak di antara rasa tanggung jawab yang besar dan kekuatan fisik serta mental yang terbatas.
Namun, di titik terendah itulah saya belajar untuk memahami diri saya sendiri. Saya menyadari bahwa burnout bukanlah kelemahan, melainkan sinyal tubuh yang meminta kita untuk berhenti, untuk bernapas, dan untuk menyembuhkan.
Menghadapi ADHD burnout memerlukan kesadaran diri dan strategi yang tepat. Langkah pertama adalah menyadari dan mengakui kelelahan sebagai sesuatu yang wajar tidak ada salahnya berhenti sejenak untuk beristirahat. Setelah itu, penting untuk membuat prioritas dengan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, sambil belajar berkata "tidak" pada beban tambahan yang dapat memperparah stres. Dukungan dari teman, keluarga, atau komunitas ADHD juga bisa menjadi kekuatan besar, karena berbagi cerita dan pengalaman dapat memberikan rasa lega dan pemahaman. Jangan lupa untuk memberikan waktu bagi diri sendiri melalui aktivitas yang membawa ketenangan, seperti melukis, membaca, atau berjalan di alam. Akhirnya, ingat kembali tujuan dan alasan Anda memulai perjalanan ini; tujuan tersebut bisa menjadi sumber motivasi yang membantu Anda bangkit dari rasa lelah dan kembali melangkah.
Setiap langkah yang saya ambil untuk keluar dari burnout menjadi pelajaran berharga. Saya belajar untuk lebih mencintai diri sendiri, untuk memberi ruang pada kelemahan, dan untuk menghargai kekuatan kecil yang tetap mendorong saya maju. Bagi siapa pun yang sedang merasa lelah, ingatlah: Anda tidak sendiri. Ada jalan untuk pulih, dan di jalan itu, Anda akan menemukan kekuatan baru yang bahkan tidak Anda sadari sebelumnya. Burnout adalah awal dari perjalanan untuk menemukan versi terbaik dari diri Anda.
"Kelelahan bukan tanda berhenti, melainkan tanda untuk memulai kembali dengan cara yang lebih bijak." Imam Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H