Ketika saya memulai Dyslexia Keliling Nusantara, saya ingin memastikan bahwa suara anak-anak ini tidak lagi diabaikan. Dalam perjalanan saya, saya belajar bahwa setiap anak memiliki potensi yang unik. Jika para pemimpin yang terpilih melalui Pilkada mampu menyadari hal ini dan mengambil langkah nyata, maka kita sedang menuju masa depan yang lebih cerah.
Pendidikan yang inklusif tidak hanya akan membantu anak-anak ini mencapai potensi mereka, tetapi juga mengangkat martabat bangsa. Sebuah studi oleh UNESCO menunjukkan bahwa inklusi dalam pendidikan meningkatkan toleransi sosial dan kesetaraan ekonomi.
Kepada para pemimpin yang akan terpilih, saya ingin menyampaikan pesan:
"Ketika Anda merancang kebijakan pendidikan, ingatlah bahwa setiap anak adalah pemimpin masa depan. Jangan biarkan mereka tersesat hanya karena kita tidak memahami mereka hari ini."
Bagi saya, Pilkada bukan hanya tentang politik, tetapi tentang peluang. Ini adalah momen untuk memastikan bahwa tidak ada lagi anak seperti saya yang merasa gagal hanya karena sistem tidak mendukung mereka. Saya berharap suatu hari, ketika anak-anak disleksia seperti Rafi menatap buku pelajaran, mereka akan melihat masa depan yang cerah, bukan rasa takut.
"Pendidikan adalah hak, bukan hadiah. Pilkada adalah langkah pertama untuk memastikan hak itu diberikan dengan penuh cinta dan pengertian bagi setiap anak, tanpa terkecuali."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H