Kadang, ada rasa lelah saat menghadapi sistem yang sering mengabaikan suara anak-anak ini.
Tapi ketika saya melihat seorang anak yang dulu hampir menyerah kini berani bermimpi, saya tahu perjuangan ini tidak sia-sia.
Hari Guru Nasional adalah pengingat bagi saya bahwa tugas seorang guru bukan sekadar mentransfer ilmu, tetapi menyalakan lentera dalam jiwa setiap anak.
Lentera itu mungkin kecil, mungkin redup, tetapi ketika kita menghidupkannya dengan cinta dan pemahaman, ia bisa menerangi jalan mereka untuk menemukan versi terbaik diri mereka.
Sebagai guru ABK, saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka.
Dan sebagai penyandang disleksia dan ADHD, saya ingin berkata kepada setiap anak yang merasa "berbeda": Kamu istimewa. Jangan berhenti bermimpi. Dunia membutuhkan caramu yang unik untuk melihat dan memahami segalanya.
Hari ini, di Hari Guru Nasional, saya tidak meminta penghormatan. Yang saya harapkan adalah kesadaran kita bersama untuk lebih memahami, menerima, dan mendukung semua anak, tanpa terkecuali.
Mari, sebagai guru, orang tua, dan masyarakat, kita bersama-sama menyalakan lentera harapan untuk masa depan yang lebih inklusif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H