Sebagai guru dan aktivis pendidikan, saya bertemu banyak anak dengan kondisi serupa. Mereka sering merasa "tidak cukup baik" karena stigma dan kurangnya pemahaman di lingkungan mereka. Tetapi, ketika saya menceritakan kisah saya, mata mereka berbinar. Mereka merasa ada harapan, bahwa "kekurangan" mereka bukanlah akhir dari segalanya.
Dukungan dan strategi yang tepat dapat membantu individu dengan disleksia dan ADHD untuk berkembang. Beberapa pendekatan yang saya gunakan dan ajarkan meliputi:
- Teknik multisensori: Menggabungkan visual, audio, dan gerakan untuk belajar.
- Manajemen waktu: Membuat jadwal sederhana yang terstruktur.
- Latihan mindfulness: Membantu fokus dan mengelola emosi.
Dalam dunia pendidikan, penting untuk mengadopsi pendekatan yang menghargai keberagaman cara belajar. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Edward Hallowell, seorang ahli ADHD, "Anak-anak dengan ADHD dan disleksia bukan rusak, mereka hanya berbeda."
Disleksia dan ADHD bukanlah akhir, melainkan awal perjalanan untuk mengenal diri sendiri. Dari pengalaman saya, saya ingin mengingatkan Anda bahwa setiap otak adalah unik. Apa yang dianggap sebagai kelemahan, jika dilihat dari sudut yang berbeda, bisa menjadi kekuatan yang luar biasa.
"Otak kami sibuk, mungkin terlalu sibuk, tetapi dari kekacauan itu lahir ide-ide besar."
Semoga tulisan ini menginspirasi Anda untuk melihat bahwa setiap tantangan memiliki makna, dan setiap perbedaan adalah potensi yang menunggu untuk digali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H