Pemerintah di negara-negara tersebut mendukung penuh para guru pendamping khusus melalui fasilitas, program pelatihan berkelanjutan, dan apresiasi yang jelas.
Di Indonesia, situasinya cukup berbeda. Guru pendamping khusus sering kali tidak dimasukkan dalam struktur sekolah secara formal, dan dalam banyak kasus, mereka bahkan dibayar lebih rendah.
Menurut penelitian oleh Wardani (2023), 70% guru pendamping khusus di Indonesia merasa kurang dihargai, baik dari segi struktur maupun dari segi fasilitas.
Padahal, kebutuhan mereka sama pentingnya dengan kebutuhan guru lainnya. Mengapa peran kami harus selalu dipandang sebelah mata? Mengapa keahlian dan dedikasi kami sering diabaikan, padahal kami memiliki tugas yang sangat krusial?
Kita butuh perubahan, perubahan yang dimulai dari cara kita memandang para guru pendamping khusus. Pendidikan inklusif bukan hanya tentang memberi ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus, tetapi juga memberi tempat bagi para pendidik yang bersedia mendampingi mereka dengan penuh cinta dan keahlian.
Apresiasi dan dukungan dari sekolah, pemerintah, dan masyarakat sangat diperlukan agar kami bisa menjalankan tugas ini dengan lebih optimal.
Penting juga bagi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk menyediakan program pelatihan dan penghargaan yang layak bagi guru pendamping khusus. Perlu adanya pembenahan sistemik di sekolah-sekolah agar kami tidak lagi dipandang sekadar "pendamping" atau bahkan "pengasuh."
Kami ingin diakui sebagai bagian dari tim pendidikan, sebagai guru sejati yang bekerja dengan tujuan menciptakan dunia yang lebih inklusif dan penuh empati.
Saya mungkin seorang guru pendamping khusus, tapi hati saya adalah seorang guru sejati, seperti guru-guru lainnya. Di balik kesalahpahaman dan tantangan yang kami hadapi, ada senyuman dan kebahagiaan yang tak ternilai saat melihat anak-anak kami berkembang.
Kami bukan sekadar pendamping; kami adalah bagian dari harapan, dari masa depan yang lebih cerah untuk mereka yang selama ini terabaikan.
Semoga kehadiran kami di sekolah inklusi dipandang setara, dipahami, dan dihargai. Setiap anak berhak untuk belajar, dan setiap guru berhak untuk didukung dalam perjalanannya.