Sebagai seseorang yang tumbuh dengan disleksia dan ADHD, saya mengerti betapa berartinya dukungan seorang guru yang benar-benar peduli, yang memahami tantangan dan menerima setiap keunikan yang saya miliki.
Pengalaman ini yang membawa saya ke dunia pendidikan sebagai guru pendamping khusus, sebuah perjalanan yang penuh makna, meski tak selalu mudah.
Saya sering menghadapi pertanyaan dari rekan guru dan bahkan kepala sekolah yang menanyakan mengapa anak-anak ini "harus didampingi."
Ada juga yang berpendapat bahwa peran kami sekadar tambahan, bukan bagian esensial dari proses pendidikan. Tetapi bagi saya, mendampingi anak-anak ini adalah bagian dari hidup, sebuah panggilan yang lebih dari sekadar tugas.
Melihat anak-anak yang awalnya kesulitan mengikuti pelajaran lalu perlahan bisa mengangkat tangan untuk menjawab, itu adalah momen yang tak ternilai.
Mereka seperti cermin, mengingatkan saya pada diri saya sendiri saat kecil, penuh perjuangan untuk memahami kata-kata dan angka yang kerap "menari" di atas kertas.
Setiap langkah kecil yang mereka capai adalah bukti bahwa kami tidak hanya "mengasuh."
Kami menginspirasi, kami mendampingi dengan pengetahuan, dan kami memberikan mereka kepercayaan diri yang mungkin tidak pernah mereka miliki sebelumnya.
Di Finlandia, Jepang, dan Kanada, guru pendamping khusus memiliki posisi yang setara dengan guru lainnya. Di Finlandia, misalnya, guru pendamping khusus mendapatkan pelatihan intensif, termasuk dalam pengembangan metode pembelajaran yang inklusif.
Mereka juga diposisikan dalam struktur sekolah yang sama dengan guru kelas, tanpa pembedaan. Mereka dihormati bukan hanya sebagai pendamping, tetapi sebagai pilar pendidikan inklusif yang membantu seluruh kelas berjalan dengan harmoni.