Mohon tunggu...
Imam Syatibi
Imam Syatibi Mohon Tunggu... -

berbicara dan berkomentar dari jarak yang aman

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Tentang Kematian

18 Juli 2011   03:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

23 Agustus 2005

Apalah artinya sebuah perenungan jika ia hanya melibatkan lima indera. Sebab mati akan meniadakan semua indera yang dimiliki manusia. Hal pertama yang dirasakan manusia yang telah mati adalah merasakan apa yang belum pernah dirasakan manusia yang masih hidup. Begitu juga ketika aku mulai untuk mencintai Allah-ku melalui makhluk-Nya, tak perlu lagi lima inderaku karena kenikmatan tertinggi hanyalah perjumpaanku dengan Dia.

Kacau, malam ini aku pandangi langit yang mulai terang, kupandangi bintang kesukaanku. Satu hal yang aku lakukan ketika aku ingat bahwa kematianku akan datang, cepat atau lambat, pasrah. Sebab hidup atau mati hanyalah sebuah kata. Karena keduanya hanyalah milik Allah jua. Aku hidup, aku milik Allah. Aku mati, aku juga milik Allah. Tak ada beda diantara keduanya, yang beda mungkin, sambutan macam apa yang akan aku terima nanti.

28 Agustus 2005

Dalam kehidupan, ada yang datang, ada yang pergi, tapi entah bagaimana caraku menghadapinya. Aku juga tak tahu seperti apa aku nanti setelah kematianku. Perkara itu gaib bagiku. Sebab inderaku yang lemah ini tak mampu mencerapnya, yang dapat aku lakukan sekarang hanyalah memandangi langit malam. Berdoa. Berharap semoga Allah yang sibuk berkenan mendengarkan dan mengabulkan doaku. Jika kematian datang menghampiriku, maka sudilah kiranya Dia memberiku cara terindah. Cara yang membuatku yakin bahwa Dia sedang bermurah hati kepadaku, dan menempatkanku di sisi-Nya kelak dengan cara yang sempurna. Sebab aku tahu bahwa satu-satunya tempat yang paling aman dan nyaman di alam semesta ini memang hanyalah  di sisi Allah. Wallahua’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun