Untuk yang kesekian kalinya, Senin 15 maret 2010, saya kembali menginjakkan kaki di tempat "penyepianku", Masjid Amr bin Ash atau Gami Amru begitu orang-orang Mesir biasa menyebutnya. Entah sudah yang keberapa kalinya saya menyempatkan diri bertandang ke masjid pertama di Mesir ini. Yang jelas, setiap ada keresahan hati, perasaan gundah, atau pun suntuk, saya selalu menyempatkan diri ber-uzlah ke tempat ini. (Yah, sekedar merenungi arti hidup dan kehidupan, begitu lah). Namun semenjak selesai ujian term pertama satu bulan yang lalu, saya sudah lama tidak berkunjung lagi ke tempat ini, hingga akhirnya baru kali ini bisa berkunjung kembali.
Jam 10:15 WK (Waktu Kairo), saya sampai di Masjid Amr bin Ash. Matahari bersinar hangat. Suasana disekitar masjid tampak tenang. Hanya ada beberapa orang tampak keluar masuk lewat pintu utama. Dua orang mabahist berpakaian serba hitam siap siaga berjaga-jaga di pinggir jalan dekat pintu gerbang Masjid. Mungkin karena masjid ini merupakan kawasan wisata sehingga disediakan mabahist guna menjaga keamanan sekitar.
Memasuki pelataran masjid, saya langsung disambut ramah oleh suara cericit burung yang terbang bebas di dalam Masjid. Entah jenis burung apa saya kurang begitu kenal, mungkin jenis burung gereja. Burung-burung itu berloncatan di langit-langit mesjid, menukik tajam lalu terbang menerobos ventilasi yang ada di dinding Masjid.
Burung-burung ini rupanya memang sudah terbiasa keluar masuk, dan menjadikan masjid ini sebagai habitatnya. Sebelum masuk ke dalam masjid tadi, saya sempat melihat burung-burung tersebut bersarang di lampu-lampu gantung yang terletak disekeliling masjid. Mungkin karena tidak adanya hutan di Mesir, sehingga burung-burung itu pun memilih gedung-gedung tua untuk dijadikan tempat berhabitat.
Dibagian depan masjid, segerombolan anak sekolah terlihat berkerumun dipandu oleh seorang wanita paruh baya berumur 40an. Mungkin itu adalah rombongan tour sekolah, dan wanita paruh baya tadi adalah gurunya. Sedangkan dibagian kanan masjid, dua buah vacum cleanner menderu cukup keras, karena sedang dioperasikan untuk menyedot debu yang menempel pada karpet merah yang tergelar menutupi lantai masjid. Setiap saya kesini karpet itu selalu terlihat bersih, rupanya setiap hari selalu dibersihkan menggunakan vacum cleaner itu.
Masjid Amr bin Ash adalah Masjid pertama di Mesir dan di Afrika pada umumnya, dibangun pada tahun 21 H/642 M, oleh salah satu pejuang Islam bernama Amr bin Ash. Masjid ini dibangun kira-kira satu tahun setelah Amr bin Ash membuka Mesir dan membangun kota Fusthat sebagai ibu kota Islam pertama di Mesir pada 1 Muharram 20 H./8 November 641 M.
Seperti umumnya masjid-masid kuno lainnya di mesir, bangunan masjid Amr berbentuk segi empat. Bagian tengahnya dibiarkan terbuka tanpa atap. Mirip Masjidil Haram di Mekkah. Struktur bangunannya pun cukup sederhana namun terlihat kokoh dan elegan.
Pada bagian tengah, menghampar sebuah halaman luas, berlantaikan marmer yang masih cukup mengkilat. Ditengah hamparan halaman tadi, berdiri sebuah bangunan kubah disangga delapan buah tiang yang tidak terlalu besar. Disinilah salah satu sudut yang sempat diabadikan dalam adegan Film Ketika Cinta Bertasbih beberapa waktu lalu. Dan dibawah kubah tersebut ada kran-kran air minum yang sengaja disediakan untuk pengunjung. Airnya segar dan dingin, karena tampaknya kran-kran tersebut dilengkapi dengan pendingin.
Selain tempatnya memang nyaman untuk menenangkan diri. Masjid ini pun cukup tenang untuk belajar. Suasananya begitu damai, sunyi, dan senyap. Tidak terlalu ramai seperti masjid-masjid besar lainnya di Mesir. Masjid Al-Azhar misalnya, Masjid Al-Azhar bagiku terlalu bising untuk menenangkan diri dan belajar. Karena masjid itu terletak tepat di keramaian, dan dekat dengan kampus sehingga dijadikan tempat istirahat oleh sebagian besar mahasiswa Al-Azhar.
Lain halnya dengan masjid Amr bin Ash, walau disini cukup sering juga kedatangan turis asing maupun lokal, namun tidak sampai membuat kebisingan yang cukup berarti. Turis-turis itu hanya sekedar berkeliling saja lalu pergi. Oleh karena itu aku sangat menyukai suasana di masjid ini. Dan kujadikan tempat menyepiku menggali inspirasi.