Mohon tunggu...
Imam Budiman
Imam Budiman Mohon Tunggu... -

PNS Kemnterian Kehutanan S2 Public Management & Policy Analysis Program IUJ

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gambir, di Suatu Pagi

20 Juni 2016   10:38 Diperbarui: 20 Juni 2016   10:49 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kupacu cepat motorku menembus sejuknya fajar. Satu dua lampu merah kulewati dengan tak sabar. Ketika lampu bersinar hijau, kembali kutarik kencang bebek jepang milik ayah dengan kecepatan penuh, meski tetap hati hati.

Entah bisikan darimana, aku juga heran, yang mendorongku untuk keluar di pagi itu, meninggalkan selimut hangat yang masih menggoda sejak subuh terlewati. Yang biasanya aku manfaatkan untuk tidur lagi. Motor yang kupacu memasuki kawasan silang monas, masih sepi. Pikiranku mulai cerah ketika melihat bangunan hijau yang berdiri kokoh di salah satu sisi monas, mulai terlihat.  Ahh,,,akhirnya sampai juga. Tanpa kesulitan, kumasuki kawasan parkir dengan tak lupa megambil tiket parkir yang diberikan oleh petugas parkir stasiun. Gambir.

Kuparkir rapi motorku, sambil menatap ke atas, ya, feelingku tepat. Kurasa itulah keretanya, dan memang belum berangkat, 5 menit lagi.

Setengah berlari, kususuri lorong lorong berlapis keramik hijau, kusiapkan uang receh untuk membayar peron yang tidak terlalu ramai pagi itu. Setelah karcis peron di tangan, segera saja kunaiki anak tangga yang mengular menuju lantai 2. Oalah….lantai 3 pun harus kusuri dengan anak tangga juga, entah kenapa escalator tidk berfungsi.

Waktuku tidak banyak, sang pengatur perjalanan kereta api telah mempersilahkan para penumpang untuk segera naik untuk kesekian kalinya, tanda kereta akan segera berangkat, ke salah satu kota yang terkenal dengan kota minyak di Jawa tengah. Sampai di lantai 3, aku tepat berada di tengah rangkaian Purwojaya.

Entah bisikan dari mana, kakiku melangkah ke arah kiri, ke gerbong tepat di belakang lokomotif. Kumasuki gerbong itu hati-hati…

Tanpa lama…aku berhasil menemukannya..

Idaman hati yang belum terlalu akrab aku kenal. Meski ia sudah tahu siapa aku dan aku tahu siapa dia karena sering beraktifitas bersama di salah satu organisasi intra kampus yang bergerak di bidang sosial keagamaan. Wajah sumringah dan mata yang berbinar langsung terpancar darinya, juga ibu, dan neneknya yang cukup terkejut dengan kedatanganku pagi itu. Yang memang tidak kurencanakan sebelumnya.

Hanya sekedar mengantar bingkisan kecil yang baru saja kudapat dari hasil tugas pertamaku di sebuah instansi pemerintah yang bergerak di bidang kehutanan. Kuharap hadiah kecil itu bisa bermafaat dan semakin mengokohkan ikatan kami, yang kala itu sedang menapaki untuk meraih jenjang yang lebih tinggi.

Setelah berbincang sebentar, aku undur diri dan pamit. Serta tak lupa mendoakan semoga perjalanan mereka selamat sampai tujuan. Air mata mengalir dai si mbah,yang terharu melihat kejadian pagi itu.

Atas izin Nya,,, kumenangkan pagi itu, dan akan selalu kukenang seanjang hayatku…

 

Jakarta, Oktober 2006.

————

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun